Ilustrasi (Foto: Shutterstock)
Dream - Penyakit gangguan mental dan kejiwaan bagi banyak orang memang kerap membuat kebingungan. Bukan seperti penyakit fisik yang bisa dilihat secara kasat mata, masalah mental seperti misteri terselubung.
Salah satu yang membuat penasaran adalah penyakit skizofrenia yang bisa membuat penderitanya halusinasi, delusi, kekacauan berpikir, dan perubahan perilaku.
Seperti dikutip dari Alodokter, gejala tersebut merupakan gejala dari psikosis, yaitu kondisi di mana penderitanya kesulitan membedakan kenyataan dengan pikirannya sendiri.
Skizofrenia sering disamakan dengan psikosis, padahal keduanya berbeda. Psikosis hanya salah satu gejala dari beberapa gangguan mental, di antaranya skizofrenia.
Berdasarkan data World Health Organization (WHO), diperkirakan lebih dari 21 juta orang di seluruh dunia menderita skizofrenia. Penderita skizofrenia juga berisiko 2-3 kali lebih tinggi mengalami kematian di usia muda.
Di samping itu, setengah penderita skizofrenia diketahui juga menderita gangguan mental lain, seperti penyalahgunaan NAPZA, depresi, dan gangguan kecemasan.
Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2013, diperkirakan 1-2 orang tiap 1000 penduduk Indonesia mengalami gangguan jiwa berat, termasuk skizofrenia, dan hampir 15 persen penderitanya mengalami pemasungan.
Munculnya gejala awal skizofrenia ternyata dimulai saat usia remaja. Banyak yang menganggapnya hal wajar karena terjadi di masa puberras masa remaja.
Pada pria, gejala awal kerap muncul di usia 15-30 tahun. Sedangkan pada wanita, gejala biasanya menyerang kelompok usia 25-30 tahun.
Gejala yang muncul antara lain cenderung mengasingkan diri dari orang lain, mudah marah dan depresi, perubahan pola tidur, kurang konsentrasi dan motivasi.
Gejala skizofrenia dibagi menjadi dua kategori, yaitu positif dan negatif. Gejala positif mengacu pada perilaku yang tidak tampak pada individu yang sehat.
Meliputi halunasi, yaitu perasaan mengalami sesuatu yang terasa nyata, namun sebenarnya perasaan itu hanya ada di pikiran penderitanya. Misalnya, merasa mendengar sesuatu, padahal orang lain tidak mendengar apapun.
Ada juga delusi yaitu meyakini sesuatu yang bertolak belakang dengan kenyataan. Gejalanya beragam, mulai dari merasa diawasi, diikuti. Sebagian besar penderita skizofrenia mengalami gejala ini.
Penderita skizofrenia juga mengalami kekacauan dalam berpikir dan berbicara. Gejala ini dapat diketahui dari kesulitan penderita dalam berbicara.
Penderita skizofrenia sulit berkonsentrasi, bahkan membaca koran atau menonton televisi saja sangat kesulitan.
Caranya berkomunikasi juga membingungkan, sehingga sulit dimengerti oleh lawan bicaranya. Penderita skizofrenia pun sulit diprediksi.
Cara berpakaiannya bahkan tidak biasa. Secara tidak terduga, penderita dapat tiba-tiba berteriak dan marah tanpa alasan.
Seperti dikutip dari Alodokter, belum diketahui secara pasti apa yang menyebabkan skizofrenia. Namun demikian, skizofrenia dikaitkan dengan sejumlah faktor risiko, seperti, faktor genetik dan faktor kimia otak.
Seseorang dari keluarga penderita skizofrenia, 10% lebih berisiko mengalami kondisi yang sama. Risiko akan menjadi 40% lebih besar bila kedua orangtua sama-sama menderita skizofrenia. Pada orang yang memiliki saudara kembar dengan skizofrenia, risiko meningkat hingga 50%.
Penelitian juga menunjukkan bahwa ketidakseimbangan kadar dopamin dan serotonin berisiko menimbulkan skizofrenia. Dopamin dan serotonin adalah bagian dari neurotransmitter, zat kimia yang berfungsi mengirim sinyal antar sel-sel otak.
Selengkapnya baca di sini
Advertisement
Momen Haru Sopir Ojol Nangis dapat Orderan dari Singapura untuk Dibagikan
Siswa Belajar Online karena Demo, Saat Diminta Live Location Ada yang Sudah di Semeru
Cetak Sejarah Baru! 'Dynamite' BTS Jadi Lagu Asia Pertama Tembus 2 Miliar di Spotify dan YouTube
Komunitas Warga Indonesia di Amerika Tunjukkan Kepedulian Lewat `Amerika Bergerak`
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas