Ilustrasi (Foto: Shutterstock)
Dream - Belakangan ini beredar kabar yang menyebutkan campuran teh dan lemon dapat membunuh virus SARS-CoV-2, penyebab Covid-19. Ramuan itu diklaim berasal dari Palestina.
Narasi mengenai ramuan tersebut beredar di group WhatsApp. Agar terkesan meyakinkan, disertai keterangan menyebutkan adanya pasien Covid-19 asal Palestina sembuh dari virus tersebut dengan hanya mengkonsumsi campuran teh dan lemon.
Berikut narasinya:
" Kabar gembira dan istimewa di Palestina korban covid 19 tidak ada yang mati. Berita super, obat virus covid-19 sudah tercapai informasi dari negeri islam Palestina. Virus covid-19 tidak menyebabkan kematian, ternyata resepnya sangat sederhana tapi ampuh. Hanya 1 teh dan 2 lemon, minumlah teh panas setelah di campur perasan lemon dapat segera membunuh virus covid-19. Dapat sepenuhnya menghilangkan virus covid-19 dari tubuh. 2 bahan ini membuat sistem kekebalan tubuh menjadi bersifat basa karena ketika malam tiba sistem tubuh menjadi asam, kemampuan detensif juga akan berkurang. Itulah sebabnya orang Palestina santai saja dengan menyebarnya virus covid-19. Di Palestina semua orang minum segelas air panas dengan seikit lemon di malam hari karena telah terbukti membunuh virus covid-19 secara total. Bagikan rsep sakti ini kepada siapapun untuk memburu pahala. Resep sederhana ini sangat efektif karena tifak akan terinfeksi virus covid-19. Atas izin Allah, selamat mencoba."
Guru Besar Tetap Bidang Ilmu Bahan Alam Fakultas Farmasi UI (FFUI), Abdul Mun'im, memberikan tanggapan atas narasi tersebut. Menurut dia, antivirus dalam buah lemon lebih banyak dikaitkan dengan kandungan mineral, vitamin C, dan vitamin lainnya.
" Walaupun sebenarnya ada kandungan senyawa lain seperti fenol dan flavonoid yang sudah diketahui manfaatnya untuk kesehatan," kata Abdul dikutip dari ui.ac.id.
Dia mengatakan manfaat flavonoid dari jeruk untuk kesehatan sudah diperkenalkan oleh Albert Szent-Gyorgi pada 1938 untuk mencegah perdarahan pada pembuluh darah kapiler. Juga mencegah kerapuhan pembuluh darah kapiler pada penyakit kudis.
Sejak saat itu flavonoid dilaporkan juga memiliki khasiat lain seperti anti-inflamasi, antioksidan, antibakteri, antivirus, antikanker, dan neuroproteksi.
" Flavonoid pada buah lemon ditemukan lebih banyak terkandung pada bagian kulit. Komposisi flavonoid tergantung dari tingkat kematangan buah dan varietas lemon tersebut," kata Abdul.
Lemon yang banyak kita kenal dijual di pasaran adalah lemon lisbon. Lemon lisbon memiliki bentuk mengerucut di bagian ujungnya, kulit medium-tebal halus, dan warnya kuning cerah saat sudah masak pohon.
Lemon lisbon diketahui mengandung hesperidin, disomin, dan eriocitrin yang lebih tinggi dibandingkan dengan varietas lainnya.
Untuk diketahui, hesperidin merupakan senyawa golongan flavonoid yang menunjukkan efek toksik terhadap beberapa sel kanker.
Dilansir WebMD, diosmin merupakan bahan kimia di beberapa tanaman, terutama dalam buah jeruk. Diosmin paling sering digunakan untuk wasir dan luka kaki yang disebabkan oleh aliran darah yang buruk.
Diosmin juga memiliki efek antioksidan. Zat ini biasanya dikonsumsi bersama dengan hesperidin.
Sementara eriocitrin merupakan senyawa flavonoid yang berkhasiat melindungi hati terhadap stres oksidatif.
" Pada kulit buah muda lebih banyak mengandung hesperidin, sedangkan jika sudah tua lebih banyak mengandung diosmin dan eriocitrin," ungkap Abdul.
Menurut Abdul, kandungan flavonoid pada kulit buah 4 sampai 6 kali lipat lebih banyak dibandingkan dengan daging buah.
“ Dengan demikian jika ingin memperoleh jus lemon dengan kandungan flavonoid yang tinggi lebih baik diperas sekaligus dengan kulit buahnya. Namun mungkin memberikan efek rasa sepat yang berasal dari flavonoid naringin,” kata dia.
Peneliti Zakaryan merangkum aktivitas antivirus dari berbagai jenis flavonoid pada 2017. Dari studi yang dilakukan itu, beberapa flavonoid tersebut memperlihatkan aktivitas antivirus yang kuat baik secara in vitro maupun in vivo dan prospektif dikembangkan sebagai obat.
Flavonoid tersebut memperlihatkan efek yang sangat kuat terhadap influenza H1N1 yang resisten terhadap Tamiflu.
Pada pengujian lebih lanjut secara in vitro dan in vivo salah satu flavonoid kuersetin memperlihatkan efek antivirus influnenza lain seperti H5N2, H7N3 dan H9N2.
Hesperidin salah satu flavonoid dari lemon sudah banyak dilaporkan memiliki aktivitas antivirus penyebab penyakit pada manusia.
Efek antivirus influenza juga diperlihatkan oleh senyawa flavonoid golongan katekin dan turunannya. Senyawa ini banyak terkandung pada daun teh.
“ Jadi sangat wajar kontroversi teh dan lemon sebagai pembunuh virus yang ramai diperbincangkan,” ungkap Prof. Abdul.
Pengembangan flavonoid menjadi obat banyak menghadapi kendala.
Flavonoid diketahui sedikit terserap ke dalam darah, selain itu juga mudah mengalami kerusakan dalam saluran cerna karena terdekomposisi oleh enzim dan mikroba.
Kuersetin hanya 16 persen yang masuk kedalam darah. Hesperidin juga mengalami kendala yang sama karena masalah kelarutan dalam air.
“ Oleh karena itu beberapa peneliti membuat turunan hesperidin yang mudah larut dalam air dengan menambahkan gugus glukosa,” katanya.
Turunan hesperidin tersebut ternyata lebih mudah terserap ke dalam darah dan memiliki aktivitas antivirus influenza A lebih baik dibandingkan dengan hesperidin.
Saat ini beberapa flavonoid juga dikembangkan dalam bentuk sediaan nano untuk mengatasi masalah tersebut.
“ Penelitian lebih lanjut flavonoid untuk anti virus masih harus dilanjutkan, karena masih lebih banyak penelitian in vitro atau in vivo. Apalagi untuk obat Covid-19 karena virus baru, bukti masih terbatas,” tegas Abdul.
“ Uji klinis terhadap anti Covid-19 yang telah dilakukan di China adalah bentuk ramuan TCM, jadi tidak jelas senyawa yang bertanggung jawab, tidak akan diketahui,” tutupnya.