Proses Belajar Anak Dan Orangtua. (Source: Shutterstock)
Dream - Selain penyakit yang kasat mata, kesehatan mental juga telah menjadi isu yang menjadi perhatian masyarakat saat ini. Tekanan pandemi yang membuat masyarakat harus bertahan di rumah telah menimbulkan berbagai masalah kejiwaan pada beberapa masyarakat.
Tak hanya orang dewasa, anak-anak juga mengalami tekanan karena harus menjalani hampir semua aktivitasnya dari rumah. Dunia yang seharusnya banyak diisi dengan bermain bersama teman-teman sebaya kini terbatas hanya bisa dilakukan dari rumah.
Selama lebih dari 1,5 tahun pandemi Covid-19 melanda Indonesia, anak-anak mulai mengeluhkan perasaan bosan menghabiskan waktu di dalam rumah. Pada tingkat yang lebih serius, beberapa anak mungkin bisa sampai menghadapi depresi.
" Banyak anak yang mengalami depresi. Ada anak yang makan sabu, cabutin rambut bagian depan sampai botak dan ibunya marah, dan ada juga anak yang mau lanjut perguruan tinggi jadi malas karena demotivasi," ungkap Clorinda Viska dalam webinar peluncuran layanan kesehatan mental 'Kalbu', Senin 23 Agustus 2021.
Terkadang, kondisi kesehatan mental anak yang terganggu tidak disadari oleh orangtua. Jika tidak segera disadari dan diatasi, kesehatan mental anak akan semakin parah. Orangtua sangat berperan penting untuk menyadari dan melihat munculnya gejala masalah mental pada anak.
" Biasanya kalau sudah menjurus (ke masalah mental), anak nggak mau mandi, sering menangis, sering menyudut, nggak mau keluar rumah, interaksinya minim dengan orang lain, dan malas makan," jelasnya.
Jika sudah mengalami hal tersebut, sebaiknya orangtua membawa anak ke dokter atau psikolog. Sambil meminta pertolongan profesional, orangtua juga bisa mencari tahu penyebab perubahan perilaku anak dan mencoba menenangkannya.
" Anak butuh orang lain untuk memberi rasa tenang ketika demotivasi. Mereka cenderung burn out karena bosan. Merasa stuck, overthinking, dan banyak irrational belief. Jadi, butuh di-stop" .
Orangtua juga bisa melakukan pencegahan stres atau depresi sejak dini dengan menerapkan rutinitas, membuat to-do-list dan menyamakan frekuensi orangtua serta anak.
" Makan sehat juga sangat penting. Tidur cukup karena pada pukul 10-2, otak akan 'dicuci'. Ajak anak bersyukur setiap pagi agar lebih down to earth. Ajak anak lebih banyak bergerak, perbanyak eye contact, quality time, dan perbanyak sentuhan," tutupnya.
Advertisement
Universitas Udayana Buka Suara Terkait Dugaan Perundungan Timothy Anugerah
UU BUMN 2025 Perkuat Transparansi dan Efisiensi Tata Kelola, Tegas Anggia Erma Rini
Masa Tunggu Haji Dipercepat, dari 40 Tahun Jadi 26 Tahun
Viral Laundry Majapahit yang Bayarnya Hanya Rp2000
NCII, Komunitas Warga Nigeria di Indonesia
Azizah Salsha di Usia 22 Tahun: Keinginanku Adalah Mencari Ketenangan
Benarkah Gaji Pensiunan PNS Naik Bulan Ini? Begini Penjelasan Resminya!
Timnas Padel Indonesia Wanita Cetak Sejarah Lolos ke 8 Besar FIP Asia Cup 2025
Hore, PLN Berikan Diskon Tambah Daya Listrik 50% Hingga 30 Oktober 2025
Cara Cek Penerima Bansos BLT Oktober-November 2025 Rp900 Ribu
Potret Luna Maya dan Cinta Laura Jadi Artis Bollywood, Hits Banget!