Devi Triasari (Merdeka)
Dream - Kesulitan ekonomi bukan penghalang untuk berprestasi. Itulah yang dibuktikan oleh Devi Triarsari. Meski kesulitan biaya, mahasiswi Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS) ini mampu lulus dengan predikat sebagai lulusan terbaik.
Lihat saja Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) mahasiswi Fakultas Hukum ini. 3,99. Angka yang tidak gampang diraih oleh mahasiwa kebanyakan. Dan 13 Juni mendatang, gelar lulusan terbaik akan dikukuhkan melalui wisuda.
" Alhamdulillah, saya akhirnya bisa lulus. Dulu, saya hanya bisa membayangkan, tapi sekarang sudah menjadi kenyataan bisa lulus kuliah," tutur Devi saat berbincang dengan Dream, Minggu 31 Mei 2015.
Keluarga Devi memang kurang mampu. Sang ayah hanya buruh tani. Bekerja jika musim panen tiba. Jika sepi, bisa jadi asap dapur tak mengepul. Sementara sang ibu, hanya pembantu rumah tangga dengan upah ala kadarnya.
" Kalau dilihat dari segi ekonomi keluarga, lulus SMP saja sudah bagus. Banyak yang mengatakan seperti itu. Bahkan ada yang menghina," kata dia. " Sejak saya kecil, bapak dan ibu saya cuma buruh, tetangga seperti meremehkan," tambah gadis asal Ngawi, Jawa Timur, ini.
Devi masih mengenang masa-masa sulit itu. Saat menghabiskan masa sekolah di Ngawi. Merasa tak mampu sekolah di SMA, dia memilih daftar ke SMK. Uang masuk agak " miring" . Tapi tetap saja. Untuk ukuran keluarga Devi, biaya SMK tetap saja terasa berat.
" Saat pertama masuk, saya tidak bisa bayar, cuma daftar saja. Saya minta keringanan, dan dikasih waktu dua hari untuk membayar uang masuk itu. Akhirnya setelah utang sana sini, bisa daftar," ujar gadis kelahiran 19 Desember 1991 ini.
Itu baru awal. Perjuangan Devi masih panjang. Saban akhir bulan, dia dipanggil bagian Tata Usaha sekolah. Sebab, selalu telat membayar SPP. " Saat itu SPP saya Rp 65 ribu, saya sering dipanggil ke TU karena sama sekali tidak bisa bayar," kata dia.
Akhirnya, Devi berterus terang soal kesulitan biaya. Dan sekolah pun bisa maklum. Kejujuran itu akhirnya berbuah manis. Devi mendapat Bantuan Khusus Siswa Miskin (BKSM). SPP yang selama ini selalu ditunggak, sudah bisa ditutup dengan bantuan ini.
" Saya juga dapat beasiswa dari BRI, Rp 1,8 juta. Uang itulah yang saya pakai melunasi uang gedung yang juga sudah lama saya tunggak," tambah dia.
Tapi bukan berarti masalah Devi selesai. Jarak sekolah yang jauh dari rumah membuat dia selalu telat. Meski sudah berusaha berangkat subuh-subuh. Sepeda kayuh dan angkot tak mampu mengantarnya datang lebih cepat daripada bel pelajaran masuk. Akhirnya dia memutuskan untuk kos.
Tentu saja Devi harus mengeluarkan biaya lebih. Untuk sewa kamar, dia harus merogoh kocek. Uang saku Rp 20 ribu seminggu dari sang ibu tak cupup untuk hidup. Tapi tak ada pilihan. Daripada selalu datang telat. Sehingga dia pikir kekurangan itu bisa dia siasati dengan mengirit pengeluaran untuk makan.
" Teman saya punya kebun. Setiap hari saya dibawakan kacang panjang. Itulah menu saya setiap hari. Hanya nasi dan kacang panjang," tutur gadis yang pernah setahun bekerja di perusahaan kontraktor ini.
" Ibu juga sering menitipkan makanan kepada teman saya. Nasi dan lauk, dibawa pakai tas teman, sehingga sewaktu dibuka di kelas, tasnya bau makanan saya," tambah dia.
Masa-masa sulit itu masih berlanjut saat di bangku kuliah. Dia harus pontang-panting menambal uang kuliah. Semester pertama, dia masih bekerja di Magetan. Hampir saban hari pulang pergi dari Surakarta ke Magetan. Namun akhirnya dia tak kuat dan keluar dari tempat kerja untuk konsentrasi kuliah.
Di kampus, dia cari kerja sampingan. Mulai guru les, penjual pulsa, hingga menjadi asisten dosen. Jika sedang beruntung, dia mendapat kerjaan dari sang dosen. " Dari situ saya bertahan, selain dari beasiswa." [Baca juga: Sempat Tidur di Gudang, Putri Pembantu Itu Lulus Cumlaude]
Dan akhir pekan depan, tepatnya 13 Juni 2015, Devi akan melakoni wisuda. Saat ini, dia sudah banyak mendapat tawaran. Baik kerja maupun beasiswa untuk pascasarjana. " Saya memilih untuk melanjutkan kuliah saja. Tapi belum memutuskan ke mana," kata Devi. Baca Juga: Inspiratif, 7 Entrepreneur Ubah Kemalangan Jadi Kesuksesan Persahabatan Unik Mengharukan, Bocah dan Petugas Sampah Wisuda Paling Menguras Air Mata Para Preman Itu Menangis Insaf Usai Salat Berjamaah Subhanallah, Bayi Ini Hidupkan Lagi Detak Jantung Ibunya Jalan Kaki 300 Hari dari Austria ke Mekah, Demi Adik 2 Guru Ponorogo Sabet Juara Guru Inovatif Sedunia di AS 3 Inovator RI Rancang Aplikasi Jakarta Masa Depan Bantu Anak Gaza, Bocah Tangerang Kuras Tabungan
Advertisement
Lebih dari Sekadar Kulit Sehat: Cerita Enam Selebriti Merawat Kepercayaan Diri yang Autentik
Kebiasaan Pakai Bra saat Tidur Berbahaya? Cari Tahu Faktanya
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Peneliti Ungkap Pemicu Perempuan Sanggup Bicara 20 Ribu Kata Sehari?
Bentuk Roti Cokelat Picu Komentar Pedas di Medsos, Chef Sampai Revisi Bentuknya
Mahasiswa Sempat Touch Up di Tengah Demo, Tampilannya Slay Maksimal
Lebih dari Sekadar Kulit Sehat: Cerita Enam Selebriti Merawat Kepercayaan Diri yang Autentik