Pertama Kali Ikut Puasa, Pria Non-Muslim Ini Kaget Ternyata..

Reporter : Sandy Mahaputra
Senin, 13 Juni 2016 03:29
Pertama Kali Ikut Puasa, Pria Non-Muslim Ini Kaget Ternyata..
Sepuluh menit terakhir sebelum waktu berbuka sebagai saat-saat yang istimewa, karena...

Dream - Bagi banyak ekspatriat non-Muslim yang tinggal di Uni Emirat Arab (UEA), Bulan Suci Ramadan mungkin terasa seperti hari-hari lainnya. Namun tidak demikian bagi Jason Loo Jih Sheng.

Pelatih pribadi berusia 33 tahun yang telah tinggal di UEA selama sembilan tahun ini memilih untuk menjalani puasa satu bulan penuh, meskipun dia bukan Muslim.

Pria campuran Malaysia-Tiongkok ini mengatakan kepada Khaleej Times bahwa sejak pindah ke UEA, ia merasa termotivasi untuk belajar lebih banyak tentang budaya, sejarah dan warisan dari UEA yang unik. Dia juga ingin mengetahui tentang Islam.

Sheng, seorang pelatih pribadi untuk keluarga Al Fahim di Abu Dhabi, mengakui bahwa ia selalu tertarik dengan Islam.

" Ibu saya Kristen dan ayah Buddha, tetapi mereka memberi saya kebebasan untuk menemukan jati diri saya," katanya.

Dia menganggap bahwa Ramadan akan memberikan kesempatan besar untuknya dalam mengalami apa yang dirasakan oleh jutaan Muslim lainnya di UEA.

" Malaysia juga merupakan negara Muslim, jadi saya mencoba untuk berpuasa ketika saya masih sekolah di sana. Tapi saya tidak bisa melakukannya, karena saya tidak terlalu termotivasi oleh orang-orang dan lingkungan sekitar saya," ujarnya.

Tapi di UEA, Sheng merasa memiliki motivasi yang kuat untuk berpuasa. Sheng mengakui meskipun puasa tidak mudah baginya, namun pengalamannya telah memberinya kepuasan.

" Sebagai seorang pelatih pribadi, sulit sekali berpuasa, karena saya terbiasa memiliki diet yang diprogram, jadwal rutin, dan mempertahankan gaya hidup sehat.

" Tapi itu semua tentang perasaan mendapatkan kepuasan yang saya alami setelah berpuasa dengan tegukan pertama dari air yang saya minum saat berbuka. Itu sangat berarti bagi saya," katanya.

Sheng mengatakan keluarga tempat ia bekerja sebagai pelatih pribadi juga telah memotivasi dan mendorongnya untuk belajar tentang Islam.

" Lingkungan keluarga itu tinggal memiliki sebuah masjid, dan ada guru Islam yang selalu menjawab pertanyaan yang saya ajukan. Mereka memperluas pandangan saya."

Sepuluh Menit Terakhir....

1 dari 3 halaman

Sepuluh Menit Terakhir...

Sepuluh Menit Terakhir... © Dream

Sheng juga menikmati waktu berbuka. Bukan hanya karena ia akhirnya bisa melahap hidangan khas Emirat, tapi dengan berbuka puasa, dia bisa berkumpul dengan orang-orang yang berasal dari latar belakang budaya dan agama.

" Saya suka duduk dengan majikan saya di majlis dan berbuka puasa dengan mereka. Kami berkumpul untuk menghargai makanan yang kami terima."

Sheng menganggap sepuluh menit terakhir sebelum waktu berbuka sebagai saat-saat yang istimewa, karena dia dan orang-orang dalam majlis saling membantu mempersiapkan meja untuk berbuka puasa.

Dia mengatakan bahwa Ramadan bukan hanya tentang puasa, tetapi juga tentang menyediakan bantuan untuk mereka yang membutuhkan.

" Meskipun saya tidak dilahirkan Muslim, saya memutuskan untuk berpuasa karena saya ingin memahami bagaimana rasanya. Lagi pula, Anda tidak pernah tahu apa yang akan orang-orang rasakan kecuali jika Anda berbagi pengalaman mereka."

(Sumber: khaleejtimes.com)

2 dari 3 halaman

Selfie Buka Puasa Ini Bikin Jagat Sosmed Menangis

Selfie Buka Puasa Ini Bikin Jagat Sosmed Menangis © Dream

Dream - Sebuah foto selfie seorang pria yang tengah berbuka puasa membuat dunia terharu. Bukan lantaran makanan yang disajikan, tapi dia membuat pesan yang membuat setiap muslim terenyuh.

Khaled Zikry adalah pria yang membuat foto itu. Dia pemuda asal Mesir yang kini tinggal di Los Angeles, Amerika Serikat. Usianya baru 25 tahun.

Ini adalah kali pertama baginya menghabiskan Ramadan jauh dari keluarga.

" Hari ini saat di meja makan saat berbuka, melihat ke kiri dan kanan hitunglah kenikmatan yang diperoleh. Kenyataannya sangat pahit,"  ucap Khaled mengutip laman Khalleejtimes.com, Jumat, 10 Juni 2016.

Khaled berbagi foto makanan buka puasanya di halaman Facebook-nya menggunakan fitur timer dari telepon selulernya. Ia pun sempat berdoa sebelum mengakhiri puasa pada hari pertama.

Menu makannya berupa ayam goreng dari Popeyes, minuman kalengan dari Campbell, serta sup dan yoghurt dari toko kelontong Iran terdekat.

Tapi tidak ada sukacita di ruangan itu. Tak ada orang-orang terkasih yang menyambut buka puasa hari pertama. Serta tidak ada suara Azan dari masjid di dekatnya yang biasanya bersahutan.

Khaled yang tinggal di Dubai selama empat tahun sebelumnya ditawari posisi pekerjaan di Los Angeles. Namun kini dia sangat kebingungan menjalani Ramadan sendirian. Khaled pun ingin kembali ke Timur Tengah.

Sebenarnya Khaled berusaha menghibur diri dengan menelepon kedua orangtuanya. Dia ingin mengucapakan selamat Ramadan. Namun harapan kandas. Ayah ibunya telah tertidur karena perbedaan waktu kedua negara.

Dengan hati sedih, Khaled pun berpesan kepada semua umat Islam yang diberkati kesempatan menghabiskan Iftar bersama keluarga mereka:

" Berlutut dan mencium tangan ibu Anda. Cium kening ayahmu. Telepon bibi yang telah lama tak ada hubungi untuk memastikan dia baik-baik saja. Nikmati manisan dan makanan penutup yang disajikan nenek. Ambil uang dari kakek Anda tanpa rasa malu. Pergi dengan sepupu Anda, bermain sepak bola dengan tetangga Anda. Bicara. Tertawa. Atau hanya duduk dengan saudara Anda. Karena mereka adalah orang-orang yang sesungguhnya. "

Posting Khaled pun menjadi viral di media sosial. Ribuan orang tersentuh dengan curahan hatinya. Ia bahkan menerima beberapa undangan dari umat Islam yang berbasis di AS untuk bergabung dengan mereka untuk berbuka. (Ism) 

3 dari 3 halaman

Cerita Sebenarnya Desa dengan Puasa Tersingkat, Cuma 3,5 Jam!

Cerita Sebenarnya Desa dengan Puasa Tersingkat, Cuma 3,5 Jam! © Dream

Dream - Netizen dihebohkan adanya laporan satu warga sebuah desa menjalani puasa tersingkat di dunia. Warga di sebuah desa di Oman itu kabarnya hanya puasa selama tiga jam.

Desa Wekan namanya. Berlokasi 150 kilometer dari ibukota Oman, Muscat.  Desa tersebut hanya bisa ditempuh dengan naik keledai, kuda atau mobil berpenggerak 4 roda (4WD).

Namun kabar tersebut dibantah oleh Kementerian Pariwisata Oman.

" Berita itu tidak benar. Meski sulit menyaksikan matahari di wilayah bergunung-gunung, namun bukan berarti mereka tidak mengetahui matahari tidak terbit," kata seorang pejabat Kementerian Pariwisata Oman kepada Times of Oman.

Sebelumnya, media lokal menyebut warga desa itu melihat matahari terbit pada jam 11 pagi dan terbenam jam 2.30 siang. Berita tentang singkatnya matahari bersinar di desa itu telah menyebar luas di media sosial.

Karena itulah, desa itu disebut sebagai wilayah dengan jam puasa paling singkat di dunia dengan durasi hanya 3 jam dan 60 menit.

(Ism, Sumber: khaleejtimes.com)

Beri Komentar