Ilustrasi
Dream - Mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam, tapi ada umat agama lain dan kita hidup berdampingan. Dibutuhkan toleransi untuk bisa hidup rukun dan hal ini sangat penting untuk diajarkan pada buah hati.
Mereka tentunya akan bertemu dan bergaul dengan umat agama lain yang kepercayaannya jauh berbeda dengan umat Islam. Lalu bagaimana jika anak mulai bertanya soal pergaulan dengan teman yang non muslim?
Berikanlah penjelasan yang bijak, kalau umat muslim bisa berdampingan dan bergaul dengan umat agama lain. Kuncinya adalah saling menghormati. Dikutip dari BincangSyariah, merujuk pada Alquran, salah satunya surat Mumtahanah ayat 8:
Artinya: Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.
Ceritakan juga pada anak, Rasulullah SAW pernah bersahabat dengan non muslim. Nabi Muhammad bersahabat dengan seorang Yahudi. Bahkan, sahabat Nabi yang Yahudi, mati berperang melawan musuh. Dalam paparan Ibnu Ishaq lewat kitab Sirah Nabawiyah, bahwa Yahudi tersebut bernama Mukhairiq.
Persahabatan Nabi dengan Mukhairiq bahkan cukup unik. Pasalnya, ia adalah pendeta Yahudi, yang memiliki pengetahuan yang luas terhadap kitab Taurat. Mukhairiq termasuk seorang kaya, yang memiliki harta benda yang banyak, termasuk kebun kurma yang luas.
Harta yang luas tersebut dia serahkan kepada Rasulullah. Itu merupakan wasiat ketika kelak meninggal. Harta tersebut untuk melanjutkan perjuangan Nabi Muhammad. Beliau bahkan memuji perangai dan tindakan Mukhairiq dengan mengatakan, “ Mukhairiq adalah sebaik-baik orang Yahudi”.
Anak-anak biasanya sangat suka cerita ketauladanan Nabi. Dengan begitu mereka akan lebih mudah memahami.
Sumber: BincangSyariah
Dream - Pola pengasuhan anak yang diterapkan orangtua memang berbeda-beda. Ada yang lembut, keras, penuh disiplin atau perpaduan di antara hal tersebut. Satu hal yang harus selalu diingat, buah hati merupakan amanah dari Alalh SWT yang harus dijaga dan diasuh dengan baik.
Kelak, para orangtua akan dimintai pertanggungjawabannya di akhirat. Dalam hal mengasuh anak, KH. Bahauddin Nursalim atau akrab disapa Gus Baha mengingatkan kebiasaan para Nabi, yaitu memuliakannya.
(Gus Baha)
Dikutip dari tulisan Rifqi Fairuz di Islami.co, memuliakan artinya hubungan antara orangtua dan anak itu saling menghormati, sehingga hubungan antara orang tua dan anak itu senang dan nyaman di antara kedua belah pihak. Al-Quran sudah mengabadikan perihal memuliakan anak ini dalam surat Maryam ayat 12-13:
Artinya: " Wahai Yahya! Ambillah (pelajarilah) Kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh.” Dan Kami berikan hikmah kepadanya (Yahya) selagi dia masih kanak-kanak, dan (Kami jadikan) rasa kasih sayang (kepada sesama) dari Kami dan bersih (dari dosa). Dan dia pun seorang yang bertakwa" .
Gus Baha menekankan redaksi kata hanan di ayat tersebut. Beliau menjelaskan bahwa arti kata hanan di sini adalah bermakna sifat aris, sifat senang dan menciptakan suasana nyaman. Hal itulah yang harus dijadikan landasan hubungan anak dan orangtua.
Mengapa memuliakan anak menjadi penting? Jangan sampai karena orangtua terlampau keras, sehingga anak jadi kecewa dengan sistem Islam yang diterapkan keluarganya sendiri. Sebab anak adalah harapan orangtua untuk melanjutkan kalimat tauhid ke generasi dan keturunan selanjutnya di masa depan.
Gus Baha mengutip doa Nabi Zakaria ketika memohon kepada Allah supaya dikaruniai keturunan sebagaimana tertera di surat Maryam ayat 4:
Artinya: " Dan sungguh, aku khawatir terhadap kerabatku sepeninggalku, padahal istriku seorang yang mandul, maka anugerahilah aku seorang anak dari sisi-Mu, yang akan mewarisi aku dan mewarisi dari keluarga Yakub; dan jadikanlah dia, ya Tuhanku, seorang yang diridai.”
Ayat tersebut merupakan doa Nabi Zakaria yang meyakini bahwa anak merupakan pewaris kalimat tauhid dan ajaran Islam di masa mendatang. Lebih lanjut, Gus Baha menyebutkan bahwa amal saleh yang dilakukan anak sendiri jauh lebih memberi pahala bagi kita, dibandingkan amal saleh dari santri atau murid.
“ Jadi, di antara adabnya para nabi itu adalah memuliakan anak. Karena anak itu yang kelak lebih panjang waktunya untuk membawa kalimat tauhid," ujarnya.
Penjelasan selengkapnya baca di sini.
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN