Pola Makan dan Adab Menyantap Hidangan Sesuai Anjuran Rasulullah

Reporter : Ahmad Baiquni
Rabu, 28 Agustus 2019 16:01
Pola Makan dan Adab Menyantap Hidangan Sesuai Anjuran Rasulullah
Rasulullah punya kebiasaan makan yang menjadikan tubuhnya selalu sehat.

Dream - Makanan merupakan faktor penunjang utama dalam kehidupan. Sebagai nikmat dan rezeki besar yang diberikan Allah SWT, makanan membuat manusia memiliki energi untuk menjalani aktivitasnya.

Dengan beragam jenis makanan yang bisa disantap, manusia bisa mensyukuri nikmat itu dengan memperhatikan setiap asupan yang masuk ke dalam tubuh. Dengan harapan, makanan itu akan menjadi penunjang kesehatan dan bukan sebaliknya. 

Untuk menunjang hidup sehat ada baiknya menerapkan pola dan cara makan yang teratur. Terkait hal ini, Rasulullah Muhammad SAW sudah memberikan contoh mengenai pola dan cara makan yang tepat.

Dikutip dari NU Online, salah satu hal yang perlu diperhatikan terkait makanan adalah kemampuan perut. Rasulullah SAW sudah mengingatkan dalam sabdanya, perut bukanlah wadah yang bisa diisi seenak kita.

Mengisi perut tidak boleh berlebihan hingga melewati batas kemampuannya dalam mengolah makanan. Jika sampai perut diisi berlebih dapat menimbulkan dampak buruk pada tubuh.

Dalam hadis riwayat Ahmad, Rasulullah SAW bersabda,

" Keturunan Adam tidak dianggap menjadikan perutnya sebagai wadah yang buruk jika memenuhinya dengan beberapa suap yang dapat menegakkan tubuhnya. Karena itu, apa yang dia harus lakukan adalah sepertiga perutnya untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga lagi untuk napas."

Makanan halal yang mengisi perut dapat menjaga kelangsungan hidup. Jangan sampai kekeyangan karena dapat mendatangkan hal negatif seperti kantuk dan rasa malas baik bekerja maupun beribadah.

Dalam jangka panjang, perut yang diisi secara berlebih membuat berat badan bertambah sehingga terjadi obesitas.

1 dari 5 halaman

Hindari Rakus

Kedua, menghindari sifat rakus dengan tidak memasukkan segala macam makanan ke dalam perut. Ini seperti kebiasaan Rasulullah SAW yang tersebut dalam sejumlah hadis.

Rasulullah tidak pernah makan banyak. Tidak pernah makan sampai kenyang, juga tidak pernah memperbanyak ragam makanan. Ketika istrinya tidak masak, Rasulullah berpuasa dan cukup menyantap roti saja.

 

2 dari 5 halaman

Jangan Ajak Orang Lain Jika Dapat Undangan Makan

Ketiga, jangan mengajak orang lain jika menghadiri undangan yang di dalamnya tersaji makanan. Kecuali jika pihak yang mengundang memberikan izin.

Hal ini seperti dalam riwayat Imam Bukhari dari Abu Mas'ud mengenai Abu Syu'aib yang mengundang Rasulullah untuk makan. Dalam riwayat itu, Abu Syu'aib menyuruh asistennya menyiapkan makanan untuk lima orang.

" Sediakanlah makanan untuk lima orang. Aku ingin mengundang Nabi SAW di antara mereka berlima. Sebab, aku mengetahui rasa lapar di raut wajah mereka." kata Abu Syu'aib.

Abu Syu'aib kemudian mengundang Rasulullah SAW bersama empat orang lainnya untuk makan. Tetapi, ada satu orang yang ikut datang.

Rasulullah kemudian berkata kepada Abu Syu'aib, " Lelaki ini ikut bersama kami. Jika menghendaki, engkau boleh mengizinkannya. Dan jika menghendaki, engkau boleh menyuruhnya pulang." Abu Syu'aib lalu mengizinkan orang itu ikut makan.

 

3 dari 5 halaman

Makan dengan Berkerumun, Bukan Berpencar

Keempat, makanlah secara berkumpul mengerumuni makanan. Bukan dengan makan secara berpencar.

Dalam hadis riwayat Imam Abu Dawud, Wahsyi ibn Harm bercerita ada sejumlah sahabat bertanya kepada Rasulullah.

" Wahai Rasul, kami makan tapi tidak merasa kenyang." Rasulullah menjawab, " Mungkin kalian berpencar (saat makan)?" Mereka berkata, " Iya." Rasulullah kembali berkata, " Maka berkumpullah di sekitar makanan kalian. Sebutlah asma Allah (basmalah). Dengan begitu, Dia akan memberi keberkahan kepada kalian," (HR Abu Dawud). Rasulullah juga bersabda, " (Jika berkah) makanan untuk seorang pun jadi cukup untuk berdua. Makanan untuk berdua cukup untuk berempat. Dan makanan untuk berempat cukup untuk delapan orang."

 

4 dari 5 halaman

Tak Makan di Khawan dan Sakrajah

Kelima, sebaiknya tidak makan di khawan atau tempat tinggi yang disiapkan untuk makan, seperti meja makan. Juga tidak makan di sakrajah, wadah kecil untuk makanan ringan.

Dalam hadis riwayat Imam Bukhari, Anas bin Malik bercerita Rasulullah pernah bersabda mengenai cara makan. " Nabi Allah tidak pernah makan di khawân dan sakrajah. Tidak pula ia makan roti yang dikeringkan."

Tetapi, hadis ini bukan berarti melarang makan di meja atau di piring kecil. Hanya sebagai bentuk kesunahan untuk makan dengan bersila di lantai.

 

5 dari 5 halaman

Tidak Bersandar saat Makan

Selanjutnya, sebaiknya tidak makan dengan bersandar. Posisi ini menunjukkan cara orang yang sangat bernafsu makan sehingga tidak bisa mengontrol diri.

Cara duduk yang dianjurkan ketika makan yaitu dengan menekuk kedua lutut dan menduduki bagian dalam telapak kaki. Bisa juga dengan menegakkan betis dan paha kanan serta menduduki kaki kiri.

Sumber: NU Online

Beri Komentar