Ilustrasi (Shutterstock.com)
Dream - Menteri Riset dan Teknologi, Bambang Brodjonegoro, menyampaikan perkembangan positif pengembangan inovasi alat pendeteksi Covid-19 melalui GeNose. Dari beberapa kali pengujian, alat ini diklaim memiliki tingkat akurasi deteksi Covid-19 lebih akurat.
Bambang mengatakan saat ini GeNose mulai masuk tahap kedua uji validasi. Pada tahap pertama pengujian, Bambang mengatakan alat ini menunjukkan performa yang cukup baik dalam mendeteksi Covid-19.
" Di dalam uji validasi tahap pertama di sebuah rumah sakit di Jogja, validasinya akurasinya mencapai 97 persen dibandingkan PCR yang merupakan goal standart," ujar Bambang dalam konferensi pers disiarkan channel YouTube FMB9ID_IKP.
Selain itu, Bambang menyebut alat ini relatif murah namun memiliki tingkat efektivitas yang tinggi. Jika dijual, alat ini dibanderol dengan harga Rp40 juta.
" Tetapi bisa digunakan sampai dengan 100 ribu pengujian," kata dia.
GeNose dikembangkan dengan basis Artificial Inteligence (AI) sehingga kemampuannya terus meningkat seiring dengan banyaknya pengujian yang dilakukan.
" Mesinnya juga dikembangkan dengan pendekatan AI sehingga mesinnya semakin banyak melakukan pengujian sampel, tingkat akurasinya semakin tinggi karena sifatnya ini adalah mesin learning," ucap dia.
Selain GeNose, inovasi lain yang juga dalam pengembangan saat ini yaitu rapid test berbasis antigen atau rapid swab test. Alat ini tengah dikembangkan LIPI dengan teknologi RT Lamp.
" Kita berharap menjelang akhir tahun, yaitu November dan Desember, baik GeNose maupun RT Lamp ini sudah diproduksi dan dipakai secara luas," kata Bambang.
Lebih lanjut, Bambang menjelaskan dua inovasi ini dapat membantu menekan beban biaya pengujian. Terutama pengujian PCR yang biayanya masih cukup tinggi.
" Punya tingkat akurasi cukup tinggi, dan juga tidak memerlukan laboratorium BSL 2 seperti halnya pengujian PCR.
Selalu ingat #PesanIbu untuk selalu mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak untuk pencegahan virus COVID19. Jika tidak, kamu akan kehilangan orang-orang tersayang dalam waktu dekat.
Dream - Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Wiku Bakti Bawono Adisasmito, menjelaskan pengadaan vaksin oleh pemerintah akan memegang prinsip melindungi seluruh masyarakat. Pemerintah tidak ingin masyarakat terbebani dengan harga vaksin saat sudah produksi massal.
" Tentunya Pemerintah tidak ingin memberatkan masyarakat," ujar Wiku.
Vaksin Covid-19 dari Sinovac rencananya diproduksi PT Bio Farma secara massal setelah uji klinis tahap III dinyatakan berhasil. Nantinya, Bio Farma akan memproduksi vaksin ini sebanyak 17 juta dosis per bulan.
Menurut Wiku, skema penyebaran vaksin dijalankan berdasarkan skala prioritas mengingat kapasitas produksi yang terbatas. Skala prioritas ditetapka mengacu pada kelompok berisiko tinggi tertular Covid-19 seperti dokter, perawat, dan tenaga kesehatan.
" Nanti ada pertimbangan tersendiri apakah diberikan kepada orang yang berisiko tinggi dan juga diberikan ke daerah," kata Wiku.
Sementara, Corporate Secretary Bio Farma, Bambang Heriyanto, mengatakan saat ini harga vaksin berada di kisaran Rp200 ribu. Tetapi, itu masih harga perkiraan dan terdapat kemungkinan bisa di atas atau di bawahnya.
Bambang menjelaskan penetapkan harga vaksin diperoleh dengan memperhitungkan biaya balak vaksin dari Sinovec yang kemudian diproses di Biofarma.
" Ini baru kisaran saja, harga bisa di atas atau di bawah nantinya (setelah diperhitungkan secara detail)," kata Bambang.
Bio Farma telah melakukan sejumlah persiapan produksi vaksin Covid-19 secara massal setelah mendapatkan izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan. Kapasitas produksi akan ditetapkan secara bertahap.
" Sekitar 16 juta dosis sampai 17 juta dosis per bulan yang bisa diproduksi tergantung waktu suplai dari Sinovac," terang Bambang, dikutip dari Covid19.go.id.
Selalu ingat #PesanIbu untuk selalu mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak untuk pencegahan virus COVID19. Jika tidak, kamu akan kehilangan orang-orang tersayang dalam waktu dekat.
Dream - Satgas Penanganan Covid-19 menegaskan kelompok masyarakat penerima vaksin Covid-19 hanya mereka yang dinyatakan dalam kondisi sehat dan belum terpapar virus Corona. Prioritas utama akan diberikan pada masyarakat yang berisiko tinggi.
" Pada prinsipnya, vaksinasi diberikan pada orang sehat yang belum terinfeksi. Ini bertujuan untuk melindungi dirinya," kata Juru bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof. Wiku Adisasmito dalam virtual konferensi pers, Senin 19 Oktober 2020.
Wiku menyampaikan kelompok prioritas penerima vaksin itu adalah mereka yang berisiko tinggi tertular Covid-19 seperti tenaga kesehatan dan petugas pelayanan publik. Pemerintah juga telah menyusun berbagai kriteria terkait pemberian vaksin yang mempertimbangkan berbagai faktor.
" Vaksin sudah siap beredar saat semuanya sudah siap, dan vaksin yang ada sudah lulus uji klinis lengkap dengan hasil aman dan efektif," jamin Wiku.
Dalam kesempatan tersebut, Wiku juga menyampaikan perihal perbedaaan vaksinasi dan imunisasi. Secara umum, vaksinasi adalah proses mendapatkan vaksin dan imunisasi adalah hasil dari vaksinasi yakni mendapatkan kekebalan tubuh.
" Kalau vaksinasi memasukan vaksin ke tubuh, imunisasi itu proses di mana tubuh memunculkan imun untuk terbentuknya antibodi spesifik terhadap penyakit yang dituju," jelasnya.
Menurut Wiku, masyarakat tak perlu bingung menentukan tahap mana yang harus didahulukan. Yang terpenting saat ini adalah upaya untuk meningkatkan kekebalan masyarakat terhadap serangan virus.
Dream - Direktur Jendral Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan, dr. Achmad Yurianto menegaskan uji klinis dan pengadaan vaksin Covid-19 yang sedang dipersiapkan pemerintah tidak lantas mengurangi pentingnya penegakan protokol kesehatan. Dengan jumlah yang masih terbatas, pandemik tak sepenuhnya sudah berakhir.
" Vaksin tidak boleh dianggap sebagai penyelesaian akhir dari pandemi. Presepsi kalau sudah ada vaksin maka selamat tinggal masker, selamat tinggal protokol kesehatan tidak bisa dilaksanakan, ini presepsi yang salah," ungkap dr. Yuri dalam konferensi virtual, Senin 19 Oktober 2020.
Dr. Yuri menjelaskan, vaksin hanya bisa mencegah tetapi tidak bisa membebaskan seseorang dari kemungkinan terpapar Covid-19.
" Vaksin ditunjukkan untuk memberikan kekebalan agar saat kita terpapar tidak jadi sakit. Jadi hanya untuk mencegah menjadi sakit akibat terpapar. Sehingga ini (vaksin) adalah lini kedua," jelasnya.
Advertisement
Perhatian Buat yang Suka Menyangga HP Pakai Kelingking, Ini Bahayanya!
TemanZayd, Komunitas Kebaikan untuk Anak Pejuang Kanker
Halte TJ Senen Sentral yang Terbakar, Berubah Jadi Halte Jaga Jakarta
4 Komunitas Animasi di Indonesia, Berkarya Bareng Yuk!
Senayan Berbisik, Kursi Menteri Berayun: Menanti Keputusan Reshuffle yang Membentuk Arah Bangsa
Konser Sejarah di GBK: Dewa 19 All Stars Satukan Legenda Rock Dunia dalam Panggung Penuh Magis
Throwback Serunya Dream Day Ramadan Fest bersama Royale Parfume Series by SoKlin Hijab
Desain Samsung Galaxy S26 Bocor, Isu Mirip iPhone 17 Pro Bikin Heboh Pecinta Gadget
Official Genas, Komunitas Dance dari Maluku yang `Tularkan` Goyang Asyik Tabola Bale
Perhatian Buat yang Suka Menyangga HP Pakai Kelingking, Ini Bahayanya!
Nyaman, Tangguh, dan Stylish: Alas Kaki yang Jadi Sahabat Profesional Modern