Pencopotan Baliho Rizieq, Pangdam Jaya: Yang Mengkritik Tak Tahu Perjalanannya

Reporter : Ahmad Baiquni
Senin, 23 November 2020 14:51
Pencopotan Baliho Rizieq, Pangdam Jaya: Yang Mengkritik Tak Tahu Perjalanannya
"Kok bisa takut sama mereka? Mereka itu siapa?".

Dream - Panglima Daerah Militer Jaya, Mayor Jenderal Dudung Abdurrachman, menjawab kritikan sejumlah pihak terkait instruksi pencopotan baliho pimpinan FPI, Habib Rizieq Shihab. Dia menyebut para pengkritiknya tidak tahu kronologis peristiwanya.

" Yang mengkritik itu tidak tahu perjalanannya, ceritanya, bagaimana penurunan baliho," ujar Dudung, dikutip dari Liputan6.com.

Dudung mengatakan baliho Rizieq sudah diturunkan Satpol PP dua bulan lalu dengan pengawalan dari TNI dan Polri. Tetapi, di lapangan terjadi penghadangan oleh massa FPI dan diminta untuk memasang kembali.

" Lah, emang dia siapa? Dia ini siapa? Organisasi apa? Pemerintah yang jelas-jelas Satpol PP kok. Pemerintah itu jelas organisasinya, strukturnya sudah jelas, kok bisa takut sama mereka? Mereka itu siapa?" kata Dudung.

Karena itulah, Dudung memerintahkan prajuritnya turun dan melakukan penertiban baliho. Meski ada kritik, Dudung mengatakan lebih banyak yang mendukung langkah tersebut.

" Saya tidak ingin ada keresahan-keresahan yang membuat aturan-aturan dia sendiri, ini negara hukum, harus ada ketetapan hukum yang benar," ucap Dudung.

Sumber: Liputan6.com/Nanda Perdana Putra

1 dari 7 halaman

Pangdam Jaya: Bukan Habib Kalau Ucapannya Tidak Baik

Dream - Pangdam Jaya, Mayjen TNI Dudung Abdurachman, mengritik materi ceramah habib dalam sebuah acara maulid Nabi Muhammad yang karena dia nilai kurang baik. Sebagai pemuka agama, harusnya seorang habib memberikan nasihat yang mencerahkan.

" Kalau katanya sebagai imam besar, kalau dibilang sebagai kiai atau habib, karena habib atau kiai itu selalu hatinya baik, pikirannya baik, ucapan baik, dan tindakan juga baik, jadi kalau ucapannya tidak baik, bukan habib atau kiai namanya," ucap Dudung di Jakarta, Jumat 20 November 2020.

Islam, tambah Dudung, tidak mengajarkan mencela atau menyerang sesama umat. Islam agama penuh kasih sayang, tidak pantas bila seorang ulama melempar perkataan buruk.

" Saya ini orang Islam, saya orang Muslim mengajarkan selalu Islam itu agama yang rahmatan lil 'alamin, agama yang mengajarkan tentang kasih sayang, untuk seluruh alam semesta bukan hanya manusia saja. Jangan asal bicara sembarangan," ucap dia.

Dudung mengungkapkan keperihatinan jika ada seorang habib di peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW menyelipkan bahasa-bahasa dan ucapan kotor di dalam ceramahnya. " Saya prihatin dan saya tidak terima sebagai orang muslim," ucap dia.

2 dari 7 halaman

Perintah Turunkan Baliho Rizieq

Sebelumnya Dudung menegaskan, pencopotan baliho bergambar pimpinan Front Pembela Islam Rizieq Shihab di beberapa titik Ibu Kota atas perintahnya.

Untuk diketahui, sebuah video berdurasi 11 detik memperlihatkan sekelompok orang berseragam loreng tengah menurunkan spanduk bergambar yang terpasang di baliho. Video itu beredar di media sosial.

" Ada berbaju loreng menurunkan baliho habib rizieq itu perintah saya," tegas Pangdam di Monas, Jakarta, Jumat 20 November 2020.

3 dari 7 halaman

Alasan Penurunan Baliho

Dudung juga menjelaskan alasan dibalik penurunan baliho tersebut. Langkah itu diambil berdasarkan hukum. Menurutnya, baliho yang terpasang itu menyalahi aturan.

" Karena brapa kali Satpol PP menurunkan, dinaikkan lagi. Perintah saya itu," ucap Dudung.

Dia pun meminta siapapun harus taat pada hukum, tanpa terkecuali. Karena itu Dudung meminta baik ormas ataupun pihak manapun untuk tidak sembarangan memasang baliho.

" Kalau siapapun di republik ini, ini negara hukum, harus taat kepada hukum, kalau masang baliho sudah jelas ada aturannya, ada bayar pajak, dan tempat ditentukan, jangan seenaknya sendiri, seakan akan dia paling benar," tegas Dudung.

4 dari 7 halaman

Sisi Lain Pangdam Jaya Mayjen Dudung, Pantang Menyerah Sejak Remaja

Dream - Panglima Kodam Jaya, Mayjen Dudung Abdurachman, mengaku memerintahkan anak buahnya untuk menurunkan baliho pimpinan Front Pembela Islam (FPI), Habib Rizieq Shihab. Pencopotan itu viral di media sosial.

" Ada berbaju loreng menurunkan baliho habib rizieq itu perintah saya," tegas Dudung saat apel pasukan di Monas, Jakarta, Jumat 20 November 2020.

Namun, siapa sangka di balik sikap tegas Mayjen Dudung, tersimpan kelembutan, terutama kepada sang ibu. Dia memendam rindu mendalam terhadap ibunya yang membuatnya teringat kenangan saat remaja.

Hal itu terjadi tepat di hari ulang tahunnya ke-55, Kamis 19 November 2020. Dia disuguhi sepiring kue pandan dihiasi klepon dilengkapi dengan teh hangat.

" Euumm, enak tapi lebih enak buatan ibu. Kalau klepon buatan ibu, lebih besar dan lebih kenyal," ujar Dudung usai mencicipi kue klepon yang membawa memori tentang sang ibu di ruang kerjanya.

Sembari melanjutkan menyantap kue ulang tahunnya, Dudung bercerita tentang kenangannya bersama ibunda tercinta di masa-masa sulit, terutama usai kehilangan sosok ayah.

Bagi Dudung, ibu merupakan sosok pahlawan yang sangat berjasa dalam kehidupannya karena sejak Dudung remaja ia melihat ibunya menjadi tulang punggung utama menafkahi delapan orang anak-anaknya.

5 dari 7 halaman

Jadi Loper Koran Saat SMA

Masa remaja Mayjen Dudung tidak seperti kawula muda pada umumnya, yang sibuk mencari jati diri. Mayjen Dudung justru memutar otak bagaimana bisa menjalani pendidikan di bangku SMP sambil membantu keluarganya bertahan hidup.

Tanpa mengenal rasa malu, Dudung remaja memutuskan untuk membantu ibunya menjajakan jajanan pasar 'homemade' ke Kodam Siliwangi III/Siliwangi saat masih mengenyam pendidikan di bangku SMP.

Kegiatan itu pun dilakukannya tak hanya sekali dua kali, namun rutin hingga Dudung menginjak pendidikan di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA). Meski kegiatannya berbeda dengan anak-anak muda di masanya dan ia harus mengantar dagangan ibunya, Dudung pun tak merasa malu.

Ia justru terpacu dan lebih giat membantu ibunya untuk menambah pundi-pundi uang dengan menjadi loper koran.

" Saya harusnya masuk SMAN 5 Bandung itu, tapi karena masuknya pagi, maka tidak jadi. Saya carinya yang masuk siang. Biar paginya itu saya bisa anter koran dulu. Jadi anter koran itu pagi jam 04.00 Wib terus pulang jam 08.00 Wib," katanya.

Setelah itu, kegiatan berlanjut dengan mengantar klepon, pastel, donat itu untuk dititipkan ke sejumlah kantin seperti di Kodam III, Taman Lalu Lintas, lalu SMP Muslimin. " Itu saya lakukan tiap hari," kenang Dudung.

Usai mengantar koran dan menitipkan jajanan pasar ke beberapa kantin sekitar tempat kediamannya, Dudung pun tak langsung pulang namun mencari kayu bakar yang nantinya digunakan oleh ibunya untuk memasak.

" Memasaknya, dulu masih pakai kayu bakar, sangat tradisional. Mungkin itu juga yang membuat rasa kleponnya, jadi beda dengan yang lain," ujar Dudung.

6 dari 7 halaman

Jadi Kurir Jajanan saat Masa Taruna Akmil

Tidak hanya mengenang ibundanya, di hari jadinya itu Dudung mengenang masa-masa saat menjalani pendidikan menjadi taruna di akademi militer.

Karena mencicipi getirnya kesulitan ekonomi di masa kecil, pada saat menjadi taruna Dudung pun masih gemar berusaha menghasilkan sedikit uang saku.

Saat masa taruna akmil, Dudung kerap mencuri-curi waktu untuk menjadi " kurir" ekspres bagi teman-temannya yang ingin membeli camilan.

" Dulu ketika sudah selesai makan malam, saat jadi taruna, saya suka cari makanan. Saya tanya ke teman-teman yang lain mau nitip (jajanan). Mau bakpia, getuk, itu saya naik ke puncak di Kampung Kranggan (Malang). Nah, dari situ lumayan saya dapat untung," ujar Dudung.

Tak ada gading yang tak retak, Dudung pun menceritakan pengalamannya saat menjadi pengusaha ‘kurir jajanan ekspres’ di masa taruna yang diketahui oleh pelatihnya semasa di akmil.

Kala itu ia mengajak dua orang rekannya untuk ikut dalam misi mencari makanan ke Kranggan, pada saat kembali ke lokasi asalnya salah satu temannya yang bernama Gunawan, justru malah tertangkap basah oleh pelatihnya.

Dudung pun ikut dilaporkan Gunawan terlibat aksi mencari camilan sebelum apel malam rutin digelar, sehingga Dudung dan kedua temannya pun diberi hukuman oleh pelatihnya itu.

Pengalaman-pengalaman unik itu dikenang Dudung dan menjadi salah satu penyemangatnya hingga saat ini menjalankan pekerjaan yang diembannya sebaik-baiknya.

7 dari 7 halaman

Sampaikan Pesan untuk Generasi Muda

Merayakan 55 tahun usianya di tengah kondisi pandemi COVID-19, Dudung pun membagikan sedikit pesan bagi para generasi muda yang kini mungkin saja mengalami kesulitan ekonomi, sama seperti dirinya di masa muda.

Ada tiga hal yang dibagikannya bagi para generasi muda untuk dapat bertahan dan melewati kesulitan ekonomi dan menjadi sukses.

Pertama, ia berpesan agar pemuda masa kini dapat percaya pada dirinya sendiri dan mau tekun meski dalam sulit.

" Apa yang ada di depanmu, apa yang ada di belakangmu, sekali pun yang ada di sekelilingmu itu tidak berarti apa-apa, dibanding dengan dirimu sendiri. Artinya percaya kerja keras yang dilakukan diri sendiri," kata Dudung.

Dengan terlebih dahulu percaya terhadap diri sendiri, maka dipastikan apa pun usaha yang dikerjakan tentunya dapat berhasil.

Selanjutnya hal ke dua yang Dudung bagikan agar pemuda dapat melewati krisis ekonomi adalah bakti kepada orang tua.

Sikap hormat kepada ayah atau pun ibu turut harus dijalankan dan dimiliki generasi muda agar dapat meraih kesuksesan.

" Ini sangat sederhana. Berbakti kepada orang tua terutama ibu, itu penting. Kalau menyayangi ibu, itu pasti akan berhasil. Jadi, jangan sekali-sekali membentak ibu, ini juga yang membuat saya paling sayang sama ibu," tegas Dudung.

Menutup pesannya yang terakhir bagi generasi muda, Dudung berpesan agar pemuda dapat mengetahui tujuan hidupnya dan selalu mengasihi sesama manusia.

" Pokoknya harus baik kepada setiap orang, mengasihi sesama. Kalau di agama Islam itu hablum minannas, baik saja sama semua, itu pasti berhasil. Ada pepatah mengatakan sekecil apa pun kebaikan yang kamu lakukan itu, akan jadi riak kebaikan yang tidak berujung," tutup Dudung.

Sumber: merdeka.com

Beri Komentar