Wawancara TIM KLN dengan Wapres Terpilih Jusuf Kalla

Reporter : Eko Huda S
Sabtu, 20 September 2014 10:36
Wawancara TIM KLN dengan Wapres Terpilih Jusuf Kalla
Terbenam dalam politik sejak tahun 1960-an, JK menyimpan banyak pengalaman dan rumus jitu dalam urusan lobi. Dari pengalaman itu, JK paham benar bahwa 'kepentingan' bisa mengubah peta politik.

Dream - Hiruk pikuk pemilihan Presiden dan Wakil Presiden memang sudah usai. Persaingan sengit selama kampanye hingga drama sengketa di Mahkamah Konstitusi tuntas sudah. Joko Widodo dan Jusuf Kalla resmi menjadi Presiden dan Wakil Presiden terpilih untuk 2014-2019. Mereka dilantik bulan depan, 20 Oktober.

Tapi, bila memetakan kekuatan di Parlemen, Jokowi dan JK sesungguhnya memerintah dengan kurang dari separuh kekuatan. Cuma 207 kursi. Koalisi Merah Putih, yang mengusung Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa menguasai 292 kursi. Dengan kekuatan seperti itu, pemerintahan Jokowi-JK tentu saja gampang “ diganggu.”

Itu sebabnya, banyak pengamat menilai politik Indonesia lima tahun ke depan, masih dikurung perselisihan dua kubu itu. Tapi Jusuf Kalla, yang sudah malang melintang dalam politik nasional semenjak tahun 1960-an itu mengaku tak risau. Sebab, katanya,  “ Tidak ada yang abadi dalam politik.” JK meyakini betul kebenaran adagium ini: yang abadi dalam politik hanyalah kepentingan. Yang lain, bakal tamat karena kepentingan itu. 

Dalam wawancara dengan Tim media dari KLN (Kapanlagi Network), Kamis pekan lalu, JK menegaskan bahwa peta politik di Senayan itu bakal berubah sesudah Januari 2015. Dia haqul bahwa sejumlah partai di barisan seberang bakal menyeberang. Jumat kemarin, 19 September 2004, dalam Rapat Kordinasi Nasional (Rakornas) PDI Perjuangan di Semarang, keyakinan JK itu perlahan terbukti benar. Sejumlah petinggi PAN dan PPP hadir di situ. 

                                           *****

Terbenam dalam politik sejak tahun 1960-an, Jusuf Kalla menabung banyak pengalaman dan rumus jitu dalam urusan lobi-melobi itu. Lahir di Watampone, Sulawesi Selatan, 15 Mei 1942, jenjang karirnya di politik sudah panjang. Sudah menjadi anggota DPRD saat mahasiswa, menjadi Ketua Senat di Universitas Hasanuddin Makasar, Menjadi Ketua Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Sulsel, masuk Golkar, Menjadi Menteri, Menjadi Ketua Umum Golkar, dan Menjadi Wakil Presiden periode 2004 hingga 2009.

Dari pengalaman sepanjang itu, JK paham benar bahwa “ kepentingan” bisa mengubah peta politik. Mengubah peta koalisi. “ Tunggu saja setelah Januari,” katanya.

Wawancara yang berlangsung hampir 2 jam pekan lalu itu, kami kemas dalam sejumlah gepok. Sembari sesekali menyerupt minuman teh, JK bersemangat menjelaskan tentang koalisi, kabinet, Tim Transisi, dan tentang serunya perdebatan saat Pilpres. 

Dia juga berkisah tentang kehidupan di masa muda, masa tuanya, para cucu, dan tentang betapa nikmatnya mendengar suara merdu Sitti Nurhalizah. Saat menjadi Wapres tahun 2004, dipaksa kursus olah vocal oleh sang istri, lantaran pernah menanggung malu di panggung. Saat menyanyi di depan banyak tokoh penting, termasuk Presiden SBY, JK hanya sanggup menyanyi satu bait, selebihnya gagap dan gugup.

Berikut petikan wawancara itu.

1 dari 15 halaman

Koalisi Pasti Berubah

Koalisi Pasti Berubah © Dream

Soal negosiasi dalam koalisi, biasanya Anda sangat lincah. Negosiasi itu makanan Anda sehari-hari. Tapi dalam kasus koalisi di pemerintahan Jokowi-JK ini, Anda terkesan kurang bergerak? Apa sebabnya?

Situasi yang tegang ini masih sisa-sisa dari proses pemilihan presiden kemarin. Dan itu lumrah saja. Persaingan sangat ketat dan itu sebabnya banyak perhitungan dalam memilih koalisi. Kalau bergabung ke kubu Jokowi apa efeknya, bergabung ke kubu lain apa efeknya. Jadi semua dihitung. Tapi kita semua sampai pada ke kenyataan bahwa yang mengusung kami adalah koalisi empat partai. Dan menang. Dan seperti kita lihat, di pihak lain tetap merapatkan koalisi.

Tapi satu hal yang pasti bahwa dalam politik tidak ada kawan dan lawan abadi. Ini akan berubah dalam waktu tiga empat bulan ke depan.

Karena apa? Apa yang membuatnya berubah?

Dalam tiga empat bulan ke depan, hampir semua partai akan menggelar Munas, Muktamar, yang mungkin saja mengubah struktur organisasi di setiap partai itu.

Apapun yang kami lobi pasti ada dealnya. Tentu saja yang melakukan lobi adalah pimpinan partai dan juga prsiden terpilih. Saya dalam posisi membantu Presiden Jokowi sepenuhnya.

Pada Pemilu 2004, kelihatannya Anda lebih luwes?

Pada tahun 2004, proses pemilihan presiden itu berlangsung dua putaran. Saat masuk putaran kedua itulah para petinggi partai sudah melakukan negosiasi. Pendekatan sudah dimulai saat putaran kedua itu. Pada Pemilu 2009, perubahan koalisi itu setelah kabinet dibentuk. Golkar masuk setelah saya diganti dari posisi Ketua Umum.

Nah, sama juga dengan situasi sekarang. Setelah pelantikan Presiden dan kabinet dibentuk, Golkar akan berganti pengurus atau PPP berganti pengurus atau PAN berganti pengurus. Ya, bisa saja koalisi terbentuk setelah itu. Koalisi itu pada dasarnya sangat dinamis, tidak ada yang bersifat tetap. Saya sangat yakin akan ada perubahan setelah Januari 2014. Tunggu saja.

Yakin bahwa Januari sudah kelihatan siapa mengarah ke mana?

Ya.

Selama menunggu Januari itu apakah sudah ada partai yang mendekat?

Pendekatan sudah banyak. Tapi kan masih terkendala masalah organisasi partai. Organisasi partai jelas tidak bisa diubah dengan segera. Garis koalisi itu sudah jadi keputusan bersama di internal partai-partai itu. Dan itu hanya bisa diubah oleh instansi yang lebih tinggi kedudukannya yaitu Munas, Kongres atau Mukmatar. Arah baru koalisi partai-partai itu akan ditetapkan di situ.

Banyak yang mengkritik bahwa otoritas untuk melakukan negosiasi di kelompok Jokowi-JK kurang jelas. Betul begitu?

Negosiasi banyak. Cuma semuanya harus tertutup, saling berbicara sebagai anak bangsa. Tapi bagi saya, tidak ada masalah juga. Toh kita menganut sistem pemerintahan Presidensil. DPR tidak bisa menjatuhkan presiden, presiden tidak bisa membubarkan DPR.

Tugas DPR itu cuma tiga: legislasi, budgeting, dan pengawasan. Kalau mereka tidak membuat undang-undang, pakai yang lama juga nggak apa-apa. Sudah banyak undang-undang. Makin banyak malah makin tidak fleksibel. Kalau dalam menjalankan fungsi budgeting mereka lambat, lambat disetujui, ya berlaku anggaran lama, dan negara tetap jalan.

Kalau mau melakukan fungsi pengawasan atau mau diawasi 24 jam, ya silakan saja. Itu tidak akan menjadi halangan bagi pemerintahan berjalan dengan baik.

Yang paling dekat hubungannya dengan Anda adalah Golkar. Banyak orang menduga partai ini paling cepat merapat. Apa kesulitannya?

Ya, mungkin ada pertimbangan-pertimbangan sendiri di Golkar. Seperti kita tahu di Golkar itu tidak semua sependapat. Ada otoritas Dewan Pimpinan Pusat (DPP) yang menyebabkan pengurus daerah diam.

Sejauh ini belum ada perkembangan dari Golkar, menunggu setelah Januari juga sepertinya?

Ya menunggu Januari. Saya yakin pasti berubah.

Dalam PPP sudah ada dinamika internal. Suryadharma sudah hampir tersingkir. Yang tersisa ini kelihatannya tinggal yang Pro Jokowi. Bagaimana pendekatannya?

Kita tentu menunggu konsolidasi PPP sendiri. Kalau PPP sudah konsolidasi, saya yakin akan ada pendekatan-pendekatan.

Tunggu muktamar juga?

Nggak. Kalau ini kan Plt, ya menunggu, katakanlah Mukernas. Mukernas yang hadir pengurus DPD tingkat satu, kalau muktamar DPD tingkat dua juga hadir. Dua-duanya mempunyai kekuatan hukum, yang paling tinggi Muktamar. ( Catatan redaksi: Pada acara Rakernas PDIP di Semarang, Jumat 19 September 2014, sejumlah petinggi PPP hadir).

Jadi, dari kubu seberang itu, siapa yang paling mudah dan cepat dirangkul?

Saya belum tahu. Tapi sekali lagi pemerintahan ini tidak tergantung pada koalisi besar kecil. Dan saya yakin nanti akan ada perubahan-perubahan, sesuai dengan pengalaman yang telah lalu.

Pada 2004 begitu. Semula kami berlawanan dengan PAN, eh PAN masuk. Berlawanan dengan Golkar, Golkar juga masuk. Pada 2009 juga begitu. Tidak ada yang tidak berubah. Dulu Demokrat berlawanan dengan Golkar, masuk juga. Tidak ada soal.

Apa yang akan disiapkan untuk partai-partai yang bergabung sesudah Januari itu? Kabinet kan sudah terbentuk?

Memang itu masalahnya. Ya tentu ada saja dealnya. Tentu yang telat pasti mendapat bagian, yang tentu beda dengan yang awal. Pasti begitu. Dulu Golkar 2004 juga begitu. Presiden dilantik Oktober, Golkar bergabung Desember.

PAN bagaimana, apakah jalur menuju partai itu juga ada?

PAN akan Muktamar tahun 2015. Kita tidak tahu perkembangannya, walaupun Jokowi sudah bicara dengan Pak Hatta. Kita sudah tahu semua kan? (Catatan redaksi: Dalam Rakernas PDI Perjuangan di Semarang, Jumat 19 September 2014, sejumlah petinggi PAN hadir)

Bila dibandingkan dengan penyusunan kabinet tahun 2004, sepertinya sekarang lebih rumit. Apa sebabnya?

Sebetulya tidak rumit juga. Pertama, kabinet itu harus profesional. Tapi tidak berarti profesional itu non partai. Banyak dari partai yang juga profesional. Seperti Yudi Chrisnandi. Yudi ini orang Hanura. Tapi siapa bilang dia tidak profesional.

Orang-orang profesional bisa datang dari partai?

Pasti bisa. Orang partai kan banyak yang pintar-pintar.

Komposisi sudah fix?

Lagi diatur-atur. ( Catatan redaksi: Senin, 15 September 2014, Joko Widodo ditemani Jusuf Kalla mengumumkan komposisi kabinet, 18 orang dari professional murni dan 16 dari profesional partai)

Saya ingin jelaskan sekali lagi bahwa ini negeri besar, 34 itu tidak berarti itu gemuk. Tapi kalau Anda terapkan 34 di Singapura, ya gemuk, penduduknya cuma lima juta.

Atau 34 di Malaysia, ya gemuk karena penduduknya cuma 25 juta. Karena menterinya 24, satu menteri rata-rata mengurus satu juta orang. Kalau kita 34, satu menteri rata-rata mengurus delapan juta orang. Yang mana yang gemuk. Kepulauan 17 ribu bagaimana caranya?

Yang sempat ramai posisi Wamen?

Karena dengan sistem kita yang sekarang ini sudah banyak urusan pusat yang didesentralisasi, maka tidak terlalu banyak eselon, tapi departemen itu penting agar fungsi negara berjalan, semuanya diatur.

JK Tidak Dilibatkan Dalam Tim Transisi?

Jusuf Kalla dikabarkan tidak banyak dilibatkan dalam Tim Transisi yang kini banyak membantu Jokowi dalam menyusun stuktur pemerintahan dan kabinet. Betulkah? Apa persisnya fungsi tim ini. Apa tanggapan JK tentang komunikasi Tim Transisi dengan pemerintahan SBY yang sempat terganggu?

Soal Tim Transisi, rumor yang berkembang di luar menyebutkan bahwa Anda tidak banyak berperan?

Waktu berdirinya, saya masih berada di luar negeri. Tapi awal mula tim ini sudah kami bicarakan juga. Cuma saat pembentukannya saya memang tidak ada. Tentu kewenangan Pak Jokowi lah.

Komunikasi Tim Transisi dengan pemerintahan SBY dinilai buruk. Presiden SBY, katanya, dapat SMS soal komunikasi yang buruk ini.

SMS itu sesuatu yang susah dikontrol. Siapa saja boleh SMS orang. Kita tidak bisa tersinggung karena SMS. Kita tidak bisa menentukan policy lewat SMS. Berbahaya. 200 juta orang punya handphone di Indonesia.

Nomor handphone-nya presiden pasti diketahui banyak orang. Nomor HP saya sudah 20 tahun tidak diganti pasti banyak yang tahu. Ya dengan mudah orang kirim SMS. Tapi kita tidak bisa sakit hati atau kecewa hanya karena SMS. Negara ini sudah serba terbuka, termasuk dalam soal berkomunikasi.

Masalah komunikasi itu sudah ada solusinya?

Solusinya ada, komunikasi lewat Menko dan itu sudah jalan. Supaya lebih mudah.

Sebenarnya yang belum terang betul di publik itu soal posisi Tim Transisi, itu persisnya sebagai apa?

Begini, kalau kita lihat sejarahnya, memang hanya kali ini bisa ada transisi. Kenapa? Karena baru kali kesempatan itu ada. Coba lihat, antara Pak Sukarno dan Pak Harto mana mungkin ada tim transisi, karena hanya selembar surat, Supersemar langsung berubah. Tidak ada waktu. Transisi itu, ya supersemar itu. Langsung beralih kepemerintahan itu.

Antara Pak Suharto dan Pak Habibie, kan tiba-tiba Pak Harto berhenti. Yang naik kan wakilya Pak Habibie. Jadi tak perlu ada transisi juga. Antara Gus Dur dan Pak Habibie sama juga. Malam ini keputusan DPR, besoknya dilantik. Jadi nggak ada waktu untuk transisi. Waktu zamannya us Dur ke Mega, wakilnya untuk apa transisi.

Kemudian waktu dari Ibu Mega kepada Pak SBY, pemilihan berlangsung dua putaran. Jadi antara terpilih diumumkan dengan dilantik itu hanya tiga minggu. Kemudian saya dan SBY kan Menkokesra jadi tahu keadaan pemerintahan. Jadi buat apa transisi, kan kita orang dalam. Nah pada Pemilu 2009 berpindah dari SBY kepada SBY juga, untuk apa transisi.

Jadi memang dibutuhkan?

Artinya, cuma ini ada kesempatan. Tersedia waktu tiga bulan dan semua baru. Katakanlah Jokowi baru, saya sih tidak baru. Jadi transisi itu sebenarnya meniru sistim amerika. Di amerika itu ada 4000 posisi yang diganti. Seperti dirjen itu di amerika diangkat oleh presiden baru. Jadi tim transisi mempersiapkan itu.

Tim transisi itu setidaknya bisa mendata apa yang berhasil dan apa perlu ditingkatkan dari pemerintahan sebelumnya. Konsep-konsep yang bisa memperbaiki keadaan. Hanya itu tugas pokoknya. Tidak lebih dari itu.

Hanya untuk menjembatani?

Iya, karena ada waktu tiga bulan jeda. Capek juga menunggunya. Zaman dulu pilpres putaran dua september, diumumkan akhir september. 20 Oktober dilantik. Mana ada transisinya. Dan tidak perlu kami orang dalam.

2 dari 15 halaman

Konser Dua Jari

Konser Dua Jari © Dream

Lebih Sengit Tahun 2004 atau 2014?

Kalau dibandingkan dengan perjuangan menjadi Wapres tahun 2004 dan tahun 2014 ini, kira-kira lebih susah yang mana?

Ya tentu susah dulu karena dua putaran. Ini suma satu putaran. Baik dulu maupun sekarang, saya tidak datang dengan tangan kosong. Seperti pada Pemilu 2004 ada modal, ada pemilih, ada konstituen, ada di Indonesia timur, NU, di Aceh. Tidak hanya tangan kosong.

Kalau proses kerjanya, lebih banyak energi yang mana?

Yang dulu. Mengapa? Dulu sistem kampanye lebih banyak rapat umum, dan iklan. Di mana-mana kami rapat umum. Tahun 2009 rapat umum sudah berkurang, mulai media sosial dan dialog, iklan berkurang. Kalau 2014 ini hampir tidak ada rapat umum, hampir semua dialogis. Ada di makassar, tapi ya begitu-begitu saja.

Konser Dua Jari?

Oh itu bagus sekali. Hanya rame-rame saja, kan tidak boleh ada bendera partai, yang melaksanakan relawan, bukan kami. Ongkosnya murah sekali pada 2014 ini, karena diisi dialog, debat, dan yang terpenting media sosial.

Media sosial yang sangat berperan, karena itu relawan sangat banyak. Mereka yang kampanye ini grass root. Dan kami sangat berterima kasih kepada mereka.

Iklan kampanye sangat menurun. Pertama karena memang dibatasi hanya ada 10 spot perhari. Dan karena memang iklan itu tidak mempan.

Secara dana besar mana?

Ini lebih kecil, yang tertinggi 2009, tapi bukan kami.

Kenapa bisa tinggi?

Anda lihat sendiri bagaimana uang diguyurkan ke daerah, begitu besar. Acara-acara mewah. Kita tidak ada acara seperti itu. Bikinnya di lapangan bola. Dangdutan. Sekarang nggak ada dangdutan. Banyak oang kehilangan pekerjaan, sekarang nggak ada dangdutan, dulu kan harus kontrak sini, kontrak sana hahaha.

3 dari 15 halaman

Kalpataru Hatta Rajasa dan Gol Bunuh Diri Fahri Hamzah

Kalpataru Hatta Rajasa dan Gol Bunuh Diri Fahri Hamzah © Dream

Dari berbagai survei jelang Pilpres, suara sempat turun. Menurut Anda, apa yang membuat perolehan suara JKW-JK rebound?

Rebound itu minggu terakhir. Semua survei mengatakan sepuluh hari sebelum coblos kami mulai rebound. Setidaknya ada tiga alasan. Pertama, Konser Dua Jari. Itu sangat menentukan pilihan anak-anak muda. Kedua, pada debat terakhir, ada kekeliruan soal Kalpataru itu. Kalau dalam pertandingan bola, itu seperti tendangan penalti. Ketiga, pernyataan Fahri Hamzah soal hari Pesantren Nasional. Nah, ini seperti “ gol bunuh diri.”

Nah itu tiga hal yang sangat signifikan pada sepuluh hari terakhir itu. Selain itu tim kampanye dan relawan gencar melakukan kampanye door to door. Sembilan program yang diumumkan itu, juga ada efeknya.

Apa yang Anda pikirkan ketika Hatta Rajasa salah ngomong soal Kalpataru itu. Kelihatan sekali Anda tidak sabaran mau menjawabnya?

Sejak awal saya sudah tahu dia salah. Karena dia bilang Kalpataru, tapi dia sambung dengan kalimat bahwa “ kota-kota mendambakan”. Wah salah nih orang. Lalu saya bisiki Pak Jokowi bahwa Pak Hatta salah. Tapi Pak Jokowi nggak nggeh. Untung saja Pak Jokowi jawabnya soal Kalpataru, tidak ikut-ikutan salah soal Adipura itu. Jawaban Pak Jokowi benar, dia menjelaskan Kalpataru.

Tapi dalam pertanyaan kedua, dia tambah pertanyaan dengan: kenapa Solo tidak dapat penghargaan? Tapi sebenarnya dia tidak bilang Kalpataru saat tanya soal Solo itu, tapi lantaran sejak awal diskusinya soal Kalpataru, jadi penghargaan soal Solo tadi jadinya Kalpataru juga dan dia bilang kenapa tidak dapat.

Supaya menjatuhkan langsung saya bilang keliru. Bukan Kalpataru, karena pertanyaannya salah saya tidak mau jawab. Kan di situ letaknya kan.

Mengapa Anda jawab begitu?

Ya begini, kalau debat akademis itu mencari kebenaran, kalau debat politik itu mencari kesalahan. Itu bedanya. Karena dia salah, saya pertegas saja kesalahannya.

Jokowi sempat tanya kenapa jawaban Anda begitu?

Setelah saya bilang tidak mau jawab, baru Pak Jokowi paham apa yang saya bisikkan tadi. Saya dan Pak Jokowi sudah bersepakat, kalau salah satu dari antara kami mau menjawab, harus kasih tanda. Tidak perlu menoleh. Cuma ketukan tangan di meja yang depan kami itu saja.

Sepertinya saat itu Anda tidak sabaran mau menjawab?

Mestinya memang itu porsinya beliau. Karena pertanyaannya soal Solo dan Jakarta. Tapi saya kwatir beliau tidak paham apa yang saya bisikan. Belakangan, Pak Jokowi bilang bahwa dia baru nggeh apa yang dibisikan itu.

4 dari 15 halaman

Soal Debat dengan Prabowo

Soal Debat dengan Prabowo © Dream

Terus soal pertanyaan kepada Prabowo Subianto tentang HAM 98 itu. Pertanyaan itu spontan apa sudah dipersiapkan?

Spontan. Saya sendiri sudah persiapkan pertanyaan tapi tidak seperti itu.

Yang dipersiapkan aslinya seperti apa?

Lebih keras lagi sebenarnya. Tapi pada statemen awal Hatta mengatakan bahwa mereka akan menjaga demokrasi dan akan memperketat hukum dan menegakkan HAM.

Jadi saya tangkap saja dari situ. Bahwa dari apa yang saya baca dari visi misi mereka ada soal HAM. Bagaimana caranya menyelesaikan HAM masa lalu dan menjaga HAM di masa mendatang. Kan itu saja pertanyaan saya, sederhana sekali, tidak menyinggung pribadi.

Tanya atasan saya?

Saya tahu arahnya.

Mendapat jawaban itu, apa yang Anda pikirkan saat itu?

Tidak pikirkan apa-apa. Ini kan tanya jawab biasa saja. Tapi masyarakat perlu tahu bagaimana reaksi pemimpin bila dihadapkan dengan pertanyaan-pertanyaan sulit seperti itu. Dan seperti yang saya katakan tadi, debat politik itu mencari kesalahan, kalau mencari kebenaran di kampus saja.

Kalau debatnya di Kampus, bagaimana jawaban Anda soal Kalpataru itu?

Kalau itu debat di kampus soal Kalpataru, saya akan menjawab begini, ‘Saudara Hatta barang kali pertanyaan Anda keliru, mungkin yang dimaksudkan itu Adipura. Itu kalau akademis, tapi ini saya tidak mau jawab.

5 dari 15 halaman

Bertemu Hatta Usai Debat

Bertemu Hatta Usai Debat © Dream

Pernah ketemu Hatta Rajasa setelah debat itu?

Malam itu juga, setelah debat. Beliau bilang, “ Bapak terlalu keras, kok hantam terus.” Saya bilang, ini kan debat Pak Hatta. Kenapa anda keliru amat itu Kalpataru. Bertemu sesudah atau sebelum debat itu hal yang biasa saja. Kami itu kan sudah lama berkawan.

Dia komplain dua hal, kenapa saya begitu soal Kalpataru dan kenapa saya sebut mafia daging terus menerus. Saya bilang itu kenyataan to, dan ini namanya debat. Kami ketawa-ketawa saja. Kita semua kan sama niatnya, Negara ini harus maju.

Saat ketemu Hatta yang dipergoki Jokowi, betul Anda Tanya soal pendanaan Obor?

Itu soal Obor, Hatta jawab bahwa bukan dia yang biayai. Lalu siapa?

Betulkah rumor yang menyebutkan bahwa Anda sempat diguna-guna?

Berat menghadapi itu. (Jusuf Kalla terdiam sejenak)

Dalam masa penyusunan anggota cabinet ini, apakah Anda sering bertemu Jokowi? Betulkah dua hari sekali bertemu?

Ya, setiap ada waktu kami bahas. Memang soal susun kabinet ini tidak gampang. Karena harus mempertimbangkan begitu banyak hal. Selain professional dan partai, harus juga mempertimbangkan unsur wilayah. Berapa dari sumatera, kalimantan, dari sulawesi, dan timur. Dan lain-lainlah.

Harus juga mempertimbangkan unsur agama, gender, supaya di samping profesional, kabinet ini juga mengakomdasi semua kepentinan di indonesia, hanya saja yang pokok itu profesional. Tapi pasti banyak orang aceh, pasti banyak orang sumatera utara, pasti banyak orang kalimantan yang profesional.

6 dari 15 halaman

Miliaran untuk Menteri

Miliaran untuk Menteri © Dream

Soal mobil mewah untuk para menteri dan kenaikan BBM. Bagaimana solusi yang efektif untuk masalah BBM? Mau naik susah, tidak dinaikan juga susah?

Dalam hampir semua analisa para ahli, tulisan, dan pada berbagai debat di media massa, hampir semua sepakat bahwa tingginya subsidi untuk konsumsi BBM menyebabkan ekonomi kita itu sulit. Nah, haruslah dipikirkan secara serius agar subsidi itu untuk sektor produktif.

Karena kalau BBMnya disubsidi, maka sesungguhnya sebagian besar yang menikmatinya adalah orang kaya, yang punya mobil. Mana ada orang miskin punya mobil.

Subsidi itu sebaiknya dipindahkan untuk membangun jalan, memperbaiki pengairan, bagaimana mensubsidi pupuk, membangun sekolahan yang baik, rumah sakit yang baik, listrik cepat, dan lain-lain. Dengan begitu masyarakat kita yang di bawah dimudahkan.

Soal usulan pembelian mobil mewah para menteri?

Saya sering katakan bahwa keadaan perekonomian kita itu sudah lampu merah.

Karena tekanan global atau lokal?

Karena dua-duanya. Tapi lebih banyak karena kebijakan yang keliru soal subsidi tadi. Akibatnya sudah kita ketahui semua. Defisit neraca pembayaran, defisit anggaran, neraca perdagangan. Tripel defisit kita.

Begitu beratnya, bayar gaji pun harus dari utang. Kenapa tiap bulan departemen keuangan harus cari pinjaman uang baru, terbitkan SUN, Sukuk, ya, untuk bayar gaji itu. Kalau untuk bayar gaji saja harus ngutang, kan berat sekali itu.

Nah, dalam kondisi itu wajarkah para menteri kita itu naik mobil baru yang mewah. Mercy lagi, yang harganya satu miliar lebih. Sedangkan mobil Crown yang sudah ada itu masih bisa dipakai sepuluh tahun ke depan. Toh menteri itu ke mana sih? Paling dari rumah ke kantor, ke acara, kilometernya kecil.

Bapak sendiri pakai mobil apa?

Pada tahun 2004 dulu, saya tidak ganti mobil, tetap pakai Volvo yang lama. Pada 2009 kita beli mobil Camry yang murah. Saya tawar sehingga harganya 275 juta. Lha, ini satu miliar lebih. Saya kira 1,2an. Masak mengeluarkan uang hampir 90 miliar hanya untuk para menteri itu, pakai yang lama saja.

Mobil Crown yang saya pakai itu sudah 12 tahun. Dibeli tahun 2002, pada saat saya Menkokesra. Saya beli untuk Ibu. Sudah 12 tahun dipakai masih mulus. Saya pikir 16 tahun baru ganti, padahal saya penjual mobil.

Mobil Crown saya yang di Makassar itu sudah 14 tahun. Dibeli tahun 2000 dan masih bagus. Lha usia mobil Crown yang sekarang dipakai para menteri itu, kan baru 5 tahun. Eh, Crown Saloon lagi. Pasti masih bagus.

7 dari 15 halaman

Ancaman Koalisi Merah Putih Kuasai Daerah

Ancaman Koalisi Merah Putih Kuasai Daerah © Dream

(Koalisi Merah Putih hendak mengubah Undang-undang tentang pemilihan kepala daerah, dari dipilih langsung oleh rakyat, menjadi dipilih oleh DPRD. Dengan cara ini, jika kekuatan mereka solid, maka besar kemungkinan koalisi ini akan menguasai sebagian besar kursi kepala daerah. Kubu yang mendukung Jokowi-JK berusaha menghadang usulan itu).

Soal perubahan RUU Pilkada? Gentar apa nggak?

Memang ada asumsi begini bahwa dalam UUD hanya disebutkan bahwa gubernur dan bupati dipilih secara demokratis, tidak menyebutkan langsung atau lewat DPRD. Jadi menurut undang-undangnya, langsung boleh atau lewat DPRD.

Kalau langsung, memang ada baik buruknya. Kalau langsung rakyat memang langsung milih tapi biayanya tinggi. Kalau lewat DPRD memang biaya praktis kecil. Tapi tidak berarti biaya yang ditanggung peserta calon kepala daerah murah, bisa lebih mahal. Karena harus menservis anggota DPR minimal setahunlah.

Yang kedua, pihak pengusul lupa asumsi bahwa tidak ada koalisi yang abadi, yang ada kepentingan yang abadi. Ini bisa saja seperti yang sudah saya jelaskan tadi bahwa tahun depan ini koalisi berubah.

Memang gampang sekali mengatakan bahwa kita harus kompak. Faktanya tentu susah.Ya kalau kepentingannya berbeda, bisa dua calon dari koalisi merah putih, pecah dong suaranya. Mana mungkin dia bersatu terus menerus.

Kalau Golkar mau mencalonkan orang jadi Bupati, Demokrat juga mau, partai lain dalam koalisi itu juga mau, pasti repotkan? Internal partai saja kita bisa berkelahi apalagi dengan koalisi. Tidak ada koalisi permanen. 

Tapi kalau RUU itu bisa disahkan, bagaimana?

Kalau terpaksa disahkan, kemudian ada yang bawa ke MK. Tidak perlu khawatir. Nggak apa-apa. Itu hak yang dijamin undang-undang dan hasilnya harus diterima, itulah demokrasi.

8 dari 15 halaman

Diprotes Istri

Diprotes Istri © Dream

Anda kembali terpilih menjadi Wakil Presiden untuk yang ke dua kali, pada usia yang seperti ini. Apa yang membuat Anda masih bersemangat?

Kalau ada orang berpidato selalu menyapa: kepada yang saya hormati wakil presiden terpilih Bapak Jusuf Kalla. Saya bilang kurang itu. Mestinya saya disapa: Bapak Wakil Presiden yang terpilih lagi. Karena tidak ada orang di Indonesia dan di negara lain, wapres dua kali di presiden yang berbeda. Tapi okelah.

Tidak semua anggota keluarga setuju saya maju lagi pada Pemilu kali ini. Yang pertama menolak itu cucu dan istri saya. Mereka bilang, “ Wah Bapak mau mencalonkan lagi.” Saya bantah. “ Saya ini dicalonkan, saya sendiri tidak pernah minta. PDIP yang minta. Saya diminta. Bukan meminta. Saya tidak pernah berkampanye, saya tidak pernah iklan. Beda dengan Mahfud, dia pasang iklan, Ical pasang iklan, Dahlan pasang iklan. Saya kan tidak.

Alasan Ibu tidak setuju?

Alasannya bahwa nanti kami tidak bebas lagi. Kami sebagai keluarga tidak bisa ke mana-mana. Cucu saya lebih protes lagi. Yah, memang selama ini, tiap tahun saya pergi dengan cucu.

Pergi ke mana saja?

Kadang-kadang ke luar negeri, kadang-kadang di dalam negeri. Tahun lalu di dalam negeri. Keliling naik mobil. Satu minggu keliling Sulawesi, semua cucu saya ikut, pakai dua bus. Biar bisa lihat kota-kota kecil dan bisa lihat sawah.

Tahun ini kami berencana keliling Sumatera. Dari kampung istri sampai ke Medan. Sudah disusun jadwalnya. Atau kami pergi naik kapal.

Itu sebabnya cucu saya protes. Tapi setelah dijelaskan dan diskusi berkali-kali, akhirnya diputuskan akhir tahun nanti opa minta cuti, untuk jalan-jalan dengan cucu.

9 dari 15 halaman

JK Bukan Politisi yang Baik, Maksudnya?

JK Bukan Politisi yang Baik, Maksudnya? © Dream

Apakah jadi politikus ini cita-cita sejak kecil?

Tidak juga. Saya itu bukan politikus yang baik. Saya ini lebih cenderung profesional, ketimbang politikus. Waktu saya diangkat menjadi menteri jaman Gus Dur 99, saya tidak punya partai.

Waktu diangkat menjadi Menkokesra jaman Ibu Mega, juga bukan mewakili partai, langsung ditunjuk begitu saja. Mungkin dianggap sebagai pengusaha dari timur, mungkin perwakilan dari Indonesia timur. Waktu saya jadi wapres pertama, saya juga tidak punya partai. Belakangan baru terpilih jadi ketua umum partai.

Tapi pada tahun 2009, ketika saya sudah menjadi Ketua Umum Golkar, dan maju sebagai Capres, eh malah kalah. Nah, saat tidak punya partai lagi dan maju tahun 2014, malah menang. Kalau punya partai malah kalah. Kalau begitu, saya ini professional lah hahahaha. Jadi saya ini bukan politisi yang baik.

Jadi Anda sebetulnya politikus, negarawan, atau profesional?

Saya tidak mau menilai diri saya sendiri. Biar orang lain yang menilai. Tapi kira-kira begini bedanya negarawan, politikus, dan birokrat itu. Negarawan adalah mereka yang melihat negeri ini satu generasi, katakan 25 tahun. Bagaimana bangsa ini satu generai ke depan. Ya, saya memilih berpikir ke situ.

Kalau politisi, adalah mereka yang melihat negeri ini setiap lima tahun. Dari pemilu ke pemilu. Bagaimana caranya agar nanti saya menang lagi. Kalau birokrat, bagaimana melihat pemerintah ini setiap tahun. Anggaran tahun ini kita pertanggungjawabkan tahun depan.

Kalau sekarang Anda bertemu dengan Jusuf Kalla muda, yang berusia 17 tahun, apa kira-kira yang Anda ingin katakan kepadanya?

Sayangnya tidak ketemu. Jaman saya kecil, ayah dan ibu saya yang memberi nasihat. Memberi arah dan sebagainya. Bahwa harus berbuat baik dan hidup sederhana.

Tapi kalau saya renungkan, karir saya itu sebetulnya ada tangganya. Berjenjang, orientasi karier, tidak melonjak-lonjak. Waktu mahasiswa, di organisasi Senat saya jadi sekretaris dulu bau menjadi Ketua Umum. Saya empat tahun menjadi pengurus senat, jadi wakil sekretais, sekretaris dan ketua umum.

Waktu jadi pengusaha, tamat sekolah ayah mengangkat saya menjadi manajer, setelah itu direktur. Setelah bapak pensiun, saya jadi Direktur Utama. Bapak saya meninggal saya jadi komisaris, adik saya jadi dirut. Jadi setelah itu pensiun dari pengusaha. Jadi tangganya itu ada.

Di politik juga ada tangganya?

Waktu masuk politik, pertama dulu anggota DPRD. Tahun 1966, waktu saya masih mahasiswa, tapi hanya setahun. Setelah tamat saya berhenti. Ke dua, waktu anggota MPR, waktu jadi menteri, setelah jadi menteri jadi Menko, setelah Menko jadi Wapres. Jadi karir politik juga tidak langsung ke puncak. Tidak meloncat-loncat. Pada organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) juga begitu. Dari sekretaris, ketua umum. Dewan mahasiswa juga begitu.

10 dari 15 halaman

`Nggak Bisa Olahraga Elit, Ya Lari Saja lah`

`Nggak Bisa Olahraga Elit, Ya Lari Saja lah` © Dream

Usia sudah terbilang sepuh. Bagaimana cara merawat semangat pada usia seperti ini?

Ya pertama ikhlas dan menikmati hidup. Ikhlas pokoknya, dan senang kalau orang senang. Kenapa saya mau jadi ketua umum PMI, ya, karena di PMI itu semua membantu orang susah.

Kalau olahraga, apa?

Dulu itu saya jogging setiap hari. Lari, saya dulu minimum tiga kali seminggu 3-4 kilometer. Di stadion, di rumah, di pantai, di Jakarta di manapun, di luar negeri juga begitu.

Kenapa pilih olahraga lari

Pertama, karena saya tidak tahu olahraga yang lain. Mau main tenis tapi idak pernah benar, main badminton tak pernah benar. Ya sudahlah, modalnya sepatu kets, lari saja. Setelah umur 55 ke atas, jalan saja, dan main golf.

Kenapa tidak bisa, kan sudah kaya sejak kecil, nama sang ayah, Haji Kalla bunyi banget? Masak tak bisa main tennis?

Bapak saya juga olahraganyaa jalan. Saya dulu pernah jadi ketua umum bola, ketua PSM.

Pernah jadi kiper katanya?

Waktu SMP, pernah karena saya tidak tahu tendah bola secara benar. Kalau dulu kan, anak-anak yang tidak bisa tending bola, ya jadi kipper saja.

11 dari 15 halaman

Sepatu di kaki JK Itu Berapa Harganya?

Sepatu di kaki JK Itu Berapa Harganya? © Dream

Anda paling bangga dengan sepatu. Biasanya disain sendiri atau bagaimana?

Ndak, pilih saja. Kadang dikasih dua tiga, saya pilih ini. Yang penting modelya sederhana. Ada yang kasih runcing, saya tidak suka.

Punya berapa pasang?

Cuma dua. Punya macam-macam tapi tak pernah saya pakai. Ke mana-mana, ke luar negeri saya pakai sepatu yang murah saja. Harganya Rp 175 ribu. Saya suka yang simpel-simpel saja. Saya pakai arloji sederhana juga.

Berapa coba harganya arloji itu?

Ini kira-kira 25 dolar. Rp 250 ribu.

Kok bisa suka arloji model begitu?

Tipis. Buatan India. Kalau tidak percaya cari di internet, mereknya Titan, modelnya Edge. Beli di Bombay. Sudah lama sekali. Kemudian beli satu lagi di Mekah.

Rolex nggak koleksi?

Ndak, semua yang saya pakai itu musti ringan, tipis. Saya dulu suka pakai samsung. Saya minta dibelikan handphone yang paling tipis. Dapatlah Samsung. Sekarang dbelikan iPhone.

Bisa facebookan? Bisa media sosial?

Ndak ngerti.

Rolex nggak koleksi?

Ndak, semua yang saya pakai itu musti ringan, tipis. Saya dulu suka pakai samsung. Saya minta dibelikan handphone yang paling tipis. Dapatlah Samsung. Sekarang dbelikan iPhone.

12 dari 15 halaman

Bahan Obrolan dengan Istri

Bahan Obrolan dengan Istri © Dream

Ada orang bilang di balik lelaki hebat ada perempuan hebat. Bapak setuju? Dan apa yang dilakukan Istri untuk menciptakan pria seperti Jusuf Kalla? Bagaiama Anda melihat peran Ibu dan Istri dalam hidup Anda?

Ibu saya dan istri saya, dua-duanya sama. Ibu saya mengajarkan kesederhanaan dan keramahan. Ibu saya orang pintar, banyak temannya tapi tak pernah marah. Istri saya hampir sama, sederhana dan pintar segala macam, termasuk masak. Dan tidak macam-macam maunya. Silakan tanya, pernah nggak istri saya tanya pekerjaan. Ndak pernah dan saya tidak pernah kasih tahu, sejak dulu.

Tapi urusan rumah tangga saya serahkan sepenuhnya kepada dia. Mau tv warna apa, rumah, anak di mana sekolahnya, atau saya pakai baju apa, saya serahkan semua kepadanya. Tapi tak usah tanya pekerjaan bagaimana di kantor, siapa yang tidak saya suka, bagaimana bisnis dan soal pekerjaan. Kami sudah sepakat.

Kalau gaya berbusana, Bapak suka seperti apa?

Yang sederhana. Kalau celana dua warna saja, biru sama abu-abu. Baju kalau bekerja ya putih. Suka saja, tak ada alasannya. Suka saja tidak menonjol.

13 dari 15 halaman

Kisah Saat Pacaran, Romantis Nggak?

Kisah Saat Pacaran, Romantis Nggak? © Dream

Hal romantis apa yang suka diingat?

Waktu pacaran saja. Kami dulu sulit pacaranya. Bapaknya dia tradisional banget, konservatif, tidak bisa lihat kita duduk berdua.

Apakah Anda tipe romantis, pernah kirim bunga, surat kepada istri?

Orang Bugis tidak ada yang romantis. Tidak pernah memperlihatkan romantisme. Tapi hati kita yang romantis. Tidak pernah bilang i love you, darling, yang, nggak ada.

Jadi istri saya sering bilang kepada teman-temannya, tuh Bapak itu tak pernah bilang macam-macam, tidak pernah kirim bunga, surat tidak pernah. Tapi kami itu sama-sama senang di rumah.

Karena kami selalu bersama di rumah, kalau minum teh saya bisa tahu teh itu bikinan Ibu atau tidak. Dari rasanya saya sudah tahu. Masakan juga begitu. Masakan istri itu beda rasanya.

Jadi Ibu biasa masak buat Bapak?

Walaupun tidak seperti dulu lagi. Tapi ibu lah yang atur semua

14 dari 15 halaman

Naik-Turun Mobil, Sitti Nurhalizah Terus

Naik-Turun Mobil, Sitti Nurhalizah Terus © Dream

Soal musik, suka aliran apa?

Saya senang seperti lagu-lagu melayu, dangdut. Tapi bukan dangdut yang cengeng.

Penyanyi favorit?

Pernah ditulis di buku Mereka Bicara. Saya tidak sadar bahwa sopir saya tahu lagu-lagu yang saya suka. Ketika diwawancara untuk kepentingan buku itu, sopir saya bilang bahwa saya sering dengar lagunya Sitti Nurhaizah kalau di mobil. Oh iya betul. Koleksi kaset Sitti itu saya punya semuanya. Lengkap. Waktu naik mobil saya dengar Sitti, turun juga Siti Nurhaliza.

Kenapa suka Sitti Nurhalizah?

Karena enak kata-katanya. Saya senang mendengar lagu Melayu. Kenapa melayu? Karena mendayu-dayu dan enak.

Tapi saya tidak tahu nyanyi apapun. Saya juga baru sadar bahwa saya tidak bisa nyanyi. Pada suatu kesempatan, sudah dua kali disuruh naik panggung untuk nyanyi. Saya disuruh karena semua sudah naik, termasuk SBY. Giliran saya, dipangil. Nyanyi apa sanya binggung. Akhirnya saya pilih lagu Angin Mamiri. Saya berpikir bahwa saya bisa nyanyikan lagu itu. Ternyata cuma bisa satu bait, setelah itu macet hahahaha

15 dari 15 halaman

JK Pernah Malu-maluin di Atas Panggung

JK Pernah Malu-maluin di Atas Panggung © Dream

Pengalaman yang lain gimana?

Dalam suatu kesempatan saya diminta nyanyi. Saya minta agar Andi Meriam Mattalata menemani saya di panggung karena dia bisa nyanyi. Saya minta lagu Makassar. Kami berdua lalu menyanyi. Eh, begitu satu bait dia kabur pergi. Matilah saya. Nyanyinya macet, semua ketawain saya.

Suatu hari di rumah Bu Mega, saya disuruh nyanyi juga. Dalam benak saya berpikir bahwa saya ingat lagu Bengawan Solo. Ternyata saya tidak hapal juga.

Memang nga bisa nyanyi?

Mungkin karena malu, setelah tampil memalukan di rumah Ibu Mega itu, istri saya panggil pelatih, Elfa singer. Katanya, supaya jangan malu-maluin lagi. Lalu dibikinlah ruangan khusus latihan, lengkap dengan peralatan Karoke. Dua kali latihan saya masih sangup. Saat itu saya masih Wapresnya Pak SBY.

Dalam latihan ketiga saya sudah tidak mau. Saya bilang: sudah selesai ini latihan dan jangan pernah suruh-suruh Wapres nyanyi.

Penyanyi laki-laki ada yang jadi favorit?

Banyak, lagu pop juga ada, tapi saya lupa. Tapi yang penting lagunya slow. Dan ada makna, bertutur.


Waktu pacaran tidak ada lagu yang patut dikenang?

Bagaimana mau punya lagu kenangan. Saya dan dia tidak tahu nyanyi. Macam mana punya kenangan.

Kalau kisah perjalanan Anda dibuatkan Film, Anda mau?

Dulu ada penulis yang mau menulis buku tentang saya. Dia ingin menulis macam-macam. Dia mau bikin biografi, saya bilang jangan. Nanti sajalah. Saya bilang lebih baik tulis tentang Ibu saya. Kemudian terbitlah buku Athira, di situ ada saya di buku itu. Tapi utamanya ibu saya. Tapi intinya bagaimana anak menjaga ibunya. Bagaimana mengabdi kepada ibu.

Pesan untuk perempuan Indonesia?

Perempuan sekarang punya peran berbeda. Sekarang kan mereka bisa berkarier. Tapi pada sebaiknya, setinggi apapun karier itu, tetap rumah tangga menjadi pokok. Dan itu bisa dibantu dengan teknologi. Jadi kenapa perempuan sekarang banyak berkarier, apa yang bsia mengubahnya?

Karena dulu Ibu kita kerjanya adalah mencuci pakaian, memasak, ke pasar. Sekarang semua tidak perlu lagi. Ada mesin cuci, diletakkan saja sore diambil, ada microwace, ada kulkas, ada rice cooker. Itu yang mungubah hidup perempuan dewasa ini, ada juga suster yang menjaga anak.

Beri Komentar