Ilham Nugraha (foto: Instagram @ilhamnugraha)
Dream - Latar belakang ekonomi yang susah tak menjadi halangan bagi Ilham Nugraha, seorang anak sopir taksi yang kini kuliah S2 di universitas ternama Amerika Serikat, Cornell University, Ithaca, New York.
Ilham mampu membuktikan bahwa keajaiban datang bagi mereka yang mau berusaha, dan tak memandang status ekonomi.
Salah satu kalimat yang selalu ia pegang dalam perjalanan hidupnya adalah “ keinginan apa pun pasti bisa dicapai dengan usaha.”
Menjadi mahasiswa Cornell University adalah sebuah kebanggan besar bagi Ilham, begitupun keluarganya.
Bagaimana tidak, Cornell University adalah salah satu dari 8 universitas prestisius Ivy League di AS, seperti Harvard dan Columbia. Universitas ini dikenal bergengsi, elit, dan memiliki peringkat terbaik di dunia.
Ilham yang merupakan kelahiran Bandung, sebelumnya sudah meraih gelar sarjana S1 nya di Institut Teknologi Bandung.
Semua kuliah yang ia dapatkan adalah hasil kerja kerasnya mendapatkan beasiswa, karena Ilham sadar ia tak mungkin meminta kepada kedua orang tua dengan keterbatasan ekonominya.
Mengutip informasi dari VOA Indonesia, begini kisah perjalanan Ilham dalam meraih cita-cita kuliahnya.
Ilham menyadari keterbatasan ekonominya tak mungkin bisa membawanya kuliah, namun jika langsung bekerja, ia mungkin tidak bisa “ membawa nilai bagi keluarga” ke depannya.
Akhirnya, Ilham pun bertekad dan memberanikan diri untuk melanjutkan kuliah, walau masih harus memikirkan biaya.
Saat S1 Ilham diterima di dua universitas yaitu SBM (School of Business and Management) Institut Teknologi Bandung, serta jalur mandiri UGM jurusan Hubungan Internasional.
Walaupun diterima di universitas unggulan, lagi-lagi Ilham diingatkan akan tantangan biaya kuliah yang cukup besar. Namun Ilham pun tidak putus asa mencari solusi untuk mengejar cita-citanya, tanpa harus membebani orang tuanya.
“ Saya nyari-nyari caralah. Kebetulan warnet udah dimana-mana jadi ya bisa lewat warnet juga saya cari-cari ya, ya istilahnya kita kan googling gitu ya, gimana caranya (dapat) beasiswa segala macam,” cerita Ilham.
Ia pun mendaftar program beasiswa pemerintah yang ditujukan kepada calon mahasiswa yang tidak mampu secara ekonomi, namun berprestasi secara akademik yaitu Bidikmisi Tak disangka, Ilham pun berhasil mendapat beasiswa tersebut dan resmi kuliah S1 pada tahun 2017.
Ilham pun melakukan pekerjaan sampingan untuk bisa memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Seperti membantu riset beberapa dosen sebagai penghasilan tambahan.
Kuliahnya jelas penuh tantangan. Di samping bekerja sampingan, ia pun harus mencuri waktu untuk istirahat, tugas kuliah, hingga penelitian.
“ Proses ini jadinya cukup melatih saya juga untuk bertahan di tengah keterbatasan yang ada. Jadi di tengah banyaknya keterbatasan, saya masih bisa untuk berkembang. Nah, itulah yang saya pelajari,” katanya.
Ilham akhirnya pun lulus dari ITB di tahun 2020. Tidak berhenti di S1, Ilham bertekad untuk S2. Tak tanggung-tanggung ia ingin berkuliah di Amerika.
Ilham memulai tekadnya dengan mengikuti tes IELTS sebagai syarat untuk mendaftar kuliah di luar negeri. Mau tak mau ia harus mendapatkan hasil “ sekali tembak” agar bisa mendapat skor yang cukup. Ia tak mau membayar tes IELTS yang mahal berkali-kali.
“ Kenapa saya sekali tembak? Karena ya kalau berkali-kali tes mahal ya,” kata Ilham sambil tertawa.
Tes IELTS yang membutuhkan biaya sekitar 3 juta rupiah, membuat Ilham harus menyisihkan uang bulanan.
“ Jadi makan siang saya coba potong, saya cari kupon makan siang,” ceritanya.
Dua universitas pun didaftar Ilham, yaitu Cornell University dan University of Chicago.
Sayangnya dirinya gagal diterima di University of Chicago. Namun kerja kerasnya terbalaskan dengan kabar bahwa ia diterima menjadi mahasiswa S2 jurusan administrasi publik di Cornell University.
Kembali lagi, Ilham pun memerlukan biaya untuk kuliah. Pada saat yang bersamaan pendaftaran untuk beasiswa LPDP dibuka. Dengan perjuangannya, ia kembali diterima beasiswa.
Namun walau sudah lolos beasiswa, Ilham masih harus mencari biaya untuk membayar aplikasi visa. Pasalnya, beasiswa tersebut baru akan mengganti pembayaran tersebut di kemudian hari.
Namun, Ilham beruntung bisa kembali dipertemukan dengan teman baik yang bersedia menolongnya.
“ Saya bilangnya, saya (pinjam) dulu. Nanti ketika LPDP sudah mencairkan dananya, nanti saya bayar lagi. Nah, mereka kebetulan mau gitu, itulah yang menolong,” kata Ilham.
Ilham akhirnya menginjakkan kaki di Amerika Serikat untuk pertama kalinya pada awal September 2021.
Mencari teman yang berbaik hati dan mau menampungnya adalah hal pertama yang ia pikirkan ketika sampai di New York, bukan Times Square apalagi patung Liberty .
“ Sisanya sih ya seneng. Oh, gini ya Amerika? Saat itu mungkin habis hujan, jadi rada-rada gloomy, mendung. Yah, biasalah orang pojokan bandung tiba-tiba datang ke negara orang,” ceritanya sambil bercanda.
Ada yang menarik dari kehidupannya di Amerika, saat di kampus Ilham sering menggunakan batik. Hal ini pun menjadi perhatian warga lokal. Bagi Ilham batik adalah salah satu caranya untuk mewakili Indonesia di negeri orang.
Setiap Jumat, Ilham juga kerap memakai kopiah sebagai persiapan sholat Jumat di kampus. Ilham pun terlibat sebagai asisten riset dalam lembaga The Worker Institute (TWI) di Industrial and Labor Relations, Cornell University, serta asisten dalam G20 Energy Transitions Working Group (ETWG).
Kisah perjuangan Ilham pun viral di media sosial. Salah satunya ketika ia menggunggah cuitannya di Twitter tentang kondisi ekonomi keluarganya.
“ Saya dari kalangan menengah ke bawah. Saya enggak bisa meng-klaim bahwa saya orang ekonomi bawah banget gitu, karena saya masih bisa mendapatkan akses informasi, masih bisa ya, hidup seperti biasanya. Tapi pas gitu,” ujar Ilham.
Tidak hanya itu, bahkan menteri keuangan Sri Mulyani pun membagikan kisah Ilham di instagramnya.
“ Sebetulnya, tanggapan saya cukup kaget karena di-notice oleh menteri,” tanggap Ilham.
Ilham sendiri berharap ceritanya dapat memperluas kesempatan bagi masyarakat kalangan ekonomi menengah ke bawah untuk mendapatkan pendidikan tinggi.
Ilham pun mendorong kepada mereka yang juga ingin melanjutkan pendidikan tinggi namun memiliki keterbatasan ekonomi, untuk selalu proaktif dalam mencari informasi maupun kesempatan.
“ Kalau bersungguh-sungguh pasti ketemu,” jelas Ilham.
“ Sungguh-sungguh cari informasi, kalau enggak ketemu, cari lagi ke tempat yang lain,” tambahnya.
Setelah menyelesaikan studi S2 di Cornell University, Ilham pun berencana melanjutkan studi S3. Ia berharap dapat kembali memperoleh beasiswa dan bisa kembali masuk universitas Ivy League.
Sumber: voaindonesia.com
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Penampilan Alya Zurayya di Acara Dream Day Ramadan Fest 2023 Day 6
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Tak Hanya di Indonesia, 7 Mitos Aneh di Berbagai Belahan Dunia
Mahasiswa Sempat Touch Up di Tengah Demo, Tampilannya Slay Maksimal
Bentuk Roti Cokelat Picu Komentar Pedas di Medsos, Chef Sampai Revisi Bentuknya
Peneliti Ungkap Pemicu Perempuan Sanggup Bicara 20 Ribu Kata Sehari?