Ilustrasi (Foto: Shutterstock)
Dream - Beras dan gula termasuk kebutuhan pokok di Jepang. Sederet pengembangan dan penelitian bidang pertanian pangan dilakukan tim peneliti Jepang untuk memastikan pasokan keduanya selalu aman.
Salah satu terobosan dilakukan oleh tim dari Universitas Nagoya. Mereka mengumumkan penemuan revolusioner di bidang gula karena berhasil mengembangkan sejenis tanaman padi yang tidak menghasilkan butiran putih mengembang, tapi menghasilkan air gula.
Melalui manipulasi genetik, tim peneliti menumbuhkan tanaman padi yang menghasilkan butiran kecil padi berisi air gula yang ukurannya hampir sama dengan sebutir beras.
Ini berarti gula dapat diproduksi dengan mudah dan tersebar secara global seperti beras saat ini.
Bukan hanya dijadikan sumber pangan, bisa jadi sukrosa dari beras ini dimanfaatkan menjadi bahan bakal. Saat ini juga sedang banyak dikembangkan sumber energi alternatif yang lebih ramah lingkungan.
Sumber: Soranews
Dream - Beras merah di Indonesia biasanya dijadikan menu diet. Kadar gulanya lebih rendah, seratnya lebih kaya dan harganya juga terjangkau.
Ternyata di Arab Saudi juga ada beras merah yang terkenal dengan khasiat dan harganya yang mahal. Beras tersebut bernama Hassawi.
Siapa sangka kalau di Arab saudi ada daerah penghasil beras. Beras Hassawi ini dibudidayakan di Kota Alahsa, bagian timur Arab Saudi.
Penasaran mengapa tanama padi tumbuh di daerah gurun pasir seperti Arab Saudi?
Beras Hassawi rupanya ditanam di sebuah kawasan oasis terbesar di dunia. Beras ini kabarnya sudah ditanam secara turun-temurun di sana. Lahannya sendiri sudah ditetapkan oleh UNESCO sebagai warisan dunia.
Oasis tersebut cukup populer dengan 2 juta tanaman palem, meski dikelilingi oleh gurun pasir yang kering. Nah, di sekitar kawasan perkebunan palem itulah beras Hassawi ditanam.
Bukan sekadar untuk dimakan, beras merah istimewa kerap dicari karena diyakini mengandung khasiat yang jauh berbeda dibanding beras pada umumnya. Kabarnya, beras Hassawi bisa mengurangi rasa sakit bagi mereka yang mengalami patah tulang.
Dengan keunikan dan khasiatnya, tak heran kalau harga beras Hassawi ini cukup mahal. Dibanderol 25-30 Riyal atau sekitar Rp90 ribu hingga Rp 119 ribu rupiah dan kerap dianggap emas.
" Ini adalah emas, ini adalah anak-anak kami yang dibesarkan selama berbulan-bulan. Kami melindunginya dan akan mewariskannya lintas generasi," kata salah seorang petani beras Hassawi, Abdulhadi al-Salman seperti dikutip dari laman Alarabiya.
Selengkapnya baca di Diadona.id
Dream - Pisang, risol, bakwan, cireng, merupakan gorengan yang jadi favorit banyak orang. Gorengan juga bisa dijadikan lauk pendamping nasi. Pernahkan terpikirkan asal mula gorengan?
Dalam buku A History of Food (2008) makanan ini sudah ada sejak 1200 Sebelum Masehi di Mesir. Dari mesir inilah kemudian makanan dengan konsep gorengan menyebar ke seluruh dunia.
Tidak heran jika di seluruh dunia punya berbagai jenis gorengan yang berbeda-beda antar negara. Seperti di Jepang dengan tempura, Korea dengan twigim, dan di Inggris yang terkenal dengan fish and chips, Amerika yang terkenal dengan ayam goreng tepungnya.
Lalu, bagaimana dengan gorengan di Indonesia? Di nusantara sendiri, gorengan ini dibawa oleh China. China memang membawa pengaruh yang cukup besar di dunia kuliner Indonesia. Pendatang China mengenalkan berbagai makanan seperti mie, bakso, nasi goreng dan tak terkecuali adalah gorengan.
China mengenalkan dua teknik menggoreng. Yakni dengan teknik sedikit minyak (jian) da juga menggoreng dalam banyak minyak (zha). Teknik zha ini yang menjadi dasar gorengan di Indonesia.
Sebelumnya, teknik memasak di Indonesia hanya mengolah makananan dengan cara dikeringkan, diasinkan, diasap, direbus, dan dikukus. Hal ini terlihat dari prasasti-prasasti dari masa Jawa Kuno maupun Bali kuno.
Selain itu, belum banyak produksi kelapa sawit di Indonesia. Setelah adanya pengaruh menggoreng dalam minyak banyak, lama kelamaan diikuti dengan produksi minyak kelapa sawit yang mulai banyak.
Pada awal abad ke-20, minyak kelapa jadi hasil utama dari budi daya kelapa. Karena mulai banyak diminati dan menjadi keperluan domestik, minyak kelapa kemudian menjadi komoditas perdagangan.
Minyak kelapa mudah didapat, bahan makanan pun melimpah di perkebunan. Ada pisang, singkong, ubi goreng, dan sebagainya. Semuanya dibalut dengan tepung yang kemudian digoreng dalam minyak yang banyak.
Baca cerita lengkapnya di Diadona.id
Advertisement
Style Maskulin Lionel Messi Jinjing Tas Rp1 Miliar ke Kamp Latihan
Official Genas, Komunitas Dance dari Maluku yang `Tularkan` Goyang Asyik Tabola Bale
Lebih dari Sekadar Kulit Sehat: Cerita Enam Selebriti Merawat Kepercayaan Diri yang Autentik
Kebiasaan Pakai Bra saat Tidur Berbahaya? Cari Tahu Faktanya
Peneliti Ungkap Pemicu Perempuan Sanggup Bicara 20 Ribu Kata Sehari?
Bentuk Roti Cokelat Picu Komentar Pedas di Medsos, Chef Sampai Revisi Bentuknya
Mahasiswa Sempat Touch Up di Tengah Demo, Tampilannya Slay Maksimal
Ditagih Janji Rp200 Juta oleh Ibu Paruh Baya, Ivan Gunawan: 'Mohon Jangan Berharap Bantuan Saya'
Bukan Hanya Terkenal, Ellips Buktikan Diri Paling Dicintai Konsumen Lewat Penghargaan YouGov