Ilustrasi Transaksi Secara Elektronik.
Dream – Metode pembayaran dengan uang tunai masih menjadi andalan sebagain besar masyarakat Indonesia. Alasan mereka, transaksi dengan uang tunai lebih aman daripada transaksi secara elektronik.
Konsumen takut data-data mereka akan dicuri ketika bertransaksi secara elektronik.
Dikutip dari keterangan tertulis yang diterima Dream, Rabu 16 November 2016, MasterCard Safety and Security Index mengungkapkan jumlah orang yang khawatir terhadap transaksi elektronik, jauh lebih tinggi daripada orang-orang yang benar-benar mengalami pencurian data.
Vice President Mastercard Indonesia, Poully Gunharie, mengatakan ada 35 persen orang yang khawatir jadi korban pencurian data, sedangkan orang yang benar-benar menjadi korban pencurian data sebesar 6 persen.
“ Konsumen yang cerdas itu biasanya lebih proaktif dibandingkan dengan reaktif,” kata Poully.
Dia mengatakan bank dan lembaga pengelola pembayaran memang memberikan masyarakat berupa alat dan solusi terbaru untuk melindungi mereka dari penipuan. Meskipun demikian, tanggung jawab atas pencurian identitas tetap berada di tangan masyarakat.
Lalu, bagaimana cara memperkecil potensi pencurian data? Berikut ini adalah lima tips dari MasterCard.
Konsumen biasanya berpikir bahwa pencurian identitas terjadi secara acak. Pencurian ini, pada dasarnya, bisa dicegah dengan cara yang cukup mudah dan lewat pemahaman yang baik tentang kebiasaan belanja yang aman. Apa itu?
Yaitu membuat kata sandi yang kuat untuk akun jejaring sosial dan belanja online. Yang perlu diingat adalah konsumen tak boleh memberi tahu kata sandi tersebut kepada orang lain.
MasterCard mencatat sebagian besar kasus pencurian identitas ini berasal dari kegiatan offline. Bank sendiri bukanlah target utama pencuri. Informasi pribadi ini bisa diambil dari tempat yang tidak mendapatkan perhatian penuh, seperti dompet yang hilang atau sebuah buku harian pribadi.
Nah, jika kehilangan dompet atau alat pembayaran lainnya, lebih baik langsung menelepon pihak bank. Saat membuat laporan, berikanlah informasi yang relevan sebanyak mungkin agar bank bisa membantu melacak dan menghentikan semua kegiatan penipuan. Tak hanya itu, perhatikanlah segala tagihan bank dan laporkan kembali apabila menemukan aktivitas pembayaran yang mencurigakan.
Kadang orang sering memberikan informasi pribadi kepada penelepon yang tidak dikenal. Padahal, itu adalah suatu hal yang tidak aman. Identitas penelepon bisa dipalsukan dan sering digunakan untuk menipu korban.
Jika mendapat telepon yang mengatasnamakan bank dan terdengar mencurigaka, lebih baik menutup telepon dan mengkonfirmasi kembali kepada bank yang terdaftar, apakah mereka baru saja menelepon kepada yang bersangkutan.
Informasi kontak pribadi seperti alamat rumah, nomor telepon, alamat e-mail , dan lainnya tidak berharga bagi pencuri indentitas. Nyatanya, semua informasi yang dimasukkan secara online, mulai dari foto hingga usia pun bisa disalahgunakan.
Sebelum berbagi informasi kepada orang lain, lebih baik dipikirkan terlebih dahulu apakah informasi tersebut benar-benar penting. Lebih baik berbagi informasi yang benar-benar dibutuhkan.
Salah satu ketakutan masyarakat akan belanja online adalah faktor keamanan. Mereka beranggapan belanja secara online ini tidak aman. Padahal, belanja online ini dilakukan secara aman.
Caranya? Sebelum berbelanja, pastikan keaslian situs dan keamanan situs apakah situs tersebut tersertifikasi oleh Secure Sockets Layer (SSL). Ini bisa dilihat dari simbol gembok pada kota URL ketika browser tersebut sedang loading. Pastikan juga koneksi internet aman ketika berbelanja.
Tips Menjaga Kesehatan Kulit dan Tubuh Saat Cuaca Panas
Tips Memilih Pembersih Wajah untuk Mencegah Efek Samping
Transformasi TikToker Jadi Mirip Lucinta Luna Versi Hijab
Doa-Doa Harian dari Al-Quran yang Bermanfaat untuk Diamalkan Sehari-hari
Sosok Rifdah Farnidah, Wanita Indonesia Juara 1 Hafalan Alquran 30 Juz Tingkat Dunia