Dunia Dicekam `Krismon` Baru, Ini Awal Lira Turki Rontok

Reporter : Syahid Latif
Selasa, 14 Agustus 2018 17:45
Dunia Dicekam `Krismon` Baru, Ini Awal Lira Turki Rontok
Bagaimana dampaknya pada Indonesia?

Dream - Perekonomian Turki tengah diguncang. Nilai tukar lira, mata uangnya, yang menyentuh level terendah serta sikap Presiden Recep Tayyip Erdogan yang menolak meninggalkan kebijakan ekonomi tak ortodoknya membuat investor dibayangi krisis keuangan dunia baru.

Turki dan negara lain yang berpesta ketika nilai tukar dollar AS melemah kini menghadapi masalah tumpukan utang yang dikhawatirkan tak bisa lagi mereka lunasi.

Rontoknya mata uang lira memicu pelemahan mata uang negara berkembang lainnya seperti Afrika Selatan, Argentina. Meksiko, dan Indonesia.

Di Wall Street, papan perdagangan langsung berubah memerah begitu melihat bursa saham Asia, Amerika Utara, dan Eropa bergerak melemah.

Beruntung pasar di Jepang dan Kores perlahan-lahan mulai pulih dari kepanikan setelah indeks saham keduanya bergerak naik.

 

1 dari 2 halaman

Turki Tak Sendirian

Turki Lira

Cobaan yang dialami Turki mulai membara saat Presiden Amerika Serikat, Donald Trump membuat cuitan di akun Twitternya. Trump menuliskan keputusannya menaikkan tarif impor produk logam Turki sebagai hukuman atas sikap Erdogan yang menolah melepaskan seorang warganya yang dituding melakukan tindakan terorisme.

Persoalan keuangan di Turki dimulai ketika banyak bank berutang dalam mata uang dollar ketika bank sentral As, The Federal Reserves, mempertahankan suku bunga hampir nol persen.

Pemerintah Ankara juga menggenjot pengeluarannya untuk memacu pertumbuhan ekonomi khususnya ketika muncul upaya kudeta pada 2016.

Dengan nilai tukar lira yang terpangkas hampir separuhnya, kini banyak bank menghadapi masalah. Utang mereka semakin tak terkendali. Untuk saat ini, Erdogan mendesak investor menaikkan suku bunga guna mendorong penguatan lira.

Turki juga membuka peluang meminta bantuan dana dari Dana Moneter Internasional (IMF).

Jika utang Turki sampai pada status gagal bayar, bank asing, khususnya di Eropa, diyakini terancam mengalami kerugian besar. Data International Seetlement di Basel, Swiss mencatat Large Spanish diketahui berutang lebih dari US$82 miliar. Sementara bank Perancis memiliki catatan utang oustanding mencapai US$38 miliar.

Kesulitan yang dihadapi Turki sebagian besar akibat dari kesalahannya sendiri. Namun negara yang dihuni 80 juta penduduk itu bukan satu-satunya korban perubahan iklim keuangan, yang berasal dari perubahan kebijakan di Federal Reserve dan bank-bank sentral lainnya.

Dolar AS, sekarang pada level tertingginya dalam 13 bulan, didorong lebih tinggi oleh kenaikan suku bunga Fed dan aksi jual sekuritas pemerintah.

" Pasar seperti tersadar dengan kenyataan bahwa akan ada konsekuensi terhadap kenaikan suku bunga," kata ekonom Jacob Funk Kirkegaard dari Institut Peterson Institute for International Economis.

“ Ini adalah bagian dari transisi dari kondisi bunga nol persen saat uang benar-benar murah.”

 

2 dari 2 halaman

Sikap Keras Erdogan

Money Changer Rupiah

Beban utang global telah meledak sejak Resesi Hebat. Dari $ 97 triliun pada tahun 2007, total utang rumah tangga, perusahaan dan pemerintah tumbuh menjadi $ 169 triliun tahun lalu, menurut McKinsey Global Institute.

Untuk sementara, kekehawatiran ini telah menjadi kenyataan di beberapa negara berkembang. Mereka menghadapi masalah utang seperti dihadapi Turki dan bank-bank Eropa.

Usai Lira terus bergerak melemah, bank sentral Turki dalam pernyataannya mengatakan akan melakukan tindakan yang diperlukan untuk menjaga stabilitas keuangan. Bank sentral juga menjamin akan menyediakan likuiditas yang diperlukan bank.

Pernyataan tersebut untuk sesaat membangkitkan kepercayaan pasar. Kurs lira perlahan mulai pulih setelah menteri keuangan Turki menyatakan akan menyiapkan rencana aksi untuk mencegah pelemahan lira.

Sementara kalangan ekonom menyayangkan pernyataan Erdogan yang justru membuat krisis bisa benar-benar terjadi.

" Kita akan membalikan skenario yang menyasar negara kita," kata Erdogan dalam pernyataannya.

Tak hanya di bidang ekonomi, Turki juga dikabarkan mengambil tindakan refresif dengan melakukan langkah hukum terhadap 300 media sosial yang mengunggah pesan yang bisa membuat kurs lira kembali melemah.

(Sah/ Sumber: Washingtonpost.com)

 

Beri Komentar