Emas Menjadi Salah Satu Instrumen Investasi Favorit Bagi Masyarakat. (Foto: Liputan6.com)
Dream – Pandemi Covid-19 telah mengerek harga emas hingga mencapai puncaknya di sepanjang masa. Namun, menurut survei, emas kini bukanlah aset investasi yang paling diinginkan pada masa pandemi.
Lifepal menggelar Survei Perilaku Keuangan dan Konsumsi Masyarakat Jabodetabek bagian ke-3. Survei ini digelar untuk mengetahui seberapa besar keinginan masyarakat dalam menabung, investasi, dan konsumsi pada triwulan IV 2020.
Survei dilakukan dengan metode random sampling terhadap 400 responden yang merupakan masyarakat domisili Jabodetabek. Survei berlangsung pada 6 Oktober hingga 18 November 2020.
Perbandingan jumlah responden dalam survei ini adalah, pria 47,4 persen dan wanita 52,6 persen. Responden dikategorikan pula ke dalam kategori penghasilan.
Sebanyak 13 persen responden memiliki penghasilan di bawah Rp5 juta per bulan, 40,4 persen berpenghasilan Rp5 hingga Rp10 juta, 29,3 persen berpenghasilan Rp10 juta-Rp20 juta per bulan, dan 17,3 persen dengan penghasilan Rp20 juta ke atas per bulan.
Menurut Survei Perilaku Keuangan dan Konsumsi Masyarakat Jabodetabek di Masa Pandemi, responden lebih tertarik menyimpan dana di tabungan. Hal itu pun tercermin di data Distribusi Simpanan Bank Umum yang dipublikasikan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).
Data tersebut mengungkap, total simpanan bank umum mengalami kenaikan 11,3 persen dari Januari ke September 2020, alias dari Rp6.035 triliun jadi Rp6.721 triliun.
Dari grafik ini, terlihat ada 73,6 persen responden menyimpan uang di rekening tabungan selama masa pandemi. Hal ini menunjukkan bahwa responden lebih tertarik menyimpan dananya di tabungan.
Namun, dilihat dari sisi investasi, responden masih lebih tertarik berinvestasi dengan menyimpan dananya di deposito ketimbang membeli aset fisik, saham, reksa dana, atau menjadi pendana peer to peer (P2P lending).
Meski demikian, perbedaan antara keinginan menaruh dana di deposito dan membeli emas sangatlah tipis. Ada 53,7 persen responden memilih berinvestasi di deposito dan 53,6 persen membeli emas.
Di bawah emas, ada pula saham. Tercatat ada 44,6 persen responden melirik saham untuk investasi.
Seperti diketahui, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat mengalami koreksi tajam di Maret 2020.
Namun, yang menarik, setelah Indonesia dinyatakan memasuki resesi, IHSG justru pulih. Di pertengahan 18 November 2020, IHSG berada di level 5.557, namun melihat data historis di 2020, koreksi tertajam di tahun 2020 ada pada Bulan 24 Maret, yaitu di level 3.937.
Survei membuktikan pula, ketertarikan responden untuk membeli instrumen investasi paling aman yaitu surat utang negara (33,9 persen) masih lebih besar ketimbang membeli reksa dana campuran (32,8 persen).
Sementara itu, mendanai platform P2P lending untuk mengembangkan dana, menjadi kegiatan investasi yang kurang diminati responden.
Salah satu temuan unik dalam survei ini adalah adanya minat yang cukup tinggi bagi perempuan untuk membeli reksa dana, baik pasar uang, pendapatan tetap, reksa dana saham, dan reksa dana campuran.
Selain reksa dana, perempuan juga lebih tertarik berinvestasi di instrumen pendapatan tetap berupa surat utang ketimbang pria. Surat utang yang dimaksud adalah surat utang negara maupun korporat (swasta).
Namun untuk membeli emas, saham, ETF, dan menjadi pendana P2P lending, pria tampaknya lebih tertarik.
Selalu ingat #PesanIbu untuk selalu mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak untuk pencegahan virus COVID19. Jika tidak, kamu akan kehilangan orang-orang tersayang dalam waktu dekat.
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN