Ilustrasi
Dream - Ekonomi syariah berkembang dalam tiga tahun terakhir seiring munculnya beragam inovasi dan entrepeneurship. Bahkan negara seperti Uni Emirat Arab (UEA) berpikir untuk meninggalkan ketergantungannya pada bisnis minyak bumi.
Perubahan besar dalam budaya investasi secara bertahan akan mengubah tren investasi dan berpengaruh pada tumbuhnya iklim penanaman modal yang lebih berkelanjutkan.
CEO Dubai Islamic Economy Development Centre (DIEDC), Abdullah Mohammad Al Anwar mengutip laman Gulfnews, Senin, 21 Maret 2016 mengatakan, generasi baru kini menjadi tumpuan dalam kembali menghidupkan pertumbuhan ekonomi di berbagai negara.
Mulai dari UEA, Indonesia, Malaysia, hingga ke AS, INggris dan Perancis, semua menyaksikan kiprah para pengusaha baru yang berdampak pada pertumbuhan sosial dan ekonomi dengan jalan yang lebih kreatif.
Perkembangan ini terlihat dari teknologi mobile banking, medis, bahkan hingga produk halal. Perushaaan kini bersaing untuk memberikan solusi baru.
" Di DIEDC kami yakini inovasi itu tengah berlangsung," kata Abdullah.
Menurutnya, generasi muda telah menunjukan potensi yang lebih besar dibandingkan generasi sebelumnya. Bahkan mereka dianggap bisa menjadi ujung tombak dari investasi yang berkelanjutan.
Namun, kata Abdullah, tantangan besar dihadapi para entrepreneur di kalangan negara muslim. Salah satunya adalah ambiguitas dalam penerapan standar halal.
" Dewan syariah harus berkoordinasi dan menyelaraskan peraturan dengan negara-negara lain untuk menciptakan peluang bisnis yang sama dan transparan," katanya.
Untuk mengembangkan ekonomi Islami, Abdullah mengatakan setiap negara harus memperhatikan aturan legal, kondisi sosial dan ekonominya. " Tak hanya mempromosikan konsep ekonomi Islami, namun membentuk masa depan yang lebih langgeng bagi generasi mendatang," kata Abdullah.