Dream - Heboh pemblokiran layanan chat tak hanya terjadi di Indonesia. Sejak Rabu, (19 Juli 2017) kemarin, pemerintah China juga memutuskan menutup sebagian layanan aplikasi percakapan. Namun aplikasi yang ditutup adalah milik perusahaan raksasa Facebook, WhatsApp.
Langkah penutupan ini dijalankan untuk memperketat keamanan jelang pergantian jajaran kepemimpinan di Beijing.
Layanan seperti foto, video, dan pesan suara baik masuk dan keluar Beijing terblokir, namun pesan tertulis tidak termasuk. Pengguna WhatsApp di Tiongkok mengeluhkan larangan ini, seperti dilansir The Guardian.
Pemblokiran itu berjalan secara sporadis, sama dengan kasus pemblokiran Google Mail pada 2014 lalu. Di tahun itu, otoritas Tiongkok tengah mempersiapkan penggantian kabinet.
Kala itu, situasi politik memanas lantaran gesekan tiap faksi dalam tubuh Partai Komunis memperebutkan posisi-posisi penting. Sementara Presiden Xi Jinping merasa perlu mengkonsolidasikan kekuatan.
Terkait pelarangan ini, Facebook selaku pemilik aplikasi WhatsApp tidak memberikan komentar.
Tiongkok mengoperasikan sistem penyensoran terbesar di dunia yang disebut Great Firewall. Sistem ini memblokir ribuan laman termasuk platforms terkenal seperti Facebook, Google, Instagram, YouTube, dan sejumlah laman media asing.
Xi, yang telah berkuasa selama lima tahun, telah memperketat kontrol terhadap informasi yang bisa diakses oleh rakyat Tiongkok dengan dalih 'kedaulatan siber'. Dalam beberapa bulan, Beijing telah membatasi sejumlah aplikasi video live streaming, konten video online, berita selebritis, dan VPN.
Di Tiongkok, WhatsApp kurang terkenal dibandingkan dengan aplikasi serupa buatan dalam negeri WeChat yang digunakan 900 juta orang. Tapi aplikasi asal Amerika ini semakin banyak digunakan oleh penduduk Tiongkok yang peduli akan privasi atau komunikasi dengan teman maupun mitra bisnis di luar negeri.
Sementara WhatsApp mengenkripsi semua pesan, WeChat rutin memantau semua percakapan penggunanya.
" Dengan memblokir WhatsApp, otoritas telah menutup salah satu dari beberapa aplikasi percakapan bebas dan terenkripsi tapi, lebih penting lagi, mereka juga membatasi kemampuan orang Tiongkok untuk melakukan percakapan pribadi dengan teman mereka," kata pengamat penyensoran Tiongkok yang dikenal dengan nama Charlie Smith, kepada The Guardian.
" Sementara itu komunitas kebebasan berinternet terus mengembangkan alat pembuka blokir yang unik dan inovatif, yang kami lakukan adalah langkah kecil untuk melawan iklim ketakutan yang diciptakan Xi Jinping di Tiongkok," lanjut Smith.(Sah)
Advertisement
KAJI, Komunitas Bagi Para Alumni Mahasiswa Indonesia di Jepang
4 Komunitas Seru di Depok, Membaca Hingga Pelestarian Budaya Lokal
Universitas Udayana Buka Suara Terkait Dugaan Perundungan Timothy Anugerah
UU BUMN 2025 Perkuat Transparansi dan Efisiensi Tata Kelola, Tegas Anggia Erma Rini
Masa Tunggu Haji Dipercepat, dari 40 Tahun Jadi 26 Tahun
Azizah Salsha di Usia 22 Tahun: Keinginanku Adalah Mencari Ketenangan
Benarkah Gaji Pensiunan PNS Naik Bulan Ini? Begini Penjelasan Resminya!
Timnas Padel Indonesia Wanita Cetak Sejarah Lolos ke 8 Besar FIP Asia Cup 2025
Hore, PLN Berikan Diskon Tambah Daya Listrik 50% Hingga 30 Oktober 2025
KAJI, Komunitas Bagi Para Alumni Mahasiswa Indonesia di Jepang
Hari Santri, Ribuan Santri Hadiri Istighasah di Masjid Istiqlal
4 Cara Top Up Roblox dengan Mudah dan Aman, Biar Main Makin Seru!