Segera Hilangkan Kebiasaan Berteriak Pada Buah Hati

Reporter : Mutia Nugraheni
Selasa, 29 November 2016 18:16
Segera Hilangkan Kebiasaan Berteriak Pada Buah Hati
Jika ini terjadi terus-menerus, bukan tidak mungkin anak akan meniru.

Dream - Menghadapi sikap anak-anak yang sangat aktif memang sangat menguras emosi. Ketika ada barang yang pecah, anak jatuh atau ada hal yang membahayakan mereka, biasanya yang muncul pertama adalah emosi dan teriakan kencang.

Anak yang melihat pun merasa takut, khawatir, atau bahkan acuh karena sudah terbiasa melihat teriakan orangtuanya. Jika ini terjadi terus-menerus, bukan tidak mungkin anak akan meniru. Teriakan dari orangtua bisa dibalas lagi teriakan oleh anak, bahkan dengan suara yang lebih kencang.

Anda tentu tak ingin hal tersebut terjadi. Untuk itu setidaknya coba kurangi kebiasaan berteriak kencang pada anak. Cobalah cara ini untuk membantu mengontrol emosi.

1. Tarik nafas perlahan
Saat anak berulah, cobalah untuk mengambil napas panjang dan keluarkan secara perlahan. Lakukan hingga level emosi menurun, setelah itu minta anak duduk di bangku.

Duduklah bersamanya dan usahakan pada posisi mata yang sejajar. Katakan kalau hal yang dilakukannya tidak diperbolehkan. Dengan berbicara sejajar, anak akan lebih mengerti, ia juga merasa dihargai.

2. Minta maaf jika terlanjur berteriak
Jangan malu untuk meminta maaf pada anak jika teriakan Anda membuatnya takut atau menangis. Katakan " Suara bunda kencang, karena sedang marah. Maaf ya" . Lalu ajak anak bicara baik-baik.

Jika anak masih mengamuk, diamkan dulu hingga emosinya stabil baru ajak bicara. Teriakan dari orangtua hanya akan memperburuk keadaan.

3. Menghilang sebentar
Ada kalanya orangtua merasa stres menghadapi anak yang menangis dan mengamuk tak terkendali. Menghadapinya dengan emosi bukan pilihan yang tepat. Daripada 
berteriak dan bertambah stres, cobalah menghilang sebentar dalam kamar.

Biarkan si kecil menangis, tapi pastikan dalam ruangan yang aman. Tinggalkan sebentar dan tenangkan diri, usahakan untuk menurunkan level emosi. Jika sudah agak tenang, baru hadapi lagi si kecil.

(Sumber: KidSpot)

Beri Komentar