Pelaku Fraud Lebih Senang Mengincar Aplikasi Keuangan
Dream - Tindak fraud (penipuan) yang menyasar pemilik smartphone di Asia Tenggara lebih banyak menargetkan aplikasi keuangan dibandingkan gaming. Faktor uang menjadi pemicu tingginya para pelaku menyasar aplikasi tersebut.
Temuan ini terungkap dalam laporan fraud tahunan dari AppsFlyer, perusahaan atribusi, bertajuk KOndisi Mobile Ad Fraud Edisi 2020.
Mengutip dari keterangan tertulis AppsFlyer, pasar Asia Pasifik berperan untuk kurang lebih dari 60 persen eksposur finansial di seluruh dunia yang bernilai US$945 juta, karena meningkatnya investasi dalam aktivitas marketing.
Secara global, App Install Ad Fraud telah mengalami penurunan sebesar kurang lebih 30 persen hingga US$1,6 juta dibandingkan dengan semester I-2019.
Managing Director dan President AppsFlyer Asia Pasifik, Ronen Mense, mengatakan bahwa meski terdapat penurunan tren ad fraud secara umum di Asia Tenggara dikarenakan kesadaran market yang meningkat, namun wilayah Indonesia, Singapura, dan Vietnam mengalami puncak ad fraud pada bulan Maret 2020. Hal ini disebabkan oleh COVID-19 yang memaksa banyak negara untuk menerapkan lockdown ketat.
“ Dengan lebih banyak orang tinggal dan beraktivitas di rumah, permintaan mobile apps meningkat dan menyebabkan aktivitas user acquisition yang agresif," ujarnya.
Meningatkan permintaan mobile apps mendorong banyak fraudster untuk beraksi. Untungnya, sebagian besar aksi mereka tidak berhasil seperti yang tercermin dari angka penurunan tingkat fraud pada bulan-bulan berikutnya.
Tingkat fraud di Indonesia tercatat sebesar 28 persen pada Maret 2020 dan turun menjadi 19 persen di Mei 2020. Sedangkan Singapura mengalami level fraud yang menurun dari 35 persen pada bulan Maret 2020 ke 20 persen pada bulan Mei 2020.
Terkait aplikasi finansial yang lebih banyak menjadi sasaran fraudster, laporan Kondisi Mobile Ad Fraud 2020 menunjukkan terdapat tingkat fraud yang sangat tinggi di kategori Finance di Asia Tenggara. Diketahui 4 dari 5 market melaporkan tingkat fraud melebihi 50 persen.
Para pelaku fraud tertarik dengan kategori ini karena sifat aplikasi yang berkaitan dengan uang, dengan skala signifikan dan payout yang lebih tinggi. Tingkat fraud tertinggi di kategori Finance terjadi di Vietnam, dengan tingkatan yang berfluktuasi dan pertumbuhan yang mencapai 64 persen pada Mei 2020.
Sementara di Indonesia mengalami tingkat fraud di kategori Finance yang berfluktuasi pada periode 2019 dan 2020. Pada bulan Juli 2019, tingkat fraud mencapai 55 persen namun turun ke 38,2 persen di Oktober 2019.
Tingkat fraud terlihat meningkat lagi pada April 2020 di angka 63,3% namun menyusut menjadi 61,2 persen pada Mei di tahun yang sama.
Secara global tingkat fraud yang relatif rendah terlihat di kategori Gaming. Akan tetapi, Game Hardcore dan Social Casino di sejumlah wilayah Asia Pasifik menunjukkan gambaran yang berbeda – khususnya dengan tingkat fraud di Korea Selatan yang mencapai 44 persen di Hardcore Gaming dan 61 persen di Social Casino Gaming (rata-rata tahunan), dan di Vietnam Game Hardcore mencapai 30 persen sedangkan peningkatan 10 kali lipat yang massif terjadi di Game Social Casino antara bulan Maret dan April 2020.
Advertisement
4 Komunitas Jalan Kaki di Indonesia, Perjalanan Jadi Pengalaman Menyenangkan
Mau Liburan? KAI Wisata Tebar Promo HUT ke-16, Ada Diskon Bagi yang Ultah Bulan September
Si Romantis yang Gampang Luluh: 4 Zodiak Ini Paling Cepat Jatuh Cinta pada Pandangan Pertama
Lebih dari Sekadar Bermain, Permainan Tradisional Ajak Anak Latih Fokus dan Kesabaran
Konser Sejarah di GBK: Dewa 19 All Stars Satukan Legenda Rock Dunia dalam Panggung Penuh Magis
Tampil Cantik di Dream Day Ramadan Fest Bersama Beauty Class VIVA Cosmetics
Desain Samsung Galaxy S26 Bocor, Isu Mirip iPhone 17 Pro Bikin Heboh Pecinta Gadget
Official Genas, Komunitas Dance dari Maluku yang `Tularkan` Goyang Asyik Tabola Bale
4 Komunitas Jalan Kaki di Indonesia, Perjalanan Jadi Pengalaman Menyenangkan
Mau Liburan? KAI Wisata Tebar Promo HUT ke-16, Ada Diskon Bagi yang Ultah Bulan September
Sosok Ferry Irwandi, CEO Malaka Project yang Mau Dilaporkan Jenderal TNI ke Polisi