Ilustrasi/Shutterstock
Dream - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengimbau masyarakat menggunakan masker kain tiga lapis dibanding masker scuba atau buff. Kedua masker ini dianggap tak cukup ampuh untuk melindungi mulut dan hidung kita dari kemungkinan menghirup droplet atau virus Covid-19.
Masker scuba yang awalanya banyak dipakai masyarakat diketahui tak cukup efektif mencegah penularan Covid-19. Masker ini hanya menggunakan bahan satu lapis tipis sehingga masih memungkinkan dimasuki virus corona yang sangat kecil.
Yang mengejutkan, bahan masker scuba bisa memecah partikel droplet menjadi lebih kecil dan menularkan virus. Masih banyak masyarakat yang bingung membedakan mana masker kain tiga lapis, masker bahan scuba dan masker buff.
Dokter Reisa Broto Asmoro, salah satu tim Satgas Covid-19 mengingatkan cara membedakannya.
Selalu ingat #PesanIbu untuk selalu mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak untuk pencegahan virus COVID19. Jika tidak, kamu akan kehilangan orang-orang tersayang dalam waktu dekat.
Dream - Buah dan sayuran merupakan menu ampuh untuk menjaga stamina sekaligus menjauhkan tubuh kita dari paparan penyakit termasuk Covid-19. Selain dituntut untuk lebih menjaga kebersihan, pandemi secara tak langsung menyadarkan kita untuk menjalani hidup sehat.
Kamu mungkin bukan penyuka buah-buahan selama ini. Namun dengan khasiat yang dimilikinya, kamu pasti akan mulai berpikir mengonsumsi buah setiap hari demi menjaga stamina tubuh.
Berikut penjelasan manfaat buah dan sayuran untuk kesehatan tubuh kita.
© © Infografis Dream.co.id
Jadi, masih nggak mau konsumsi buah dan sayur? Siap-siap penyakit akan menyerang tubuh mu, Sahabat Dream
Selalu ingat #PesanIbu untuk selalu mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak untuk pencegahan virus COVID19. Jika tidak, kamu akan kehilangan orang-orang tersayang dalam waktu dekat.
Dream - Sembuh dari Covid-19 rupanya bukan penanda perjuangan selesai bagi para penyintas. Mereka masih harus berhadapan dengan tantangan baru yang juga berat, yaitu stigma negatif dari masyarakat.
Psikolog Anak dan Keluarga, Mira Amir, menjelaskan, stigma ini muncul akibat minimnya informasi yang diterima masyarakat terkait Covid-19. Bisa pula karena informasi yang sampai telah mengalami distorsi atau mengandung kekeliruan sehingga menghasilkan kesimpulan yang salah.
Tak hanya itu, informasi yang sampai masyarakat bisa jadi tidak utuh. Apalagi, tidak sedikit informasi yang didapat masyarakat bersumber dari 'katanya'.
Mira pun menyarankan masyarakat mencari informasi yang lebih terpercaya. Tentunya dari sumber yang valid seperti pernyataan pakar, dokter, maupun tenaga medis.
" Akan lebih mudah untuk menghilangkan stigma jika ada yang mempersuasi, mengomunikasikan seperti figur yang disegani atau yang mempunyai kompetensi mungkin dari segi pendidikan atau orang yang memang dinilai bijaksana," ujar Mira dalam diskusi online yang disiarkan channel YouTube BNPB.
Mira mengatakan menghapus stigma bukan persoalan mudah. Dia menilai stigma yang terlanjur berkembang tidak bisa dikendalikan karena di luar kontrol pasien sehingga disarankan untuk lebih bijak dalam menanggapinya.
Apalagi untuk pasien positif Covid-19. Mira menyarankan mereka fokus pada pemulihan.
" Begitu positif, lebih baik fokus kepada hal yang bisa kita kontrol atau ubah, bukan omongan orang lain atau stigma," kata dia.
Selain itu, pasien juga diharapkan bisa menerima kondisi yang dialami. Kemudian mengalihkan pikiran ke hal yang lebih positif dan mendukung kesembuhan.
Selalu ingat #PesanIbu untuk selalu mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak untuk pencegahan virus COVID19. Jika tidak, kamu akan kehilangan orang-orang tersayang dalam waktu dekat.
Advertisement
Cucu Mahfud MD Jadi Korban Keracunan MBG di Yogyakarta
Alasan Orang Korea Sangat Percaya MBTI Bisa Ungkap Kepribadian
Presiden Prabowo Bertemu Marc Marquez dan Pebalap Tanah Air Bahas Sport Tourism
Ponpes Al-Khoziny Ambruk, Menag Tanggapi Isu Pelibatan Santri dalam Pengecoran Gedung
Cara Mudah Bikin Parfum Bareng Casablanca di Campus Beauty Fair