Ilustrasi (Foto: Shutterstock)
Dream - Ahli Patologi Fakultas Kedokteran Hewan IPB University, Prof Agus Setiyono, menyebut virus corona juga ditemukan di kelelawar yang hidup di Indonesia.
Kelelawar yang terindikasi mengandung virus corona merupakan jenis pemakan buah.
Meski demikian, Agus belum dapat memastikan virus corona yang ada di kelelawar di Indonesia sama dengan yang di Wuhan atau tidak. Hal itu perlu ada penelitian lebih lanjut.
" Sekarang yang dikhawatirkan, dengan kelelawar itu karena memang kita dapatkan virus corona itu ada di kelelawar. Kita nggak tahu apakah corona yang ditemukan sama dengan yang di Wuhan mungkin beda, serinya lain," ujar Agus kepada Dream, Senin, 3 Februari 2020.
Ahli Patologi Fakultas Kedokteran Hewan IPB University, Prof Agus Setiyono.
Agar masyarakat tidak terjangkit virus, sebaiknya tidak melakukan kontak langsung dengan kelelawar atau hewan pengerat lainnya.
" Jadi, pertama hindari kontak langsung dan tidak langsung," ucap dia.
Agus juga meminta kepada masyarakat untuk tidak memakan buah bekas yang dimakan kelelawar. Sebab, hal itu dapat memungkinkan tertular virus corona.
" Buah yang manis itu biasanya kelelawar makan dan nggak habis. Biasanya di sebagian masyarakat atau anak-anak itu (dimakan). Jangan dimakan itu," kata dia.
Lebih lanjut, Agus menyarankan masyarakat yang biasa mengonsumsi makanan ekstrem untuk lebih waspada.
" Bagi sebagian masyarakat budaya yang mengonsumsi kelelawar buah mungkin bisa pertimbangkan untuk tidak konsumsi, mengingat konsekuensi nya harus dibayar mahal kalau memang kejadian. Jadi masih banyak makanan alternatif dan fungsional dan menyehatkan," kata dia.
Dream - Kasus virus Corona Wuhan (2019-nCoV) di kota Wuhan, Provinsi Hubei, mencapai 11.000 orang. Para staf kesehatan berusaha keras menangani menyebarnya virus ini.
Seorang perawat di Departemen Penyakit Terinfeksi di Rumah Sakit Anak Provinsi China, Hu Pei, 22 tahun, bekerja keras hingga wajah dan tangannya penuh tanda merah. Bahkan, tangannya tampak keriput dan pecah-pecah karena terpapar alkohol selama seharian.
Kondisi ini membuat punggung tangannya seperti kulit orang tua.
Dilaporkan China Press, Hu Pei lahir di 1998. Selama bertugas menjalani kegiatan, dia menggunakan pakaian dan sarung tangan selama sehari, dengan bedak talcum di dalam sarung tangannya.
" Aku bersiap untuk menjalani karantina setiap waktu," kata dia.
Dia mengatakan, ikut serta dalam misi itu sebagai bagian tanggung jawab generasi setelah 90-an.
" Faktanya, kami tidak takut, namun kami punya misi dan kami harus melakukan sesuatu. Kami muda dan takut tidak berpengalaman," ujar dia.
" Kadang ada rasa takut dan khawatir dalam hati dan keluargaku, tapi menggunakan masker, dan penutup wajah, baju pengaman tidak akan membuatku khawatir," ucap dia.
Kolega Hu Pei, Ning Bin berharap Hu Pei tidak lupa menggunakan krim dan sarung tangan.
Dream - Kesimpangsiuran soal penularan virus corona yang bermutasi jadi virus 2019-nCoV telah membuat sebagian warga China jadi bingung.
Mereka jadi panik sehingga tidak bisa lagi mencerna informasi yang disampaikan oleh para pakar kesehatan di negara itu.
Baru-baru ini, sebagian warga China membunuhi hewan peliharaan seperti kucing dan anjing karena takut jadi pembawa virus corona.
Mereka melemparkan hewan-hewan malang itu dari jendela apartemen setelah menerima informasi penularan virus 2019-nCoV yang belum dikonfirmasi kebenarannya.
Disebutkan bahwa hewan-hewan peliharaan itu bisa menyebarkan virus corona kepada manusia jika melakukan kontak dengan orang yang terjangkit virus.
Foto-foto memperlihatkan puluhan kucing dan anjing bersimbah darah di jalan-jalan menjadi viral di media sosial China.
Kepanikan warga China yang membuang hewan peliharaan mereka melalui jendela apartemen dipicu oleh pernyataan seorang dokter bernama Dr Li Lanjuan.
Dalam pernyataannya di TV, dokter Li mengatakan jika hewan peliharaan melakukan kontak dengan orang yang terjangkit virus, maka harus dikarantina sebagai langkah antisipasi.
Sebuah outlet media lokal kemudian dilaporkan mengubah kata-katanya menjadi 'kucing dan anjing dapat menyebarkan virus corona'.
Berita hoax itu pun menyebar dengan cepat setelah Zhibo China mempostingnya di platform media sosial Weibo.
Akibat pemelintiran kata-kata tersebut, sebagian warga panik dan membunuhi hewan peliharaan mereka dengan cara yang sangat keji.
Dalam upaya untuk membendung dan mengakhiri berita hoax tersebut, China Global Television Network memposting kutipan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Bunyinya: 'Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa hewan peliharaan seperti kucing dan anjing dapat tertular virus corona baru, Organisasi Kesehatan Dunia mengatakan pada hari Rabu.'
Sumber: World of Buzz