Mengintip Teknologi Softlens Photocromic Pertama di Dunia

Reporter : Annisa Mutiara Asharini
Rabu, 18 Desember 2019 09:36
Mengintip Teknologi Softlens Photocromic Pertama di Dunia
Bisa melindungi mata lebih praktis dan optimal.

Dream - Saat melihat cahaya menyilaukan, kita cenderung akan menyipitkan mata untuk meredam paparan sinar. Bukan sekadar refleks, bisa jadi hal tersebut dipicu karena kondisi mata yang sensitif.

Berdasarkan survey Johnson & Johnson di 2019, 97 persen masyarakat Indonesia merasa terganggu dengan cahaya berlebihan dan menyilaukan seperti pada saat perjalanan, berolahraga dan kegiatan di ruang terbuka lainnya.

Hal ini tidak lepas dari letak geografis Indonesia sebagai negara tropis dengan intensitas sinar matahari yang tinggi. Bukan hanya sinar matahari, aktivitas di dalam ruangan tak luput memberi dampak buruk bagi mata.

" Penggunaan gawai dan komputer secara aktif serta aktivitas menonton televisi juga berdampak pada paparan cahaya biru (blue light) berlebihan. Sementara di malam hari ketika berkendara, banyak orang merasa terganggu dengan lampu sorot," kata Mia Al Maidah, Brand Manager Acuvue di Jakarta, Selasa 17 Desember 2019.

 

 

1 dari 5 halaman

Teknologi Softlens Photocromic

Paparan sinar UVA dan UVB berlebihan tak cuma membahayakan kulit, melainkan juga memicu berbagai masalah mata seperti corneal sunburn (photokeratitis), pinguecula, pterygium atau pertumbuhan jaringan di bagian putih mata. Sedangkan blue light dapat menyebabkan mata lelah, digital eye strain dan Computer Vision Syndrome (CVS).

Acuvue Oasys

Lensa photocromic yang banyak diterapkan pada kacamata memang dapat membantu untuk menangkal sinar berlebih. Namun beberapa orang memerlukan solusi lebih praktis dan ringkas saat beraktivitas, yakni dengan memakai lensa kontak.

PT. Johnson & Johnson Indonesia meluncurkan Acuvue Oasys with Transitions, lensa kontak photocromic pertama di dunia yang mampu beradaptasi dengan cahaya dengan UVA filter (99 %) dan UVB filter (100%).

" Inovasi ini menjawab kebutuhan masyarakat akan softlens yang dapat melindungi mata dari paparan cahaya menyilaukan dan mengoptimalkan kinerja penglihatan. Siapa saja bisa memakainya, baik atlet, pengemudi hingga orang yang banyak menghabiskan waktu di luar ruangan atau berhadapan dengan gawai," ujar Mia.

 

2 dari 5 halaman

Mampu Beradaptasi

Lensa kontak ini dapat digunakan berulang kali dengan periode pemakaian dua minggu. Lensa dirancang untuk membantu mata menyesuaikan diri dengan lebih baik terhadap perubahan cahaya serta meminimalisir perubahan tampilan mata saat terpapar sinar UV atau HEV (High-Energy Visible).

Acuvue Oasys

Selain itu, lensa kontak dilengkapi dengan Transitions Light Intelligent Technology sehingga mampu beradaptasi terhadap cahaya terang ke gelap dalam waktu 45 detik dan kembali ke kondisi semula dalam waktu 90 detik.

Pada aktivasi penuh, lensa akan menghalangi 70 persen paparan cahaya. Lensa yang semula bening akan berubah menjadi hitam keunguan dan kembali lagi ke warna semula jika cahaya sekitar mulai meredup.

" Lensa ini tersedia untuk mata normal dan minus sampai (-9), berisi enam lensa atau tiga pasang dan dibanderol Rp500 ribu untuk harga promo," pungkasnya.

3 dari 5 halaman

Ortho-K, Alternatif Aman Bagi Pengguna Lensa Kontak

Dream - Lensa kontak begitu digemari mereka yang mengalami gangguan mata minus. Lensa ini membantu menjernihkan pandangan tanpa perlu memakai kacamata. 

Sayangnya, umur lensa kontak umumnya tidaklah lama sekitar 1 hari hingga beberapa bulan. Jika batas umurnya terlewati, Sahabat Dream harus mengganti dengan lensa yang baru dan lebih higienis.

Kini, sudah ada lensa kontak yang tak hanya dibuat sebagai pengganti kacamata. Lensa kontak jenis Orthokeratology atau Ortho-K memiliki kemampuan mengoreksi kelainan refraksi mata minus maupun silinder dengan pemakaian yang tidak sesering biasanya.

shutterstock

" Tindakan ini mengoreksi kondisi mata dengan lensa kontak kaku dan desain khas. Datar di bagian tengah dan mancung di bagian pinggir," ujar ujar Tri Rahayu, dokter mata subspesialis lensa kontak di Bunga Rampai, Jakarta, Rabu 13 November 2019 kemarin.

Tri mengatakan penggunaan jenis ini berbeda dengan lensa kontak biasa. Yaitu hanya ketika tidur.

" Dipakainya pun saat tidur selama minimal 8 jam, bergantung pada besarnya minus atau silindernya," kata Ayu.

4 dari 5 halaman

Cara Pakainya

Lensa kontak ini efektif dipakai ketika mata terpejam. Lensa akan membentuk kelopak mata agar terjadi pendataran kornea.

" Lensanya dipakai waktu tidur. Ditekan kelopak agar terjadi pendataran kornea. Pagi harinya kornea masih dalam keadaan datar dan seolah-olah seperti lasik tapi bersifat temporer. Jadi bentuknya akan kembali lagi dan minus lagi," jelas Tri.

Selain dapat dipakai saat beraktivitas di dalam dan luar ruangan, Ortho-K juga aman digunakan ketika tidur. Ini karena memiliki material yang dipakai memiliki daya hantar oksigen sangat tinggi.

shutterstock

5 dari 5 halaman

Mudah Dalam Perawatan

Perawatan Ortho-K sama dengan lensa kontak biasa yang harus dicuci setiap kali selesai dipakai. Bedanya, lensa ini perlu dibersihkan secara rutin dua bulan sekali menggunakan enzim untuk menghilangkan sisa protein dari air mata yang menumpuk.

" Selain itu, pasien juga harus dikontrol satu malam setelah penggunaan, sebulan, tiga dan enam bulan sekali," tambah dia.

Untuk bisa menggunakan Ortho-K, Sahabat Dream perlu melakukan pengukuran kelainan refraksi, kornea dan panjang bola mata.

Biayanya jauh lebih murah daripada lasik. Sahabat Dream hanya perlu merogoh kocek Rp17 juta untuk mendapatkannya dan bisa digunakan selama 3-4 tahun.

”Ini juga aman digunakan di segala usia. Terutama untuk yang bekerja di lingkungan berdebu, kotor dan tidak memungkinkan untuk memakai kacamata atau anak-anak yang cepat naik minusnya," tutur Tri.

" Ortho-K bisa menangani hingga minus 6 dan silinder 2,5,” tambah dia.

shutterstock

Beri Komentar