Foto: Shutterstock
Dream - Tinggal di kota besar bikin sering terpapar polusi. Kualitas udara yang semakin buruk membuat dampaknya terhadap kesehatan juga memburuk.
Tak heran jika Sahabat Dream mulai mengalami iritasi mata, sakit tenggorokan atau infeksi saluran pernapasan lainnya. Terutama jika tinggal di kota yang penuh dengan polusi.
Efek kesehatan yang muncul cukup mengkhawatirkan. Seperti gangguan pernapasan hingga jantung, otak dan berdampak buruk pada janin.
Tingkat partikulat yang tinggi di udara diketahui menyebabkan beberapa kondisi medis akut, bahkan kronis. Di samping peningkatan risiko penyakit kardiovaskular dan gejala pernapasan, polusi udara yang berbahaya juga dapat merusak kesehatan mental.
Paparan polusi udara tingkat tinggi telah dikaitkan dengan buruknya perkembangan otak pada anak-anak dan kondisi kesehatan mental mereka.
Dilansir dari Times of India, menurut sebuah jurnal yang diterbitkan dalam Lippincott Portfolio oleh Wolters Kluwer, kesehatan mental para remaja lebih rentan terhadap kerusakan yang disebabkan oleh partikel-partikel udara.
Penelitian
Untuk melakukan penelitian, 144 remaja diberi tes stres sosial yang meliputi pidato lima menit dan tes matematika.
Setelah mempelajari detak jantung dan respons tubuh lainnya, ditemukan bahwa remaja dengan respons otonom yang lebih tinggi terhadap stres, juga mengalami peningkatan kadar PM 2,5 di dekat rumah mereka.
© shutterstock.com
Sementara hubungan antara udara tercemar dan stresor yang lebih besar belum dijelaskan dalam penelitian ini. Itu menekankan kembali fakta bahwa udara beracun juga dapat merusak perkembangan saraf dan fungsi kognitif.
Polusi udara berada dimana-mana. Maka disarankan untuk berkegiatan di tempat yang minim polusi untuk mengurangi dampak buruknya pada kesehatan mental maupun tubuh.
Orang-orang juga diminta untuk berhenti berolahraga di luar ruangan dan menghindari olahraga berat.
Sebuah laporan yang diterbitkan dalam Ochsner Journal menunjuk padq data dari China yang diterbitkan pada tahun 2018.
Menurut data tersebut, setiap 1 peningkatan standar deviasi dalam hal partikulat pada konsentrasi PM2.5 rata-rata meningkatkan kemungkinan memiliki penyakit mental (termasuk depresi) sebesar 6,67%.
Karenanya, udara kotor tidak hanya membuat paru-paru sesak, tetapi juga berdampak pada cara berpikir.
© shutterstock.com
Jelas ada kebutuhan melakukan penelitian mendalam untuk menentukan sejauh mana kerusakan yang dilakukan polusi udara terhadap kesehatan mental.
Untuk saat ini, alih-alih panik karena udara pengap dan pembaruan AQI, lebih penting untuk fokus pada apa yang perlu dilakukan.
© dream.co.id
Sebagai langkah awal, kamu bisa mengurangi penggunaan kendaraan pribadi dan memilih transportasi umum, menanam lebih banyak pohon serta menghindari pembakaran sampah. (mut)
Dream - Polusi udara sudah jadi bagian dari masyarakat perkotaan dan mereka yang tinggal di kawasan industri. Asap kendaraan dan asap pabrik jadi 'makanan' sehari-hari.
Kondisi tersebut sebenarnya bisa berujung fatal, terutama untuk anak. Sebuah penelitian dari Cincinnati Children's Hospital, Ohio, Amerika Serikat menunjukkan kalau anak-anak yang lebih sering terpapar polusi udara lebih rentan mengalami kecemasan, stres hingga melakukan bunuh diri.
Hasil penelitian itu kemudian diterbitkan oleh Environmental Health Perspectives yang menunjukkan bahwa anak-anak yang hidup di lingkungan kurang beruntung akan lebih rentan terpapar berbagai penyakit.
" Studi ini adalah yang pertama menunjukkan hubungan antara tingkat polusi udara luar ruangan harian dan peningkatan gejala gangguan kejiwaan, seperti kecemasan dan bunuh diri, pada anak-anak," ujar penulis Dr. Cole Brokamp, salah satu peneliti.
Meski demikian, ia mengakui kalau penelitian tersebut masih perlu pendalaman lebih lanjut mengenai polusi udara dapat mempengaruhi gejala anak melakukan bunuh diri.
" Fakta bahwa anak-anak yang tinggal di lingkungan yang miskin mengalami efek kesehatan yang lebih besar dari polusi udara dapat berarti bahwa pencemar dan stresor lingkungan dapat memiliki efek sinergis pada keparahan dan frekuensi gejala kejiwaan," ucap dia.
Ada dua analisa yang dilakukan Environmental Health Perspectives, pertama yang dapat membuat anak menjadi cemas yakni paparan dari lalu lintas kendaraan bermotor yang berlalu lalang setiap hari, terlebih ketika rumah anak tersebut berada di pinggi jalan dengan tingkat lalu lintas yang padat.
© (Foto ilustrasi: Shutterstock)
" Itu adalah studi pertama yang menggunakan neuroimaging untuk menghubungkan polusi lalu lintas dengan gangguan metabolisme pada materi abu-abu dan gejala kecemasan umum pada anak-anak yang sehat," kata dia.
Studi kedua, paparan polusi dengan aktivitas lalu lintas yang tinggi terbukti meningkatkan gejala kecemasan dan depresi pada anak usia 12 tahun.
" Secara kolektif, studi-studi ini berkontribusi pada semakin banyak bukti bahwa paparan polusi udara selama awal kehidupan dan masa kanak-kanak dapat berkontribusi pada depresi, kecemasan, dan masalah kesehatan mental lainnya pada masa remaja," kata rekan penulis Dr Patrick Ryan.
© MEN
Selain itu, polusi juga dapat meningkatkan penyakit degeneratif seperti Alzheimer dan bentuk demensia lainnya, yang dikhawatirkan para ahli kesehatan. (mut)
(Sumber: Mirror.co.uk)
Doa Agar Ketika Puasa Tidak Merasa Kehausan, serta Cara Jitu Cegah Rasa Haus Saat Berpuasa
Anak Berbuat Maksiat Saat Dewasa, Apakah Orangtua Terkena Siksa?
Feminin Look, Styling Pashmina Kaus dengan Sisi Menjuntai
Gaya Simpel Melody Laksani Eks JKT48 bak Anak Kuliahan
Elegan, Blus Dusky Rose Pilihan Margin Wieheerm
Model Cantik di Video Klip Sheila on 7 ini Ternyata Istri Sang Vokalis
10 Adu Mewah Rumah Fuji VS Thariq Halilintar, Sama-Sama Mirip Istana, Punya Siapa Lebih Megah?
Munculnya Perempuan Al-Mutabarrijat Jadi Tanda Kiamat Makin Dekat, Siapakah Dia?
Tak Terduga! 10 Artis Nonmuslim ini Ikut Puasa di Bulan Ramadan, Ada Jessica Jane & Mahalini
Doa Agar Ketika Puasa Tidak Merasa Kehausan, serta Cara Jitu Cegah Rasa Haus Saat Berpuasa