Lisda Rawda: Artis, Istri Bupati, dan Rahasia Allah

Reporter : Ratih Wulan
Rabu, 25 Mei 2016 10:02
Lisda Rawda: Artis, Istri Bupati, dan Rahasia Allah
Sebagai istri, Lisda Rawda menemani setia Hendra Joni kembali ke kampung. Gemerlap ibukota ditinggalkan demi membangun kampung halaman. Ini Kisahnya.

Dream - Keikhlasan meninggalkan kemewahan dan kenyaman ibukota, membawa Lisda Rawda menemani sang suami Hendra Joni merantau ke daerah kecil. Tiga bulan lalu, Sang Suami dilantik menjadi Bupati Pesisir Selatan.

Lisda tak mau berdiam diri menikmati peran sebagai nyonya pejabat. Perempuan cantik ini cekatan ikut blusukan ke daerah-daerah yang dipimpin suaminya. Pesisir Selatan merupakan salah satu kawasan tertinggal di Sumatera Barat. Berdarah minang, sang suami merasa terpanggil untuk kembali ke tanah kelahiran.

Perempuan yang dulunya pernah aktif di dunia entertaiment ini mengaku sangat menikmati kesibukan barunya. Ia memilih caranya sendiri untuk mengabdi pada masyarakat.

Lewat kain Sulam Bayang dan Batik Tanah Liek, Lisda memberdayakan masyarakat setempat. Membawa dua kain etnik ini menembus pasar nasional.

Tak berhenti sampai di situ saja, Lisda menyimpan berbagai kisah menarik dan inspiratif, Reporter Dream, Ratih Wulan berkesempatan untuk mewawancari Lisda Rawda di sela kesibukan Minangkabau Fashion Festival. Berikut penuturan Lisda:

Ibu sudah sukses di Jakarta, kesulitan tidak beradaptasi pindah ke Pesisir Selatan?

Kalau untuk adaptasi lingkungan, suami senang pulang kampung, sudah kaya ikan masuk kolam. Tapi suami saya senang belajar, banyak tanya dan ada konsultan yang membantu.

Sebenarnya nggak terlalu berbeda dengan Polisi. Kalau dulu kan Narkoba hanya mengurus Narkoba. Tapi kalau sekarang, kita urusin semua dari ibu hamil sampai orang meninggal jadi lebih luas. Dan kalau Polisi nggak pegang uang negara dan sekarang belajar karena banyak prosedural.

Lisda Rawda: Artis, Istri Bupati, dan Rahasia Allah

(foto: dream.co.id/Ratih Wulan)

Bisa ceritakan kesibukan Bu Lisda waktu mendampingi Suami saat menjadi Polisi?

Saya Istri polisi yang suka wirausaha. Benar-benar mulai bisnis sejak selesai kuliah, kemudian buka butik, bikin rumah makan padang di ITC, toko-toko baju, properti dan banyak bisnis kosan sama apartemen. Dari SMP sering dipakai sebagai model, foto di majalah, main iklan BCA, top model Djarum Super, model Indomaret saingan sama Inneke (tertawa) tapi Alhamdulillah dapat hidayah. Dulu aku juga Pramugari.

Aku main film sama Alya Rohali, Inneke Koesherawati, Ines Tagor, Andre Stinky tapi aku lebih muda dari mereka. Aku merancang baju sudah dari 15 tahun lalu tapi kalau yang untuk dijual baru sekitar 10 tahunan.

Alhamdulillah suami tahu, kalau saya diem malah sakit. Kalau saya seharian di rumah malah bilang, " Mami nggak keluar nanti sakit loh," (sambil tertawa).

Dan sekarang rutinitas ibu berubah 360 derajat, bagaimana cara menyesuaikannya?

Kalau sekarang saya aktivitasnya ke rumah mau roboh, jembatan rusak atau orang-orang miskin. Awalnya saya kalau ke sini dua malam sudah cukup dan balik lagi. Tapi kalau kita terjun ke lapangan makin lama makin betah. Karena kita lihat masyarakatnya masih butuh bantuan.

Kalau sudah lihat kondisi sebenarnya, kita jadi mau berusaha untuk carikan solusi. Akan ada kebahagian dan solusi agar semua berubah. Alhamdulillah jadi kebalik, dulu bosen tapi justru sekarang kebalikan. Kalau di Jakarta malah ingin balik ke kampung melakukan apapun itu. Saya nggak pernah mau lihat peluang bisnis di sini karena nanti saya sendirian saja yang kaya.

Mereka toko peralatan olahraga nggak punya, toko kain juga nggak punya.

Saya nggak mau berbisnis jadi cuma mau memberdayakan mereka. Pembinaan dan promosi, lalu tempat kita persiapkan. Kadang dana pribadi juga dikeluarkan untuk mewujudkan ide itu semua.

Di pemerintahan itu kaku, kalau sudah anggaran A nggak bisa dialihkan B, harus dikembalikan ke pusat. Dalam waktu dekat saya mau berikan pelatihan pijat gratis untuk tuna netra, disiapkan tempat agar masuk dalam satu paket pariwisata.

Selama tiga bulan di sana, daerah mana yang masih kelihatan sangat tertinggal?

Kemiskinan paling banyak di Linggo Sari Baganti daerah nelayan. Makanya nanti kita cari potensi dari laut, misalnya rumput laut atau garam sama kelapa. Saya mau pakai sistem pengusaha, beli putus. Kita beli dari mereka dan kita jual lagi jadi mereka sudah dapat uangnya buat muter modalnya lagi.

 

1 dari 2 halaman

"Kalau Tak Mau Repot, di Jakarta Saja"

"Kalau Tak Mau Repot, di Jakarta Saja" © Dream

Pernahkah merasa kangen dengan kehidupan Jakarta?

Fase kehidupan akan begitu, awalnya kita ingin punya tas bagus lama-lama nggak begini kok. Kalau sekarang nggak apa-apa saya pakai tas Rp 200.000, nggak malu. Jadi saya sekarang mulai suka pakai tas etnik, kaya ada tas dari pandan. Ini cara mengajari masyarakat untuk mencintai produk lokal.

Niatnya pulang kampung memang untuk membangun kampung. Kalau ada yang bilang maaf saya merepotkan lalu saya jawab, " Saya mau pulang kampung untuk membangun kampung. Kalau nggak mau repot ya di Jakarta saja sudah cukup,"

Kalau kata pak Gubernur, kita ini Allah SWT yang memilih pasti ada rahasia di baliknya untuk mengabdi kepada rakyat.

Apa potensi menonjol dari Pesisir Selatan?

Pesisir Selatan masih daerah tertinggal dan tahun ini baru bangkit. Jadi saya mau angkat melalui fesyen yaitu melalui sulam bayang dan batik tanah liek. Kalau tenun dan songket semua daerah punya, tapi kalau dua itu baru sini yang punya.

Sulam bayang itu disulam dari dalam dan membayang dari luar. Sudah pernah dapat penghargaan UNESCO dengan kategori handmade tapi hasilnya seperti mesin jadi halus banget. Memakainya juga bisa bolak balik.

Untuk membuat mukena itu dibutuhkan waktu sekitar empat bulan baru selesai jadi minimal harganya Rp 400.000.

Kalau batik tanah liek direndam di tanah liat selama sebulan dan jadinya warna-warna tanah. Batik ini sudah kita patenkan. Sedangkan kalau untuk motifnya khas laut seperti binatang laut, kerang, keong dan binatang kaki seribu.

Lalu kalau motif tanaman ada pakis yang banyak di sana. Nanti di Minangkabau Fashion Festival akan ditampilkan 10 busana dari keduanya.

Target ke depan?

Perwakilan Pesisir Selatan ditargetkan bisa ikut putri Indonesia, sekarang kita persiapkan mereka dengan ikut kursus kepribadian dan bahasa Inggris. Kita ke desa-desa dan liat yang sudah ada apa nanti tinggal dikembangkan. Kaya sekarang sudah ada pengrajin tiker pandan yang sudah bisa dikreasikan menjadi tas. Kalau sekarang lebih dirapihkan dan dimodifikasi biar makin kreatif.

Kalau dari segi fesyen, kita mau kembangkan desainnya menjadi lebih cantik. Sekarang prancang busana di sana itu baru tahu mengolah kain etnik sebatas baju kurung, tapi kita berikan pembinaan yang diketuai Novia Hartini. Tapi kita juga sudah minta bantuan juga sama desainer Andri Tanzil dan Itang Yunaz, kita mau nyoba pakai benang sutra apakah masih bisa rapi hasilnya.

Lalu kalau untuk pariwisata, selain keindahan alam saya mau orang Minang bisa menjadi penerima tamu yang baik yang patuh pada panutan agama dan menerapkan Islam yang sebenarnya dalam melayani wisatawan.

Selain fashion, adakah potensi wisata di Pesisir Selatan yang bisa dieksplore?

Kita memang khususnya ingin mengejar pariwisata. Jadi mengejar sentra oleh-oleh khas Pesisir Selatan kaya Rakik macho (peyek), jagung tojin semacam marning dimasak dengan daun kunyit untuk menambah harum dan gurih. Pinukuik atau kalau bahasa Inggrisnya itu pancake yaitu ke yang dalamnya ada kelapa parutan jadi gurih. Putu khusus sana, pical kaya pecel berupa pizza tapi mie dan ada juga pisang kariang barendo.

Dari pariwisata apalagi yang mau ditingkatkan?

Wisata sudah bagus tapi anggaran mentok. Mindset pengusaha harus kita ubah. Kita akan buat kampung Inggris jadi buat pelatihan anak-anak SD dan SMP berbahasa inggris. Pelatihan juga utuk para pedagang kaki lima. Pelatihan pokdarwis yaitu kelompok sadar wisata. Setiap per kelompok 30 orang kita berikan pelatihan pelayanan prima dan field trip.

Itenary mana saja yang bagus untuk dikunjungi jika berkunjung ke Pesisir Selatan?

Ada Pulau Mandeh yang keindahannya kaya Raja Ampat, ada tempat diving dan snorkling juga. Orang asing akan lebih tertarik ke situ karena semenjak Pak jokowi datang kesitu sekitar akhir tahun lalu, Mandeh dicanangkan sebagai pariwisata nasional.

 

2 dari 2 halaman

Bukan Daerah Tempat Selfie Terus Pulang

Bukan Daerah Tempat Selfie Terus Pulang © Dream

Katanya akan digelar Festival Mandeh bisa cerita sedikit bu persiapannya?

Akhir tahun nanti akan ada festival yang didalamnya ada food, culture, seni, fesyen.  Kalau mau ke Pulau Mandeh membutuhkan 30 menit perjalanan. Kita sudah siapkan, perahu sudah siap, jalan-jalan sudah diperbaiki tinggal berapa kilo lagi selesai. Kita dapat bantuan 670 miliar bantuan dari pusat khusus buat bangun jalan.

Penginapan sudah ada semacam cotage-cotage kecil. Tinggal hotel yg belum ada. Tapi Alhamdulillah kita dapat bantuan pusat home stay 100 unit.

Rumah penduduk dirapihkan lagi kaya toiletnya dan sebagainya. Itu cara cepat untuk menampung mereka. Selama ini wisatawan hanya selfie-selfie, nyampah dan pulang. Jadi mereka tetap stay dan belanja ke Padang. One day tour saja.

Selanjutnya ada Pantai Carocok yang dibangun wahana-wahana permainan jadi memang destinasi atraksi buatan. Wisatawan-wisatawan banyak datang dari Jambi, Medan, Bangka sering kesitu.

Kemudian ada Bukit Lengkusau yaitu satu bukit di atasnya ada villa, ada paralayang kelas internasional. Letaknya sekitar dua jam dari Padang. Kita juga punya jembatan akar sekitar tiga puluh menit dari pusat kabupaten pesisir Selatan, tapi dia dekat hanya 10 menit dari Mandeh dan nyambung dengan air terjun.

Jembatan Akar itu jadi pohon beringin yang akarnya nyambung dan di bawahnya sungai bebatuan. Jembatan akar akan kita jadikan sebagai ikon pesisir selatan. Tapi kata konsultan harus ada sesuatu yang lain, tempat makan yang unik, tempat belanja atau ada sesuatu yang lain.

Restoran dan toilet harus kita perbaiki, masuknya harus pakai tiket jadi penghasilan jelas kalau sekarang masih dikelola secara tradisional.

Dari wisata kuliner, ada apa saja bu?

Kita punya Lokan khas makanan dari kerang yang kalau digulai enak, sate enak, rendang juga enak. Lokan ini gede-gede dan kerasa gurih, dibuat nasi goreng.
Kepikiran rendang lokan tapi nanti yang dapat nama Padang lagi. Kita putuskan olah Lokan dengan kreasi macam-macam saja. Misal di uat balado atau diracik lokan kaya peyek.

Kalau target toko oleh-oleh kapan selesai?

Target pusat oleh-oleh dua bulan. Kita sedang persiapkan mengurus logo halal. Jadi kita bikin kemudahan mengurus hak paten tanpa bayar jadi pengrajin senang. Iya sih berharap lebaran orang pulang kampung kita sudah punya itu.

Deskranasda itu ada tempat tapi cuma buat display jadi sayang kalau nggak dimaksimalkan.

Di awal kepemimpinan Pak Hendra, apa yang mau dipacu?

Kita punya penutup kepala khas namanya tengkuluk. Agak mirip Jambi yang sarung yang dibuat semacam turban tapi khas kita ala Siti Nurbaya. Segitiga tanduk kelihatan. Nantinya ingin selalu pakai kalau kemana-mana.

Saya juga sudah komunikasi sama PKL di tempat wisata, mau nggak mereka pakai tengkuluk. Alhamdulillah mereka mau. Biar khas ya.

Kalau rumah pasca gempa mau dibangun pakai bagonjong lagi nggak bu?

Ingin rumah-rumah dikembalikan ke rumah adat bagonjong tapi ternyata kurang aman untuk gempa. Jadi kita buat biasa saja yang aman. Dan masyarakat nggak berani untuk bangun lagi bagonjong.

Beri Komentar