Misteri Asal Usul Covid-19 Akan Ditelusuri Ilmuwan Lewat Twitter

Reporter : Dwi Ratih
Kamis, 28 Januari 2021 16:12
Misteri Asal Usul Covid-19 Akan Ditelusuri Ilmuwan Lewat Twitter
Ini ada jawaban lengkapnya.

Dream – Terhitung setahun sudah wabah Covid-19 menyerang dunia saat pertama kali muncul di Wuhan, China. Sampai detik ini belum ada satupun obat yang ditemukan untuk membunuh  virus yang menyebar dengan cepat itu.

Bahkan sampai sekarang, masih banyak para ahli yang memperdebatan asal-usul virus Sar-VoV2 yang memicu penyakit Covid-19 itu.

Di awal pandemi, informasi yang diketahui masyarakat hanya menyebutkan virus Covid-19 berasal dari Wuhan, China. Tetapi belakangan ini muncul beberapa teori yang memperkitakan kemungkinan virus Corona ini sudah lama muncul sebelum merebaknya di China.

Bahkan ada juga ahli yang berargumen virus Sar-CoV2 berasal dari luar China.

Salah satu cara baru mengungkap asal usul virus Covid-19 dan awal penularannya tengah diteliti melalui teknik baru. Bukan lewat survei ke negara-negara sumber penyakit, kali ini ilmuwan melakukan pencarian melalui platform Twitter.

Ilustrasi

1 dari 5 halaman

Teknik Pencarian Asal-usul Covid-19 Lewat Twitter

Dikutip Ubergizmo, Rabu, 27 January 2021, studi dari para ilmuwan di IMT School for Advanced Studies Luca yang diterbitkan Nature telah menyisir tautan Twitter yang diduga membicarakan tentang virus Covid-19 ini. Hasilnya mereka mengklaim menemukan asal-usul virus Sars-CoV2 tersebut.

Teknik pencarian peneliti pada dasarnya dilakukan dengan memasukkan kata kunci berdasarkan gejala yang dialami pasien saat mereka tertular virus.

Idenya adalah dengan mengidentifikasi lonjakan kasus gejala penyakit ini. Temuan mereka berpotensi digunakan sebagai indikator kapan virus mungkin telah muncul dan berapa lama tiba sebelum didiagnosis secara resmi.

Ilustrasi

 

2 dari 5 halaman

Apakah tepat?

Beberapa kalangan meragukan teknik pencarian yang dilakukan lewat Twitter karena hasilnya tidak meyakinkan.Salah satu alasannya adalah unggahan Twitter sebagian besar bersifat anekdot. Meski diakui, tekni baru bisa bisa juga membantu peneliti menentukan kapan tepatnya virus ini pertama kali muncul di berbagai lokasi.

Ditambah juga melihat catatan penelitian dari Erope, lalu penelitian serupa di Amerika Serikat serta negara-negara lain yang mengungkapkan waktu muncul virus yang berbeda.

Jadi para peneliti tidak akan menarik kesimpulan dengan cepat dan asal sampai fakta-fakta terbukti jelas.

(Laporan: Josephine Widya)

 

Selalu ingat #PesanIbu untuk selalu mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak untuk pencegahan virus COVID19. Jika tidak, kamu akan kehilangan orang-orang tersayang dalam waktu dekat.

3 dari 5 halaman

INFOGRAFIS: Tips Hindari Pandemic Fatigue Agar Hidup Lebih Baik

Dream - Pandemi Covid-19 yang tak kunjung usai membuat masyarakat seperti kehilangan arah demi bisa hidup waras. Kondisi ini semakin menjengkelkan karena masih ada saja masyarakat yang meremehkan wabah ini dengan abai protokol kesehatan.

Lama-kelamaan kondisi yang dialami masyarakat  memicu mereka mengalami kelelahan mental. Natalia Widiasih Raharjanti, Kepala Divisi Psikiatri Forensik/Ketua Prodi Spesialis Kedokteran Jiwa FKUI–RSCM, mengatakan, semua pihak masih belajar untuk mengatasi situasi pandemi Covid-19 dengan baik.

" Bagaimana agar kita bisa memulainya, tentu kita harus berpikir bahwa setiap langkah yang kita lakukan ada manfaatnya," kata Natalia dalam sebuah dialog dari Graha BNPB beberapa waktu lalu.

Kondisi itu bernama pandemic fatigue. Bagaimana cara menghindari pandemic fatigue namun tetap bisa hidup dengan aman dan bahagia? Berikut tipsnya:

Infografis Dream.co.id© © Dream.co.id/Fairus

Meski tidak mudah untuk menghindari adanya pandemic fatigue dalam lingkungan sehari-hari, namun apa salahnya mencoba perlahan demi kehidupan yang makin baik.


Selalu ingat #PesanIbu untuk selalu mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak untuk pencegahan virus COVID19. Jika tidak, kamu akan kehilangan orang-orang tersayang dalam waktu dekat.

4 dari 5 halaman

Berbicara Lebih Berisiko Tularkan Virus Covid-19 daripada Batuk

Dream - Hindari berdekatan dengan orang lain apalagi sampai berbicara dalam waktu lama di situasi pandemi seperti sekarang. Sebuah studi baru menguak fakta terbaru soal risiko penularan Covid-19 saat berbicara.

Rupanya berbicara dapat menyebabkan lebih banyak penularan COVID-19 daripada batuk, terutama di ruang yang berventilasi buruk. Dalam studi baru yang diterbitkan 19 Januari 2021 di Journal Proceedings of the Royal Society A, mengungkap dalam kondisi tersebut, virus dapat menyebar lebih dari 6 kaki (2 meter) hanya dalam hitungan detik.

Temuan menunjukkan bahwa jarak sosial saja tidak cukup untuk mencegah penularan Covid-19, masker wajah dan ventilasi yang memadai juga sangat penting untuk mencegah penyebaran. Para peneliti menggunakan model matematika untuk memeriksa bagaimana Covid-19 menyebar di dalam ruangan tergantung pada ukuran ruangan, jumlah orang di dalamnya, termasuk seberapa baik ruangan tersebut berventilasi dan apakah orang-orang mengenakan masker wajah.

Studi tersebut menemukan bahwa ketika dua orang berada di ruang yang berventilasi buruk dan tidak memakai masker, berbicara dalam waktu lama lebih mungkin menyebarkan virus daripada batuk ringan. Itu karena ketika kita berbicara, mulut mengeluarkan menghasilkan tetesan kecil yang dapat menggantung di udara, menyebar dan menumpuk di area yang tidak memiliki ventilasi yang memadai.

" Ventilasi sangat penting dalam meminimalkan risiko infeksi di dalam ruangan. Dari pengetahuan kami tentang penularan SARS-CoV-2 melalui udara telah berevolusi dengan kecepatan yang luar biasa," kata kepala studi, Pedro de Oliveira dari University of Cambridge dan Imperial College London, dikutip dari LiveScience.com

5 dari 5 halaman

Sementara, batuk menghasilkan tetesan yang lebih besar, yang dengan cepat jatuh ke lantai dan mengendap di permukaan. Dalam satu model skenario, para peneliti menemukan bahwa setelah batuk singkat, jumlah partikel infeksius di udara akan turun dengan cepat setelah 1 hingga 7 menit.

Sebaliknya, setelah berbicara selama 30 detik, hanya dalam waktu 30 menit jumlah partikel infeksius turun ke tingkat yang sama dan sejumlah besar partikel masih tersuspensi setelah satu jam.

Dengan kata lain, satu dosis partikel virus yang mampu menyebabkan infeksi akan bertahan di udara lebih lama setelah bicara daripada batuk. Dalam skenario model ini, jumlah tetesan yang sama masuk selama batuk 0,5 detik seperti selama 30 detik bicara.

Selalu ingat #PesanIbu untuk selalu mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak untuk pencegahan virus COVID19. Jika tidak, kamu akan kehilangan orang-orang tersayang dalam waktu dekat.

Beri Komentar