Anak Jenius Seringkali Dianggap Nakal, Ternyata Ini Sebabnya

Reporter : Mutia Nugraheni
Jumat, 24 Maret 2023 12:12
Anak Jenius Seringkali Dianggap Nakal, Ternyata Ini Sebabnya
Kemampuan anak gifted ini sering tak disadari orangtua.

Dream - Setiap anak lahir dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing. Pada beberapa kondisi, ada anak yang lahir dengan kecerdasan di atas rata-rata atau kita menyebutnya jenius.

Bukan hanya jenius dalam hal akademis atau bidang eksakta, tapi juga dalam hal seni, bahasa, hingga sosial. Dokter Citra Melinda, spesialis anak, mengungkap beberapa fakta terkait anak jenius atau gifted yang penting diketahui. Pasalnya, kemampuan anak gifted ini sering tak disadari orangtua.

" Tanda anak gifted yang mungkin terlihat sebelum usia 6 tahun, perkembangannya lebih maju dan cepat dibandingkan anak seusianya. Anak 2 tahun sudah bisa berbicara >100 kata, anak 3 tahun sudah tertarik belajar membaca sendiri, anaknya masih preschool tapi lebih 'nyambung' sama anak SD," ungkap dr. Citra, dalam akun Instagram @citra_amelinda.

 

1 dari 4 halaman

Ia juga mengungkap, memang kemampuan intelegensia anak gifted lebih unggul namun seringkali kompensasinya (tertinggal) pada perkembangan emosi-sosialnya. Hal tersebut membuat anak jenius cenderung mengalami gangguan perilaku, gangguan belajar, jadi pemberontak, keras kepala, perfeksionis dan sulit ikut kerja kelompok. Kondisi tersebut tak dipungkiri membuat kewalahan para orangtua dalam hal pengasuhan.

Ungkapan yang Sebaiknya Tak Dilontarkan Saat Anak Belajar Matematika© MEN

" Sering dianggap anak 'nakal' dan 'kurang pandai' padahal gifted, mengasuh anak gifted membutuhkan strategi yang berbeda agar potensinya berkembang maksimal," ungkap dr. Citra.

 

2 dari 4 halaman

Menurutnya, penting bagi orangtua untuk benar-benar mengenali kemampuan anak. Jika memang anak diketahui kemampuan intelektualnya di atas rata-rata, pilih sekolah yang fleksibel terhadap kebutuhan sosioemosional anak gifted.

Ada 4 Tahapan Penting Saat Anak Belajar Membaca© MEN

" Sebenernya makin jenius tentunya makin beda cara mikir dan pola pandangnya melihat dunia. Apalagi kalau bakatnya bukan di bidang akademis, nilai rapornya kebakaran kita jadi waswas terhadap masa depan anak kita. Semua parenting ada tantangannya sendiri. Makin jenius makin unik karakter kepribadian anakna," pesan dr. Citra.

3 dari 4 halaman

Anak Masih Cemas dan Menangis di Sekolah Baru, Coba Trik dari Psikolog

Dream - Pekan ini sekolah tatap muka dimulai kembali setelah 2 tahun online karena kasus Covid-19 yang tinggi. Para murid harus kembali melakukan adaptasi dengan teman sekelas yang baru, juga suasana sekolah yang begitu berbeda.

Terutama pada anak-anak yang sebelumnya selalu sekolah online di rumah dan baru pertama kali belajar di sekolah tanpa didampingi orangtua. Hal tersebut sebenarnya bukan hal mudah. Penting bagi orangtua memahami kondisi anak-anaknya dan melihat respons mereka.

Farraas A. Muhdiar, seorang psikolog keluarga, mengungkap kalau dalam situasi pandemi seperti sekarang sangat wajar anak mengalami kecemasan ketika kembali ke sekolah. Di satu sisi mereka senang, tapi juga cemas dengan kondisi yang sangat berbeda.

Bagi anak usia TK dan SD, mungkin ada yang selalu menangis di kelas saat ditinggal. Bisa juga hanya diam saja tak mau bicara sama sekali.

" Kondisi pandemi meningkatkan kecemasan anak untuk bertemu orang baru / masuk ke situasi baru, jadi makin wajar kalau anak cemas saat tiba-tiba harus dateng ke situasi baru dengan kebiasaan dan orang-orang yang serba baru," tulis Farraas di akun Instagramnya @farraas.

 

4 dari 4 halaman

Dampingi dan Jangan Memaksa

Lalu apa yang harus dilakukan orangtua untuk membantu anak meredakan level kecemasannya? Menurut Farraas, berikan label pada emosi anak, apakah ia takut, khawatir sedih atau bersemangat. Hal ini membuat anak mengenali hal yang dirasakan dan mengungkapkannya dengan baik.

Setelah itu, validasi atau akui perasaan anak. Bila anak bilang takut, katakan kalau hal itu bisa dirasakannya dan wajar. Jangan mengecilkannya dengan bilang " ah gitu aja takut" .

© Dream

Coba berikan beberapa opsi untuk bisa membuat anak nyaman. Misalnya dengan pegangan tangan, berpelukan, menarik napas, bernyanyi atau mungkin minum teh hangat.

" Percaya pada prosesnya. Anak pasti akan bisa melakukannya saat mereka sudah siap," pesan Farraas.

Beri Komentar