Ilustrasi (Foto: Shutterstock)
Dream - Sudah dua bulan sekolah dari rumah (school from home/ SFH) diterapkan demi mengurangi penularan virus Covid-19. Kondisi ini memang tidak ideal bagi anak-anak. Rasa jenuh mulai muncul, apalagi tugas tetap banyak dan diberikan oleh tiap guru mata pelajaran
Saskhya Aulia Prima, M.Psi, psikolog dan Co Founder Rumah Konsultasi TigaGenerasi menyampaikan sebagian anak akan merasa kesulitan dalam melakukan SFH karena anak tidak memiliki motivasi dari lingkungan.
Biasanya, anak belajar bersama teman-temannya, namun sekarang mereka menemukan situasi baru. Situasi ini yang membuat anak harus menyesuaikan diri agar tidak merasa bosan.
" Dalam hal ini orangtua memiliki peran tiga kali lipat, urusan pekerjaan, urusan rumah, dan mendidik anak,” kata Saskhya, dikutip dari Liputan6.com.
Untuk membantu anak agar tidak merasa bosan saat SFH, Saskhya menyarankan untuk melakukan pengubahan tempat belajar anak. Orangtua bisa menyiapkan ruang khusus yang nyaman untuk anak belajar.
“ Atau dapat juga belajar ala-ala piknik dengan menggelar tikar di halaman atau teras rumah.”
Selain itu, anak harus diberi selang waktu saat belajar. Misal, membuat anak bergerak dengan melakukan kegiatan rumah yang sederhana. Seperti memasak masakan sederhana yang disukai anak. Anak juga harus diberi ruang bermain secara mandiri.
“ Biarkan mereka mengeksplorasi permainan yang disukai untuk menciptakan hal kreatif. Membiarkan mereka bermain sendiri bukan berarti menelantarkan.”
Hal yang tak kalah penting adalah membuat sistem pembelajaran kreatif. Orangtua dapat memberikan pelajaran kepada anak dengan cara-cara yang unik.
“ Misal, anak diminta mengambil daun warna hijau kemudian belajar menggunakan daun tersebut," pesannya.
Laporan Ade Nasihudin Al Ansori/ Sumber: Liputan6.com
Dream - Penerapan sekolah di rumah sudah berjalan nyaris sekitar 6 minggu. Sejumlah penyesuaian harus dilakukan dengan berbagai cara, karena anak-anak tetap harus dipenuhi haknya mendapat pendidikan.
Sekolah negeri maupun swasta menerapkan sekolah jarak jauh secara online. Baik menggunakan Google Class Room maupun Zoom. Untuk mengetahui apa yang dirasakan para anak, baik masalah maupun yang mereka inginkan selama sekolah di rumah Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) melakukan survei.
Dikutip dari akun Instagram resmi KPAI, survei dilakukan pada 1.700 siswa. Mereka diminta pendapatnya terkait Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Pengaduan kerap diterima KPAI sejak PJJ diterapkan, total ada 246 pengaduan.
Rupanya, pengaduan terbanyak berasal dari para siswa di tingkat SMA dan SMK. Sebagian besar siswa, yaitu sebanyak 77% mengeluhkan menumpuknya tugas selama belajar dari rumah. Hal ini karena semua guru memberikan beban tugas yang cukup banyak.
Keluhan lainnya yang muncul adalah sebanyak 37,1%, yaitu batas waktu pengerjaan yang singkat sehingga para murid kelelahan sampai kurang istirahat. Sementara sebanyak 42,2% murid mengeluhkan tak memiliki kuota internet yang cukup.
Setelah melihat penerapan PJJ, serta mendengarkan keluhan para murid, KPAI kemudian memberikan beberapa rekomendasi kepada pemerintah, khususnya Kementerian Pendidikan. Rekomendasi pertama adalah perlunya dibuat kurikulum darurat Covid-19.
Kedua yaitu mempertimbangkan kondisi anak dan keluarganya dalam pelaksanaan PJJ dan ujian online. Ketiga, penilaian bukan hanay berdasarkan kognitif saja tapi afektif dan berbasis pendidikan karakter. Selengkapnya baca di sini.
Advertisement
10 Brand Kosmetik Paling Ramah Muslim di Dunia, Wardah Nomor Satu
KAJI, Komunitas Bagi Para Alumni Mahasiswa Indonesia di Jepang
4 Komunitas Seru di Depok, Membaca Hingga Pelestarian Budaya Lokal
Universitas Udayana Buka Suara Terkait Dugaan Perundungan Timothy Anugerah
UU BUMN 2025 Perkuat Transparansi dan Efisiensi Tata Kelola, Tegas Anggia Erma Rini
Azizah Salsha di Usia 22 Tahun: Keinginanku Adalah Mencari Ketenangan
Benarkah Gaji Pensiunan PNS Naik Bulan Ini? Begini Penjelasan Resminya!
Timnas Padel Indonesia Wanita Cetak Sejarah Lolos ke 8 Besar FIP Asia Cup 2025
Hore, PLN Berikan Diskon Tambah Daya Listrik 50% Hingga 30 Oktober 2025
10 Brand Kosmetik Paling Ramah Muslim di Dunia, Wardah Nomor Satu
KAJI, Komunitas Bagi Para Alumni Mahasiswa Indonesia di Jepang
Hari Santri, Ribuan Santri Hadiri Istighasah di Masjid Istiqlal