Ilustrasi
Dream - Kehamilan memang membawa perubahan luar biasa pada perempuan. Bukan hanya kondisi fisik tapi juga psikis. Dalam hal hasrat seksual, umumnya saat hamil mengalami peningkatan.
Menurut dr. Reza Fahlevi dikutip dari KlikDokter, hormon dalam tubuh ibu hamil, seperti hormon estrogen, bekerja dengan sangat baik yang membuatnya lebih berhasrat. Sayangnya, ada hal yang bisa meredam gairah seksual ibu hamil.
Apa saja? Mungkin salah satunya adalah yang sedang dialami.
1. Fase Morning Sickness
Umumnya, morning sickness terjadi pada awal-awal usia kehamilan (trimester pertama). Meski menggunakan istilah “ morning”, rasa mual bisa terjadi kapan saja, termasuk di malam hari. Jika hal ini terjadi dalam intensitas yang berat, ibu akan merasa lelah dan bisa jadi tidak bergairah untuk berhubungan seks.
2. Lebih Mementingkan Kondisi Janin
Saat sedang hamil, kesehatan janin adalah prioritas utama. Ini sebabnya, bercinta saat sedang hamil mungkin enggan dilakukan oleh pasangan. Sebenarnya berhubungan seks saat hamil diperbolehkan, namun rasa takut dan cemas membuat ibu jadi berpikir dua kali untuk bercinta.
3. Tidak Percaya Diri
Berubahnya fisik selama hamil juga bisa membuat ibu jadi merasa tidak percaya diri saat sedang berhubungan seks. Nantinya, hal ini juga bisa membuat ibu jadi tidak bergairah dan buat vagina ibu jadi kering,” ujar dr. Reza.
“ Karena itu, penting untuk mendiskusikan hal tersebut dengan pasangan guna mendapatkan solusi terbaik bagi kedua belah pihak,” kata dr. Reza.
4. Pasangan Merasa Kasihan
Suami yang merasa kasihan dengan kondisi tubuh ibu juga bisa jadi alasan lain gairah seksual wanita hamil turun. Karena melihat pasangan sering mengeluh sakit dan pegal, suami jadi lebih ingin merawat ketimbang memuaskan hawa nafsunya. Jika ibu hamil merasa sehat dan siap, komunikasikan dengan suami. Pilih posisi seks yang aman dan nyaman untuk kedua belah pihak.
Selengkapnya baca di sini.
Dream - Para ibu hamil sangat dianjurkan untuk rutin berolahraga ringan. Aktif secara fisik akan membuat kondisi ibu hamil lebih fit dan juga berdampak positif bagi janin. Antara lain mengurangi rasa pegal dan nyeri, meningkatkan sirkulasi darah, menjaga penambahan berat badan naik tidak berlebihan, dan membantu tidur lebih lelap.
" Olahraga sangat bermanfaat dalam mempersiapkan tubuh untuk persalinan, melahirkan, dan pascapersalinan," kata Amanda DeGrace, pelatih olahraga bersertifikat, dikutip dari Verywell.
American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) merekomendasikan agar ibu hamil melakukan aktivitas fisik 150 menit per minggu. Salah satu olahraga yang dianjurkan bagi ibu hamil adalah squat atau jongkok.
" Squat sangat aman untuk sebagian besar ibu hamil, dan juga sangat dianjurkan karena dapat membantu memperkuat otot dasar panggul. Squat juga meningkatkan mobilitas pinggul dan meningkatkan sirkulasi darah ke seluruh tubuh yang membantu mempersiapkan tubuh untuk persalinan," kata DeGrace.
Menurut Carrie Pagliano, terapis fisik dan juru bicara American Physical Therapy Association, berjongkok adalah posisi melahirkan yang sebenarnya. Beberapa ibu hamil akhirnya berjongkok saat melahirkan karena membantu membuka pinggul dan mengurangi rasa sakit dan tekanan pada punggung.
" Jongkok adalah gerakan fungsional. Kita harus jongkok untuk duduk di toilet atau mengambil barang dari lantai. Ini harusnya bukan gerakan yang menakutkan," kata DeGrace.
Untuk membantu menjaga keseimbangan, ibu hamil dapat melakukan squat dengan posisi tubuh yang lebih lebar atau menggunakan kursi atau meja demi menjaga keseimbangan tambahan.
" Saat berolahraga selama kehamilan, biasanya perlu melebarkan posisi berdiri di banyak latihan untuk memberi ruang bagi perubahan di dalam panggul, dan ruang untuk bayi dan perut yang sedang tumbuh," kata DeGrace.
Lakukan latihan squat secara perlahan dan dengan cara yang terkontrol dan terukur. Hormon relaksin akan diproduksi tubuh dengan gerakan ini dan menyebabkan ligamen serta persendian mengendur yang sangat penting bagi ibu hamil.
Saat olahraga squat lakukan dengan perlahan dan hati-hati. Pastikan juga penuhi kebutuhan cairan tubuh, jangan sampai mengalami dehidrasi.
Dream - Temuan dari studi terbaru yang diterbitkan dalam Journal of Developmental Origins of Health and Disease menjelaskan cara unik untuk mengidentifikasi stres pada ibu hamil, yaitu rambut. Sampel rambut diperoleh dari ibu hamil dan diperiksa kadar kortisolnya.
Ternyata sampel yang mengandung kadar kortisol tinggi lebih sering dari ibu yang mengandung bayi perempuan. Studi yang dilakukan pada 108 ibu hamil di awal trimester pertama mereka, menemukan bahwa kadar kortisol rambut ibu dua kali lebih tinggi (300 mg/dl versus 150 mg/dl) pada wanita yang mengandung bayi perempuan. Hal ini mengarahkan peneliti untuk mempertimbangkan apakah ibu yang lebih stres pada saat pembuahan lebih mungkin untuk menyambut anak perempuan.
Bagaimana Stres Mempengaruhi Seks Janin?
Penting untuk dicatat bahwa ada pengukuran stres lain yang juga merupakan bagian dari gambaran ketika mengukur tingkat stres pada ibu hamil. “ Kita harus ingat untuk mempertimbangkan pengukuran klinis dari stres pasien juga, yang dinilai dengan beberapa skala atau kuesioner yang berbeda dalam penelitian ini,” kata Kathleen Jaeger, OB/GYN Grup Medis BJC di Missouri Baptist Medical Center.
Penelitian ini menggunakan kuesioner untuk mengontrol faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi hasil. Antara lain, tidak ada perbedaan signifikan yang ditemukan antara kedua kelompok dalam hal usia, status perkawinan, tingkat pendidikan, status pekerjaan, jenis kehamilan, jumlah anak, jumlah aborsi sebelumnya, risiko kehamilan atau apakah kehamilan itu diinginkan atau tidak.
Ini memungkinkan para peneliti untuk membidik hubungan potensial antara kadar kortisol dan jenis kelamin janin. Satu hipotesis adalah bahwa stres orang tua mengubah konsentrasi hormon seks melalui aktivasi sumbu HPA dan berimplikasi pada alokasi jenis kelamin.
Temuan penelitian ini konsisten dengan penelitian serupa lainnya. Sebuah studi pada 2010 menunjukkan penurunan jumlah kelahiran laki-laki dalam beberapa bulan setelah peristiwa tersebut. Studi tersebut menunjukkan, " rasio jenis kelamin sekunder (yaitu, kemungkinan kelahiran laki-laki) dilaporkan menurun setelah bencana alam, peristiwa polusi, dan keruntuhan ekonomi" .
Sumber: Verywell
Advertisement
Shandy Aulia Sampai Sewa Makeup Artist untuk Foto Paspor dan Visa, Hasilnya Wow Banget!
Patrick Kluivert Tutup Kolom Komentar Akun Instagramnya Setelah `Dicerai` PSSI
Bahas Arah Kebijakan Ekonomi, Prabowo Adaptasi Ajaran Ayahnya
10 Atlet dengan Bayaran Tertinggi di Dunia 2025, CR7 atau Messi Paling Tajir?
PSSI Putuskan Kontrak, Selamat Tinggal Patrick Kluivert!
Waspada Fake Service, Begini Cara Bedakan Layanan Resmi dan Palsu Barang Elektronik
Kisah Evan Haydar dari Gresik, Dulu Buruh Pabrik Kini Jadi HR Tesla
10 Ribu Orang Antre untuk Mencoba Chip Otak Bikinan Perusahaan Elon Musk
6 Zodiak yang Mudah Love Bombing Tanpa Sadar: Terlalu Sayang Sampai Kebablasan
Shandy Aulia Sampai Sewa Makeup Artist untuk Foto Paspor dan Visa, Hasilnya Wow Banget!