ASI Perah/ Foto: Shutterstock
Dream - Memerah air susu ibu (ASI) jadi solusi untuk memberikan ASI esklusif selama 0-6 bulan yang sangat direkomendasikan. Hal ini agar ibu yang harus bekerja atau ketika harus meninggalkan bayi untuk sementara, si kecil tetap bisa mendapat nutrisi terbaik dari ASI.
Untuk menyetok ASI, jika harus pergi seharian, beberapa hari sebelumnya ibu bisa memerah dan menyimpannya di kulkas atau freezer. Untuk ASI yang dibekukan memang bisa bertahan lebih lama bahkan sampai hitungan bulan.
Satu hal yang penting diingat, setelah memerah ASI jangan langsung simpan di freezer. Diamkan dulu di suhu ruang, lalu dinginkan di chiller bawah, baru setelah dingin bisa dibekukan di freezer.
Mengapa demikian? Dikutip dari KlikDokter.com, hal itu karena perubahan suhu ASI perah secara tiba-tiba dapat menyebabkan kandungan gizi di dalamnya rusak. Begitu juga saat akan mencairkan ASI perah, sebaiknya ASI beku tak langsung dikeluarkan dan dicairkan di suhu ruang biasa.
Hasil ASI yang baru selesai dipompa dapat dibiarkan sebentar pada suhu ruang apabila berencana diberikan kepada bayi atau disimpan. Air susu ibu dari kedua payudara boleh dicampur untuk disimpan asalkan diperah dalam waktu yang sama.
Pada suhu ruang hingga 25 derajat Celsius, ASI dapat aman digunakan hingga 4 jam setelah dipompa. Apabila disimpan di lemari pendingin, daya tahan ASI perah berkisar selama 4-5 hari.
Bila disimpan di cooler box, ASI dapat bertahan hingga 24 jam. Hasil ASI yang disimpan di freezer (suhu di bawah 0 derajat Celsius) dapat bertahan selama 6-12 bulan. Pastikan wadah penyimpanan ASI tertutup rapat dan tidak dicampur dengan bahan mentah lain, karena bisa berisiko terkontaminasi virus dan bakteri yang bisa memicu masalah kesehatan pada bayi.
Penjelasan selengkapnya baca di sini.
Dream - Beberapa ibu menyusui begitu selektif dalam memilih makanan. Satu menu yang paling sering dihindari adalah hidangan dengan cita rasa pedas. Hal itu lantaran takut air susu yang dihasilnya juga akan terasa pedas.
Benarkah demikian? Dikutip dari KlikDokter, menurut dr. Theresia Rina Yunita, ibu menyusui diperbolehkan makan pedas. Asalkan, makanan pedas dikonsumsi dalam batas wajar dan tidak berlebihan.
Makanan pedas yang dikonsumsi busui memang bisa mengubah rasa ASI. Nah, beberapa bayi cukup sensitif terhadap rasa pedas. Ketika ibu menyusui makan pedas berlebihan, efek pada bayi dapat menyebabkan si kecil kepedasan dan menangis ketika minum ASI.
" Beberapa bayi sangat sensitif terhadap zat capsaicin dalam cabai. Kadang, hal ini bisa menyebabkan busui mengalami diare,” ujar dr. Theresia.
Pada bayi dengan kondisi alergi, makanan pedas yang dikonsumsi busui juga bisa menyebabkan kulit si kecil ruam dan gatal. Menurut penelitian yang dimuat Korean Journal of Pediatrics, pada dasarnya tidak ada makanan yang perlu dihindari ibu selama menyusui. Kecuali, makanan memberikan dampak negatif pada bayi. Hal ini juga berlaku untuk makanan pedas.
Ibu menyusui boleh makan pedas. Asalkan, dikonsumsi dalam jumlah wajar dan tidak berlebihan. Lalu, kapan boleh makan pedas setelah melahirkan? Jawabannya boleh kapan saja.
Dokter Theresia mengatakan hal yang terpenting adalah ibu menyusui tetap mempertimbangkan kemampuan diri sendiri dan bayi sebelum mengonsumsi makanan pedas. Apabila ibu memiliki GERD, sebaiknya hindari konsumsi makanan pedas. Hal ini karena makanan pedas bisa meningkatkan produksi asam lambung dan menyebabkan GERD kambuh.
Penjelasan selengkapnya baca di sini.
Dream - Kekurangan sel darah merah karena rendahnya level zat besi dalam tubuh bisa menimbulkan anemia. Kondisi ini bisa terjadi pada siapa pun, terutama ibu menyusui.
Kondisi anemia pada ibu menyusui biasanya tak disadari, karena tetap bisa memberikan ASI. Hal ini sebenarnya tak boleh dibiarkan karena bisa berdampak buruk pada kesehatan ibu secara jangka panjang.
Sebenarnya, apa saja penyebab, ciri-ciri, dan bahaya anemia pada ibu menyusui? Simak penjelasannya, dikutip dari KlikDokter.
Penyebab Anemia pada Ibu Menyusui
Anemia pada ibu menyusui dapat merupakan kelanjutan dari anemia selama kehamilan yang tidak tertangani dengan baik. Munculnya anemia pada ibu menyusui dapat terjadi karena berbagai hal berikut:
- Kurangnya suplementasi zat besi selama kehamilan.
- Perdarahan yang banyak saat proses melahirkan.
- Kondisi nifas bisa menyebabkan ibu menyusui rentan mengalami anemia.
Anemia pada ibu menyusui memiliki gejala yang sama dengan anemia pada umumnya. Berikut adalah ciri-ciri anemia pada ibu menyusui:
1. Pucat
Pucat merupakan gejala paling khas pada anemia. Ibu yang mengalami anemia dapat mengalami pucat pada wajah atau kulit. Akan lebih akurat jika pemeriksaan dilakukan pada konjungtiva (area bawah kelopak mata) atau telapak tangan.
2. Cepat Lelah
Cepat lelah juga merupakan gejala anemia pada ibu menyusui. Gejala ini cukup sering terjadi dan perlu diwaspadai. Anemia menyebabkan penghantaran oksigen ke jaringan berkurang, sehingga akan membuat ibu mudah lelah.
3. Sering Pusing
Jika ibu merasa sering pusing atau mata berkurang-kunang, bisa jadi itu gejala anemia. Kondisi ini terjadi akibat kurangnya hantaran oksigen ke sel-sel otak. Selain pusing, ibu menyusui dengan anemia juga biasanya mudah mengantuk dan sering mengalami sakit kepala.
4. Kurang Konsentrasi
Ibu menyusui yang mengalami anemia bisa merasa sulit konsentrasi. Hal ini dapat membahayakan ibu dan juga si kecil. Sebagai contoh, ibu mudah lupa menaruh barang, lupa mematikan kompor, atau tidak konsentrasi saat merawat bayi.
Jika dibiarkan, anemia pada ibu menyusui dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, baik bagi ibu maupun bayi. Seperti risiko cedera akan meningkat karena kurangnya konsentrasi.
Kandungan zat besi dalam ASI pada ibu yang mengalami anemia juga lebih rendah, sehingga dapat berisiko menyebabkan anemia pada si kecil. Ibu juga bisa mengalami depresi pasca melahirkan akibat menurunnya energi ibu.
Bayi yang disusui ibu dengan anemia berisiko kehilangan kesempatan untuk mendapat nutrisi terbaik untuk otaknya dalam periode emas hidupnya, yaitu usia 0-2 tahun. Penurunan respons imun tubuh. Hal ini bisa mengakibatkan penyumbatan pada saluran ASI, yang berisiko membuat kelenjar susu meradang.
Penjelasan selengkapnya baca di sini.