Ibu Hamil
Dream - Beberapa ibu hamil mengalami keputihan lebih sering dari sebelumnya. Hal ini tentunya memunculkan kekhawatiran. Bukan hanya bagi kesehatan ibu tapi juga kondisi janin.
Keputihan, dikutip dari KlikDokter, dapat digolongkan menjadi dua yaitu keputihan normal dan abnormal. Pada keputihan normal, kondisi ini terjadi akibat perubahan hormon di dalam tubuh wanita. Sedangkan pada keputihan abnormal, kondisi ini biasanya terjadi akibat infeksi atau masalah medis lainnya.
Terkait bahaya keputihan saat hamil, memang benar bahwa kondisi tersebut bisa saja mengancam kesehatan janin. Kondisi ini bisa terjadi jika ibu hamil mengalami keputihan abnormal akibat suatu penyakit.
Berikut ini adalah penyebab keputihan saat hamil yang bisa berbahaya dan mengancam kesehatan janin dalam kandungan:
1. Keputihan Akibat Infeksi Jamur
Seorang wanita mengalami peningkatan hormon estrogen saat hamil. Di satu sisi, hal ini diperlukan agar tumbuh kembang janin terjaga dengan baik. Di sisi lain, gejolak hormon estrogen juga menyebabkan keputihan saat hamil.
Diketahui bahwa kadar hormon estrogen yang tinggi dapat mengubah derajat keasaman vagina, sehingga jamur yang secara normal ada di bagian tersebut bertumbuh berlebihan.
Alhasil, keputihan pada ibu hamil yang terjadi akibat infeksi jamur Candida albicans tidak bisa dihindari. Keputihan akibat infeksi jamur memiliki ciri sebagai berikut:
- Cairan vagina yang keluar menggumpal seperti keju.
- Keputihan disertai kemerahan dan rasa gatal.
- Terasa panas hingga perih pada vagina.
- Rasa nyeri ketika berkemih atau berhubungan intim.
Meski terjadi saat hamil, keputihan akibat infeksi jamur tidak berbahaya bagi janin. Ini karena infeksinya hanya bersifat lokal (di vagina), dan tidak akan naik ke arah rahim ataupun memicu keguguran hingga persalinan prematur. Keputihan akibat jamur murni hanya menimbulkan iritasi dan rasa tidak nyaman pada area kewanitaan.
Vaginosis bakterialis merupakan suatu kondisi ketika terjadi pertumbuhan bakteri secara berlebihan pada vagina dan bisa jadi salah satu penyebab keputihan saat hamil. Kondisi ini umumnya terjadi akibat bakteri Gardnerella vaginalis.
Meski begitu, vaginosis bakterialis juga bisa terjadi akibat bakteri lain, seperti Lactobacillus, Prevotella, Mycoplasma hominis, Streptococcus viridans, dan Ureaplasma urealyticum. Beberapa ciri keputihan akibat bakterial vaginosis, antara lain:
- Bau amis pada vagina, terlebih saat berhubungan seksual
- Gatal pada vagina
- Keputihan berwarna abu-abu
- Kemerahan di sekitar bibir vagina
- Nyeri atau terdapat sensasi terbakar saat berkemih
Adanya bakterial vaginosis pada ibu hamil dapat meningkatkan risiko kelahiran prematur, khususnya jika tidak ditangani dengan baik. Selain itu, kondisi tersebut juga bisa menyebar hingga ke rongga panggul dan menyebabkan Pelvic Inflammatory Disease (PID).
Trikomoniasis merupakan salah satu penyakit menular seksual yang disebabkan oleh parasit Trichomonas vaginalis. Bahaya keputihan saat hamil akibat trikomoniasis adalah meningkatkan risiko kelahiran prematur, bayi berat lahir rendah (BBLR), dan bayi rentan terinfeksi parasit tersebut saat lahir.
Gejala trikomoniasis yang bisa muncul pada wanita hamil, antara lain:
- Keputihan berbau busuk
- Carian keputihan berbusa dan berwarna kuning kehijauan
- Gatal dan kemerahan di sekitar vagina.
- Nyeri saat berkemih dan berhubungan seksual
Penjelasan selengkapnya baca di sini.
Dream - Tubuh ibu mengalami perubahan drastis saat hamil. Keluhan pun sering terjadi, seperti pusing, mual, lemas, nyeri otot, pegal hingga sakit di area intim.
Kemunculan nyeri di vagina atau area intim ini biasanya baru pertama kali dialami ibu, sehingga kerap menimbulkan kekhawatiran. Rasa sakit yang muncul bisa dalam level ringan atau sampai membuat ibu sangat kesakitan.
Ternyata kondisi tersebut pada ibu hamil merupakan hal normal. Hal ini diungkapkan oleh dr. Muhammad Ilham Aldika Akbar, spesialis obstetri dan ginekologi, lewat akun Instagramnya @dr_aldi_obgyn.
" Nyeri atau rasa tertekan pada panggul atau vagina pada trimester 2 dan 3 adalah hal yang normal. Ketika janin bertambah besar dan berat, maka akan menekan otot dasar panggul lebih kuat. Otot ini mendukung rahim usu kecil-besar dan kandung kemih," ungkapnya dr. Aldi sapaan akrabnya.
Bertambahnya usia kehamilan, berat janin akan terus bertambah. Kondisi ini akan terus menekan organ perut ibu.
" Makin besar janin maka akan semakin menekan organ perut, panggul dan pinggang ibu. Penyebab lain adalah hormon relaksin pada akhir kehamilan," tulis dr. Aldi.
Hormon relaksin, menurut dr. Aldi adalah hormon yang melonggarkan jaringan ikat di area panggul. Kondisi pelonggaran tersebut akan menyebabkan nyeri pada area tulang panggul/ pubis.
Dream - Kehamilan memang membuat perubahan signifikan pada tubuh ibu. Salah satunya adalah hormon HCG (human chorionic hormone) yang membuat ibu hamil menjadi mual, hingga muntah serta pusing. Bukan hanya saat pagi, tapi bahkan seharian.
Dikutip dari KlikDokter, hormon beta HCG dalam tubuh dapat meningkat dua kali lipat setiap minggu, terutama di masa awal kehamilan. Hormon tersebut juga akan mencapai puncak ketika pagi hari.
Ada juga ibu hamil yang tak mengalami keluhan tersebut. Saat hamil, keluhannya sangat sedikit atau bahkan tak muncul sama sekali. Penasaran mengapa? Berikut alasannya.
1. Tubuh Lebih Siap dengan Naiknya Hormon Beta HCG
Sekitar 30 persen ibu hamil dilaporkan tidak mengalami morning sickness. Jika tidak morning sickness di awal-awal kehamilan, kemungkinan tubuh ibu memiliki kemampuan untuk mengantisipasi peningkatan kadar hormon beta HCG dengan baik. Tubuh pun tidak akan kaget ketika hormon tersebut meningkat dua kali lipat setiap pekannya pada trimester pertama kehamilan.
Kemungkinan lain dari tidak munculnya gejala morning sickness adalah rendahnya kadar beta HCG dalam tubuh. Kadar beta HCG yang rendah bisa menjadi salah satu faktor risiko terjadinya perdarahan saat kehamilan hingga menyebabkan keguguran.
Sahabat Dream tidak perlu khawatir mengenai rendahnya kadar HCG di dalam tubuh. Akan tetapi, disarankan juga untuk tidak menganggap remeh kadar HCG yang rendah. Supaya kesehatan ibu dan janin terpantau dengan baik, sebaiknya rutin melakukan pemeriksaan ke dokter kandungan.
3. Vegetarian
Munculnya mual dan muntah saat hamil diduga berkaitan dengan pola diet ibu sebelum hamil. Ibu yang melakukan diet vegetarian atau semi vegetarian sebelum hamil umumnya memiliki kecenderungan untuk tidak mengalami morning sickness pada masa awal kehamilan. Kendati begitu, masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk mengonfirmasi hubungan antara diet vegetarian dan morning sickness saat hamil.
4. Janin Berjenis Kelamin Pria
Tidak mengalami morning sickness juga berkaitan dengan jenis kelamin janin di dalam kandungan. Menurut sebuah penelitian epidemiologi di Jepang, ibu yang mengandung janin berjenis kelamin perempuan berisiko lebih tinggi untuk mengalami morning sickness. Hal ini berlaku ketika dibandingkan dengan ibu yang hamil janin berjenis kelamin laki-laki.
Penjelasan selengkapnya baca di sini.
Advertisement
10 Atlet dengan Bayaran Tertinggi di Dunia 2025, CR7 atau Messi Paling Tajir?
PSSI Putuskan Kontrak, Selamat Tinggal Patrick Kluivert!
BMKG Perkirakan Cuaca Panas Ekstrem Terjadi Sampai Awal November 2025
Sempat Down Kamis Pagi, Youtube Kembali Bisa Diakses
Kisah Evan Haydar dari Gresik, Dulu Buruh Pabrik Kini Jadi HR Tesla
Waspada Fake Service, Begini Cara Bedakan Layanan Resmi dan Palsu Barang Elektronik
Hj.Erni Makmur Berdayakan Perempuan Kalimantan Timur Lewat PKK
Kisah Evan Haydar dari Gresik, Dulu Buruh Pabrik Kini Jadi HR Tesla
10 Ribu Orang Antre untuk Mencoba Chip Otak Bikinan Perusahaan Elon Musk
7 Penyebab Radang Otak pada Anak yang Perlu Diwaspadai Orang Tua
10 Atlet dengan Bayaran Tertinggi di Dunia 2025, CR7 atau Messi Paling Tajir?
Nuansa British Klasik Bertemu Sentuhan Modern di Koleksi Fall/Winter 2025 dari UNIQLO x JW ANDERSON