Dubes China: Silakan Datang dan Beribadah Bersama Masyarakat Uighur

Reporter : Maulana Kautsar
Kamis, 19 Desember 2019 13:00
Dubes China: Silakan Datang dan Beribadah Bersama Masyarakat Uighur
Kamp Uighur disebut sebagai cara memerangi radikalisme dan terorisme.

Dream - Duta Besar China untuk Indonesia, Xiao Qian, menampik pemberitaan mengenai intimidasi dan kekerasan negaranya terhadap etnis Uighur di Xinjiang.

" Silakan jika ingin berkunjung, beribadah, dan bertemu dengan masyarakat Muslim Uighur," ucap Xiao Qian, Rabu 18 Desember 2019.

Menurut dia, persoalan etnis Uighur di Xinjiang seperti masalah yang dihadapi banyak negara saat ini. " Persoalan di Xinjiang sama dengan kondisi dunia lain. Ini upaya kami memerangi radikalisme dan terorisme," tambah dia.

Belakangan, persoalan Muslim Uighur memang menjadi sorotan. Banyak media yang menyebut pemerintah China melakukan tindakan represif kepada etnis Uighur. Kabar tersebut juga merebak di media sosial.

Pada kesempatan itu pula, Xiao Qian, yang bertemu Kepala Kantor Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko, mengatakan, mengenai komitmen China terhadap ekonomi China dan Indonesia. Dia menyebut, China terus menguatkan dan memperluas kerja sama perdagangan dan investasi di Indonesia.

Xiao Qian juga menyampaikan tentang komitmen negaranya pada kerja sama ekonomi China dan Indonesia. China terus menguatkan dan memperluas kerjasama perdagangan dan investasi di Indonesia.

1 dari 4 halaman

Kerja sama Ekonomi

Investasi China di Indonesia saat ini sebesar 3,3 miliar dolar US, atau naik 83 persen dalam setahun terakhir. Angka ini menempatkan investasi China berada di nomor dua setelah Singapura.

Sementara, Moeldoko mengatakan bahwa masalah etnis Uighur di Xinjiang merupakan urusan internal China. Dia menyampaikan di tengah pesatnya perkembangan teknologi, seringkali pemerintah sulit menghadapi serangan hoaks.

Menanggapi hubungan kerja sama ekonomi, Moeldoko menyampaikan kritiknya tentang relokasi 33 perusahaan China.

" Mengapa tidak satu pun yang relokasinya di Indonesia,” kata Moeldoko.

Dia berharap kerja sama kedua negara tidak hanya di bidang selain perdagangan dan investasi. Kerjasama harus diperluas di bidang militer, serta industri perikanan dan kelautan.

Sumber: Liputan6.com

2 dari 4 halaman

NU: Tak Ada Suap Soal Isu Muslim Uighur

Dream - Sekjen Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Helmy Faishal Zaini, membantah tuduhan media asing. Tuduhan itu menyebut NU menerima suap dari Pemerintah China agar bungkam atas isu kemanusiaan yang dialami Muslim Uighur.

" Pemberitaan itu sama sekali tidak benar. Tidak ada aliran dana apapun bentuknya terkait dengan isu muslim Uighur," ujar Helmy dalam keterangan tertulisnya, Selasa 17 Desember 2019.

Tuduhan tersebut bermula dari artikel media berbasis di Amerika Serikat, Wall Street Journal (WSJ). Dalam laporannya, WSJ menuding tiga ormas Islam di Indonesia, Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama (NU) dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) menerima suap dari China.

Helmy berujar NU merupakan organisasi keagamaan yang independen dan tidak bisa diintervensi oleh pihak manapun.

" Nahdlatul Ulama merupakan organisasi sosial keagamaan yang independen dan tidak terikat dan tidak bisa didekte oleh pihak manapun," kata dia.

3 dari 4 halaman

NU Menolak Segala Bentuk Kekerasan

Helmy juga menegaskan NU memiliki sikap selalu menentang segala bentuk kekerasan. Terlebih, kekerasan itu dilakukan terhadap umat Islam.

" Prinsipnya adalah menolak segala bentuk kekerasan dan perlakuan yang mencederai kemanusiaan," ucap dia.

Sebelumnya, PP Muhammadiyah juga telah menyatakan sikap terkait masalah ini. Dalam konferensi pers yang digelar Senin siang, Muhammadiyah meminta WSJ untuk meminta maaf terkait artikel mengenai nasib umat Islam Uighur.

" Kami minta klarifikasi dari wartawan tersebut dari mana sumbernya agar beliau menjelaskan, karena kalau tanpa memberikan sumbernya itu namanya provokasi dan tuduhan. Kalau memang sumbernya ada, siapa?" kata Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional, Muhyiddin Junaidi. (Beq)

4 dari 4 halaman

Muhammadiyah Tuntut Media Asing Minta Maaf Soal Tuduhan Uighur

Dream - Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah angkat bicara terkait artikel media asal Amerika Serikat, Wall Street Journal (WSJ) yang menuduh Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama (NU) dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) menerima suap dari China. Penyuapan itu diberikan agar dia tidak berbicara lantang terhadap masalah muslim Uighur.

" Menyesalkan pemberitaan Wall Street Journal yang menyebut adanya fasilitas dan lobi-lobi pemerintah Tiongkok terhadap PP Muhammadiyah, NU dan MUI," ujar Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Abdul Mu'ti di kantornya, Jakarta, Senin, 16 Desember 2019.

Dalam kesempatan itu, Muhammadiyah juga meminta pemerintah China menghentikan segala pelanggaran HAM yang menimpa muslim Uighur.

Muhammadiyah juga mendesak Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) mengeluarkan resolusi terhadap pelanggaran HAM yang menimpa warga muslim di Uighur, Rohingya, Palestina, Suriah, Yaman, India.

Selain itu, Muhammadiyah meminta Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) untuk menggelar sidang khusus terkait masalah Muslim Uighur.

Mu'ti melanjutkan, Muhammadiyah juga mendesak pemerintah Indonesia untuk bertindak secara aktif mengenai masalah ini.

" Mendesak pemerintah Indonesia agar menindaklanjuti arus aspirasi umat Islam dan bersikap lebih tegas untuk menghentikan segala bentuk pelanggaran HAM di Xinjiang," kata dia.

Beri Komentar