Ilustrasi
Dream - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Anwar Makarim, mengoreksi jadwal pemberlakuan Pembelajaran Tatap Muka terbatas yang semula akan berjalan di tahun ajaran baru Dia menyatakan PTM terbatas akan mulai dijalankan bulan ini sampai Juli 2021.
" PTM terbatas diterapkan mulai sekarang. Targetnya selesai semua sekolah sudah tatap muka di bulan Juli 2021 ini untuk tahun pelajaran yang baru, itu saja," ujar Nadiem, disiarkan kanal YouTube FMB9ID_IKP.
Karena itu, Nadiem meminta sekolah dengan guru dan tenaga kependidikan yang sudah divaksinasi untuk segera memenuhi daftar periksa. Dia menegaskan PTM terbatas sudah wajib dibuka.
" Untuk sekolah wajib menyediakan PTM terbatas jika guru dan tenaga kependidikan telah divaksinasi. Entah itu nanti dilakukan PTM dua kali dalam seminggu, tiga kali dalam seminggu dengan sistem rotasi silahkan. Tapi sudah harus dimulai," kata dia.
Tetapi, sekolah tidak boleh memaksa orangtua untuk mengharuskan anaknya belajar dari sekolah. Nadiem mengatakan orangtua tetap boleh memilih apakah anaknya akan belajar di sekolah atau di rumah.
" Pembelajaran bisa dilakukan di rumah atau PJJ. Itu adalah hak masing-masing orangtua," kata dia.
Hingga saat ini, kata Nadiem, sudah ada 22 persen sekolah di seluruh Indonesia yang telah melaksanakan PTM terbatas. Pemerintah akan mengakselerasi vaksinasi untuk guru dan tenaga kependidikan agar sekolah bisa membuka PTM terbatas.
Selain itu, Pemerintah juga memfleksibelkan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Dana tersebut dimanfaatkan sekolah untuk melaksanakan PTM terbatas.
" Jadi itu kira-kira persiapannya, makanya kita keluarkan Surat Keputusan Bersama yang mewajibkan sekolah memberikan layanan tatap muka," kata Nadiem.
Selalu ingat #PesanIbu untuk selalu mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak untuk pencegahan virus COVID19. Jika tidak, kamu akan kehilangan orang-orang tersayang dalam waktu dekat.
Dream - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Anwar Makarim menegaskan dua kebijakan soal sekolah tatap muka. Pertama, apabila terjadi penularan Covid-19 di lingkungan sekolah, tatap muka dilakukan secara terbatas.
" Jadi kalau ada infeksi di sekolah tersebut, bisa dengan segera ditutup tatap muka terbatasnya selama infeksinya masih ada atau terjadi," jelas Nadiem dalam acara Pengumuman Surat Keputusan Bersama sejumlah menteri tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran di Masa Pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19), Selasa 30 Maret 2021.
Selain alasan tersebut, pemerintah pusat dan pemerintah daerah bisa menutup sekolah bila menerapkan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Pemerintah daerah diperbolehkan menutup sekolah sesuai kebijakannya.
" Kalau daerah itu sedang melakukan PPKM atau pembatasan dalam kenangan itu itu juga diperbolehkan pembelajaran tatap mukanya diberhentikan sementara sebelumnya," jelas Nadiem.
Nadiem mengatakan, pemerintah pusat dan pemerintah daerah wajib melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pembelajaran tatap muka. Otoritas terkait wajib segera menghentikan sementara pembelajaran tatap muka bila terjadi penularan Covid-19.
Sementara, para orangtua berhak atas pilihan mau menyekolahkan anaknya secara tatap muka atau tidak. Kewajiban hanya ditujukan bagi sekolah supaya memberikan pilihan bagi orangtua yang hendak menyekolahkan anaknya belajar secara tatap muka.
" Dan tentunya orangtua dapat memutuskan anaknya kalau mereka tidak nyaman, mereka boleh memutuskan anaknya masih PJJ ataupun kembali ke kelas," tandasnya.
Selalu ingat #PesanIbu untuk selalu mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak untuk pencegahan virus COVID19. Jika tidak, kamu akan kehilangan orang-orang tersayang dalam waktu dekat.
Dream - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim mengungkap sejumlah dampak negatif pembelajaran jarak jauh.
Sehingga pemerintah akhirnya memutuskan kembali membuka pembelajaran tatap muka (PTM) dengan syarat. Nadiem mengatakan, Indonesia sudah tertinggal dari 85 persen negara di Asia Timur dan Asia Pasifik.
" Dan berbagai macam pihak, pakar-pakar dunia, seperti Bank Dunia, WHO, Unicef, semuanya sepakat bahwa penutupan sekolah ini bisa menghilangkan pendapatan hidup satu generasi. Loss of learning, ini real dan ini risiko yang bisa dampaknya permanen," ujar Nadiem dalam konferensi pers Selasa, 30 Maret 2021.
Ternyata, pembelajaran jarak jauh berdampak negatif terhadap kesehatan, perkembangan dan mental anak usia pelajar. Orangtua juga kesulitan untuk bekerja karena harus mengurus anak. Selain itu, muncul tren anak putus sekolah.
" Kita melihat tren yang sangat mengkhawatirkan. Tren anak-anak yang putus sekolah. kita melihat penurunan capaian pembelajaran. Apa lagi di daerah-daerah di mana akses dan kualitas itu tidak tercapai. Jadinya kesenjangan ekonomi bisa menjadi lebih besar," kata Nadiem.
Lebih lanjut, Nadiem menyebut ada masalah kekerasan domestik juga akibat pembelajaran jarak jauh. Kesehatan mental dan emosional anak menjadi sangat rentan.
" Jadi kita harus mengambil tindakan yang tegas untuk menghindari agar ini tidak menjadi dampak yang permanen dan satu generasi menjadi terbelakang atau tertahan perkembangannya dan kesehatan mentalnya," ujarnya.