Ilustrasi Makanan Halal (Foto: Shutterstock)
Dream – Bicara tentang pasar halal, makanan halal memiliki potensi yang sangat besar. Selain makananya aman dari zat-zat yang berbahaya dan haram, jumlah penduduk Muslim juga terbilang banyak, yaitu 1,8 miliar orang.
Besarnya angka ini membuat pengeluaran Muslim untuk belanja makanan tidak main-main.
Dikutip dari Salaam Gateway, Jumat 23 November 2018, berdasarkan laporan State of Global Islamic Economy Report 2018/2019, pengeluaran Muslim untuk belanja makanan halal, secara global, diperkirakan mencapai US$1,3 triliun (Rp18.945,62 triliun) pada 2017.
Angka ini diprediksi mencapai US$1,86 triliun (Rp27.088,31 triliun pada 2023 atau naik 6,1 persen.
Tak hanya itu, tercatat ada investasi makanan halal sebesar US$667 juta, ekspor US$124,75 miliar (Rp1.813,92 triliun) dan impor US$191,53 miliar (Rp2.784,86 triliun).
Jika dilihat dari belanja makanan halal, orang Muslim di negara anggota Organisasi Konferensi Islam (OKI), mengeluarkan uang paling banyak untuk belanja produk sayuran sebesar US$92,45 miliar (Rp1.334,34 triliun), makanan olahan US$63,2 miliar (Rp918,98 triliun), serta daging dan hewan hidup US$35,86 miliar (Rp521,54 triliun).
Setelah membahas potensi pasarnya, mari kita lihat konsumen terbesar pasar ini.
Ada 10 negara yang menjadi konsumen terbesar makanan halal, yaitu Indonesia, Turki, Pakistan, Mesir, Bangladesh, Iran, Arab Saudi, Nigeria, Rusia, dan India.
Sebagai negara yang penduduk Muslim terbesar di dunia, Indonesia menjadi peringkat teratas konsumen makanan halal.
Pada 2017, belanja makanan halal di Indonesia mencapai US$170 miliar (Rp2.471,79 triliun).
Turki mengeluarkan uang US$127 miliar (Rp1.846,58 triliun) untuk belanja makanan halal dan Pakistan US$118 miliar (Rp1.715,72 triliun).
Berikut ini adalah pengeluaran Muslim untuk makanan halal.
1. Indonesia: US$170 miliar (Rp2.471,72 triliun)
2. Turki: US$127 miliar (Rp1.846,58 triliun)
3. Pakistan: US$118 miliar (Rp1.715,72 triliun)
4. Mesir: US$86 miliar (Rp1.250,44 triliun)
5. Bangladesh: US$76 miliar (Rp1.105,04 triliun)
6. Iran: US$63 miliar (Rp916,02 triliun)
7. Arab Saudi: US$51 miliar (Rp741,54 triliun)
8. Nigeria: US$47 miliar (Rp683,38 triliun)
9. Rusia: US$41 miliar (Rp596,14 triliun)
10. India: US$38 miliar (Rp552,52 triliun)
Melihat besarnya pasar ini, tak heran banyak negara beramai-ramai turut andil di pasar makanan halal.
Misalnya, Amerika Serikat, Inggris, dan Tiongkok yang menggenjot bisnis makanan halal. Ada juga Arab Saudi yang memperketat syarat makanan halal --persyaratan ini mengancam daging Brazil ke pasar Timur Tengah.
Bagaimana di Indonesia? Indonesia berencana akan menerapkan sertifikasi halal wajib pada 2019.
Malaysia telah membentuk Badan Otoritas Halal Internasional untuk mengatur dan mengawasi lembaga sertifikasi, serta melarang perilaku mencari keuntungan dan Turki membentuk Otoritas Akreditasi Halal.
Uni Emirat Arab juga tak mau ketinggalan. Negara ini membentuk Forum Akreditasi Halal Internasional. Forum ini memiliki anggota, seperti Spanyol, Kyrgystan, sampai Filipina.
Jepang juga ikutan nyemplung ke pasar makanan halal. Salah satu perusahaan Jepang, Mitsubishi Corporation, mengakuisisi saham minoritas di UEA Al Islami Foods. Jepang percaya makanan halal populer dan bisa diterima banyak orang. (ism)
Advertisement
Unggah Foto Lamaran Teman, Vidi Aldiano Tampak Sangat Kurus dan Pucat
AXIS Nation Cup 2025 Sukses Digelar, Lahirkan Atlet Muda Berbakat Indonesia
Intip Diet Ala Jennie BLACKPINK, Simpel dan Tetap Bisa Makan Enak
Fakta Penelitian Wanita Lajang Lebih Bahagia Dibandingkan Pria
Nonton Jadi Lebih Seru, Ikut Aja 5 Komunitas Film di Indonesia
Merayakan Keanggunan dan Ekspresi Diri Perempuan Indonesia Lewat Tsubaki Blooming Gallery
Komunitas Pasien Cuci Darah Indonesia, Saling Membantu dan Memberi Dukungan
Unggah Foto Lamaran Teman, Vidi Aldiano Tampak Sangat Kurus dan Pucat
Meriah! Nobar F1 Singapore di Aphrodite Jakarta Diserbu Fans dari Berbagai Tim