Orang Yang Emosinya Stabil Cenderung Lebih Boros Saat Liburan, Ungkap Hasil Studi. (Foto: Shutterstock)
Dream - Musim libur segera datang. Biasanya, pada akhir tahun, para karyawan lebih emosional karena harus memikirkan hadiah untuk orang-orang tercinta atau harus bertanggung jawab mengurus rencana liburan kantor.
Ngomong-ngomong soal kondisi mental dan emosi seseorang, diyakini terkait langsung dengan jumlah pengeluaran selama liburan. Studi dengan judul “ Who are the Scrooges? Personality Predictors of Holiday Spending”, ditemukan bahwa orang yang emosinya stabil dan kurang tertekan cenderung menghabiskan lebih banyak uang.
Sementara, orang yang lebih gugup dan cemas justru belanja lebih sedikit selama liburan. Penelitian ini juga menunjukkan kepribadian seseorang berdampak pada tujuan dan rencana keuangan jangka panjang.
“ Kami sudah tahu lama bahwa kepribadian berkaitan dengan pengeluaran. Seberapa banyak uang yang bisa dibuat untuk membuatmu bahagia atau seberapa lama kamu hidup. Tapi, kami kurang mengetahui alasan kepribadian berkaitan dengan hal-hal seperti ini,” kata salah satu penulis penelitian dari Northwestern University, Sara Weston, dikutip dari studyfinds.org.
Survei yang diterbitkan oleh jurnal “ Social Psychological and Personality Science ini meneliti 2.133 peserta dan menghubungkannya dengan lima hal, yaitu keterbukaan tentang pengalaman, hati nurani, extraversion, pendapat yang sama, dan neurotisme. Survei ini juga menghubungkannya dengan data pengeluaran selama liburan.
Peneliti ini juga menemukan orang yang lebih berhati-hati akan menghabiskan lebih banyak uang. Sedangkan yang punya minat artistik dan imajinatif lebih sedikit mengeluarkan uang.
Para peneliti menekankan bahwa sifat kepribadian hanyalah salah satu bagian dari mengidentifikasi kebiasaan belanja konsumen individu. Banyak faktor lain juga berperan, seperti golongan pendapatan dan ukuran rumah tangga.
Dream - Metode pembayaran nontunai dengan dompet digital semakin marak dilakukan masyarakat. Apalagi dengan banyaknya perusahaan platform yang menawarkan promo dan diskon untuk memanjakan penggunanya.
Meski memudahkan transaksi, ada satu hal yang harus diwaspadai pengguna dompet digital. Kalap adalah salah satu hal yang tak disadari saat bertransaksi menggunakan platform ini.
Founder Mitra Rencana Edukasi and Held Financial Project of PBB and World Bank, Mike Rini Sutikno, mengungkapkan masyarakat seringkali menjadi boros saat menggunakan dompet digital. Hal ini disebabkan oleh banyak promo dan cashback untuk pembayaran dengan dompet digital.
“ Kita belanja, bukan lagi dari daftar belanja. Lupa lagi kita. Jadi, jangan belanja dari diskonnya. Belum tentu hemat,” kata Mike dalam acara “ Master Class Cerdas Pilah Dompetmu oleh Permata Bank” di Jakarta, Kamis 7 November 2019.
Mike menyarankan untuk membuat prioritas belanja. Pengaturan ini bertujuan untuk merencanakan pengeluaran yang dibutuhkan setiap bulannya. Saat mengatur prioritas, tentu anggaran dana juga dicatat.
Dia juga menyarankan untuk menerapkan anggaran untuk hiburan.
“ Kalau ada di daftarnya, nggak apa-apa. Keluarkan (uangnya). Kalau tidak, ya, jangan. Jadi, kita bisa mengelola keuangan tapi tidak kikir,” kata Mike.
Setelah memiliki aturan prioritas, saatnya mencari promo dan cashback. Promo dan cashback berguna untuk mengurangi bujet yang telah ditetapkan sebelumnya.
“ Ada di anggaran dulu, (baru) cari diskonnya. Jangan kebalik. Datang-datang ada diskon, tahu-tahu belanja. Itu namanya boros,” kata dia.
Dengan menerapkan ini, ke depannya, lanjut Mike, pengeluaran akan lebih tertata. Ada kemungkinan juga memiliki uang lebih di akhir bulan yang bisa diinvestasikan.
(Laporan: Keisha Ritzska Salsabila)
Advertisement
Jadi Pahlawan Lingkungan Bersama Trash Hero Indonesia
10 Brand Kosmetik Paling Ramah Muslim di Dunia, Wardah Nomor Satu
KAJI, Komunitas Bagi Para Alumni Mahasiswa Indonesia di Jepang
4 Komunitas Seru di Depok, Membaca Hingga Pelestarian Budaya Lokal
Universitas Udayana Buka Suara Terkait Dugaan Perundungan Timothy Anugerah