Uang Saku Jemaah Haji Indonesia Kena 'Sunat' di Bandara Saudi

Penukaran uang masing-masing embarkasi terindikasi adanya praktik rentenir.

Dream - Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin, meminta penukaran uang di embarkasi di Arab Saudi ditertibkan. Sebab, ada indikasi praktik rentenir yang merugikan jemaah haji.

" Penukaran uang harus segera diatasi karena itu merugikan jemaah," ujar Lukman, dikutip Dream dari kemenag.go.id, Rabu 23 Agustus 2017.

Lukman mendapatkan informasi terkait praktik penukaran uang berbau rentenir dari beberapa anggota Komisi VIII DPR RI yang menggelar inspeksi mendadak di Mekah. Salah satu anggota parlemen, Fadli Zon, mendapat temuan adanya pemotongan jumlah uang ditukarkan jemaah haji Indonesia.

Fadli mengatakan, ada jemaah yang menukar uang 500 riyal, setara Rp1,7 juta, dengan pecahan lebih kecil. Tetapi, jemaah tersebut hanya mendapat 420 riyal, setara Rp1,4 juta, berkurang 80 riyal, setara Rp284 ribu.

" Ini kan praktik rentenir. Ini tidak boleh terjadi lagi," kata Fadli.

Masing-masing jemaah haji mendapatkan uang saku dari Pemerintah Indonesia sebesar 1500 riyal, setara Rp5,3 juta, dalam tiga lembar pecahan 500 riyal. Lantaran pecahan 500 riyal dianggap terlalu besar, para jemaah menukarnya dengan pecahan lebih kecil agar mudah dibelanjakan.

Praktik rentenir ini bertentangan dengan ajaran Islam. Oleh sebab itu, Fadli benar-benar meminta agar praktik tersebut segera dicegah. " Praktik ini mungkin tidak diketahui karena mungkin terjadi baru-baru ini. Saya kira ini hal yang perlu dicegah sama sekali," kata Fadli.

Dia berharap nantinya Kemenag selaku penyelenggara haji memberikan uang saku dalam pecahan lebih kecil. Ini untuk memudahkan jemaah jika ingin membeli sesuatu di Tanah Suci, sekaligus menghindari praktik rentenir.

" Sebab SAR500 itu besar dan ketika ditukar ada orang yang menikmati keuntungan. Saya kira ini praktik yang tidak boleh terjadi lagi," tegas Fadli.