Sejumlah Jimat Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi Yang Disita MUI (Dream.co.id/Maulana Kautsar)
Dream – Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah mendapat sejumlah jimat dari para pengikut Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi. Para pengikut Taat Pribadi harus menebus jimat-jimat itu sebagai syarat agar uang mereka bisa digandakan.
Ada Kotak ATM Dapur. Untuk mendapat jimat ini, para pengikut Taat Pribadi harus menyetir duit. Bukan membeli, mereka menggunakan istilah “ mahar” untuk menebus jimat ini.
Di dalam ATM Dapur ini terdapat kertas dengan rajah huruf Arab. Tak diketahui apa isi atau bacaan rajah tersebut. Selain itu, di dalam kantong plastik dalam kotak itu juga terdapat minyak wangi.
“ Di dalam kotak itu nanti ada maharnya sebesar Rp500.000. Setiap hari, katanya bisa mengeluarkan Rp5 juta,” kata Sekretaris Majelis Ulama (MUI) Kabupaten Probolinggo, Yasin, kepada Dream, di Jakarta, Selasa 4 Oktober 2016.
© Dream
Ada juga jimat lain, seperti kartu karomah, batu pancaroba, minyak kantong hijau, minyak pengisian, jimat gelang, dan kertas deklarasi.
Yasin mencoba menjelaskan kegunaan masing-masing jimat itu. Kartu karomah, misalnya, berfungsi sebagai jimat keselamatan.
Di kartu itu ada foto wajah Dimas Kanjeng Taat Pribadi yang dikelilingi wajah para Wali Songo. " Nggak tahu maksudnya apa," kata Yasin.
Sementara, jimat berupa gelang yang terbuat dari tali berwarna putih berbahan menyerupai wol. Gelang yang kemungkinan besar dipakai seluruh angota padepokan itu juga untuk jimat keselamatan.
© Dream
Selain jimat keselamatan, Taat Pribadi mewajibkan setiap anggota punya Kartu Pencairan. Kartu itu berfungsi untuk 'mencairkan' dana yang digandakan.
" Kalau nggak punya ini nggak bisa. Tapi, nyatanya kan nggak cair-cair," kata dia.
Tetapi, Taat Pribadi tak melulu 'mengobral' jimat. Ada pula pin anggota padepokan sebagai penanda. Pin tersebut ada dua jenis. Pin bertuliskan 'santri' dan 'tim kabupaten'.
" Untuk itu Pak Kiai (Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur Abdusshomad Buchori) meminta para anggota Dimas Kanjeng jangan disebut sebagai santri," ujar dia.
© Dream
Yang cukup unik, berbagai jimat dan aksesoris Padepokan Dimas Kanjeng itu memiliki mahar. Untuk pin misalnya, dihargai Rp310.000, jimat Rp250.000, sabuk berwarna merah Rp500.000, kantong hijau (pengganda uang) Rp1 juta, Kartu Karomah Rp1 juta, jimat gelang Rp250.000, Kartu Manfaat Rp1,5 juta, dan lembar deklarasi Rp250.000.
" Masing-masing barang itu bersifat pribadi dan setiap anggota harus punya. Tinggal dikalikan saja dengan jumlah anggotanya," ucap Yasin.
Advertisement
Rumah Ini Pakai 1.000 Baterai Laptop untuk Sumber Listrik Selama 8 Tahun

Komunitas RAMAH Jadi Simbol Gerakan Anak Muda Aceh

Awas Jangan Salah Gate! 4 Maskapai Penerbangan Sudah Pindah ke Terminal 1B Bandara Soekarno-Hatta

Tegas! Universitas di Korsel Tolak Calon Mahasiswa dengan Catatan Kekerasan di Sekolah

Naik Gunung Anti Capek! Berdiri Santuy di Eskalator, 10 Menit Sampai Puncak


Mengenal Komunitas Bye Bye Plastic Bags, Pendirinya Gadis Bali yang Jadi Moderator Acara PBB
Hj.Erni Makmur Berdayakan Perempuan Kalimantan Timur Lewat PKK

Dokter Ini Jadi Satu-Satunya Pembicara Indonesia dalam Forum Kecantikan Asia Pasifik di Korsel

Viral Aksi Gercep Polisi Padamkan Motor Terbakar, Hitungan Detik Langsung Padam

Debut Jadi Sutradara, Reza Rahadian Nangis `Pangku` Dinobatkan Sebagai Film Terbaik FFI 2025

7 Masjid di Indonesia dengan Desain Paling Estetik, Ada yang Mirip Taj Mahal

