Mendikbudristek Nadiem Makarim (Foto: Liputan6.com)
Dream - Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Makarim, menyoroti kasus perundungan di internet atau cyber bullying yang dialami anak. Ia mengaku prihatin karena banyak mendapati perilaku negatif di media sosial yang melibatkan para pelajar.
" Masih banyak perilaku negatif yang terjadi di sosmed seperti penyebaran hoaks, perundungan, dan kekerasan berbasis gender online. Dan yang membuat saya prihatin tidak sedikit perilaku negatif di medsos yang melibatkan pelajar," papar Nadiem Makariam dalam Penekanan Kerja Sama anatara Twitter dengan Kemendikbudristek disiarkan di kanal YouTube Kemendikbud RI, Kamis 24 Juni 2021.
Menurut Nadiem, berdasarkan data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), terjadi kenaikan signifikan dalam perundungan daring pada pelajar sejak tahun 2011 sampai 2019. Angkanya mencapai 2.473 orang.
Kasus perundungan yang tinggi tersebut terjadi lantaran sistem sekolah tatap muka dihentikan akibat pandemi Covid-19, sehingga anak-anak semakin rentan terpapar perundungan di dunia maya.
" Pandemi yang memaksa anak-anak kita belajar dari rumah membuat mereka semakin rentan dengan perundungan di dunia maya. Ini adalah satu tantangan besar yang harus kita sadari hadapi dan kita temukan solusinya sebagai masyarakat digital," lanjutnya.
Untuk itu, mantan Bos Gojek Indonesia itu, mendorong agar anak-anak di Indonesia dapat belajar dengan aman dan kondusif. Baik saat belajar di rumah, maupun saat belajar di ruang siber seperti yang selama ini dilakukan saat pandemi.
" Kemendikbudristek melalui kebijakan Merdeka Belajar bertekad mendorong terciptanya lingkungan belajar yang suportif agar anak-anak Indonesia bisa belajar dengan aman dan nyaman. Tidak hanya di sekolah dan dalam kelas, tetapi juga di dunia maya," tandas Nadiem.
Dream - Bullying terjadi di sekeliling kita. Enggak padang usia, bullying bisa terjadi mulai dari kalangan anak-anak.
Padahal di usia tumbuh anak-anak sangat dibutuhkan energi-energi positif sehingga tidak mudah cemas, ketakutan, depresi, dan rendah diri. Sebab, jika mereka mengalami bullying, ke depannya akan terjadi trauma yang tentunya sangat dihindari tiap orang.
Jika para orangtua melihat perubahan suasana hati anak, jangan ragu mengevaluasi kesehatan mereka dan berikan dukungan kepada anak.
Berikut ada enam efek yang mungkin dialami anak yang menjadi sasaran cyberbullying.
Korban cyberbullying sering merasa sulit untuk merasa aman. Mereka merasa rentan dan tidak berdaya. Ini karena intimidasi dapat menyerang mereka ketika di rumah melalui media seperti komputer atau ponsel kapan saja.
Mereka mungkin tidak memiliki tempat di mana mereka dapat melarikan diri. Bagi seorang korban rasanya seperti intimidasi ada di mana-mana.
Karena cyberbullying terjadi di dunia maya, intimidasi online terasa permanen. Ketika cyberbullying terjadi, unggahan, pesan atau teks yang tidak menyenangkan dapat dibagikan dengan banyak orang.
Banyak orang yang mengetahui tentang intimidasi tersebut yang dapat menyebabkan perasaan penghinaan yang intens.
Menyimpan Dendam
Terkadang korban cyberbullying akan marah tentang apa yang terjadi pada mereka. Akibatnya, mereka merencanakan balas dendam dan melakukan pembasalan. Bagi sebagian anak mungkin akan memaafkan pelaku intimidasi daripada untuk melakukan balas dendam.
Baca tiga efek lainnya di sini.
Sumber: Fimela.com
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN