Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Wuhan Diselimuti Asap Tebal, Diduga dari Pembakaran Mayat Korban Virus Corona

Wuhan Diselimuti Asap Tebal, Diduga dari Pembakaran Mayat Korban Virus Corona Mayat Korban Virus Corona (Twitter @@CallingAstro424 Via Daily Star)

Dream - Di tengah cekaman ketakutan atas penyebaran virus Corona, warga Wuhan digegerkan dengan asap pekat yang menyelimuti kota berpenduduk sebelas juta tersebut. Banyak warga berspekulasi bahwa asap itu berasal dari krematorium yang membakar jasad korban virus Corona.

Dalam video rekaman yang viral di media sosial China, terlihat kota Wuhan yang penuh dengan kabut. Asap tersebut memicu kekhawatiran bahwa sebenarnya korban meninggal akibat virus Corona jauh lebih banyak dari laporan resmi pemerintah.

Hingga Sabtu 8 Februari 2020, jumlah pasien terinfeksi virus Corona yang meningga berjumlah 813 orang. Sementara, sebanyak 37.ooo orang di sekujur dunia terinfeksi, 27.100 di antaranya berada di Wuhan, yang menjadi pusat wabah mematikan ini.

Tapi, asap yang membungkus langit Wuhan membuat warga setempat yakin bahwa jumlah korban tewas akibat infeksi virus Corona jauh lebih banyak dari laporan resmi pemerintah. Warga juga menduga asap itu berasal dari pembakaran mayat korban virus Corona yang "beroperasi 24 jam".

Dugaan itu semakin kuat karena asap itu semakin pekat sehari setelah Komisi Kesehatan Nasional China memerintahkan jasad terinfeksi Corona harus dibakar. Mayat-mayat korban virus Corona tidak boleh dimakamkan karena dikhawatirkan bisa menularkan penyakit.

Namun, seperti banyak kota di China lainnya, Wuhan juga menjadi wilayah dengan polusi yang tinggi. Selain itu, tidak ada bukti kuat untuk mengonfirmasi bahwa asap tersebut berasal dari krematorium pembakaran mayat.

Meski demikian, warga China tidak berhenti berspekulasi. Mereka tetap menduga bahwa asap tebal itu berasal dari krematorium yang membakar jasad-jasad korban virus Corona.

Salah satu pengguna media sosial Twitter bahkan menulis, "Insenerator bekerja 24 jam sehari"

Netizen lain menulis, "Dibutuhkan 1-3 untuk membakar mayat, itu membakar 112-336 mayat sehari."

"Jumlah korban tewas pasti jauh lebih tinggi daripada yang dilaporkan," kicau netizen lainnya.

Sumber: Daily Star

Kabar Mengerikan dari Pusat Karantina Wuhan, Mayat Bergelimpangan di Lorong RS

Dream - Kota Wuhan hingga kini masih diisolasi karena wabah virus Corona. Pemerintah China belum membuka kota berpenduduk sebelas juta orang tersebut, sejak ditutup pertengahan Januari silam.

Tak ada orang yang boleh keluar dan masuk kota yang tengah dicengkeram virus mematikan itu. Ribuan orang terinfeksi, ratusan di antaranya meninggal dunia akibat virus yang juga dikenal dengan sebutan 2019-nCoV tersebut.

Kini, Wuhan seperti kota mati. Jalanan dan pusat-pusat perbelanjaan yang biasa ramai jadi sepi. Pusat keramaian berganti di rumah sakit, klinik, hingga apotek. Penduduk mengantre untuk mendapat pengobatan karena terinfeksi virus mematikan tersebut.

Seorang vlogger China, yang datang ke Wuhan sehari sebelum pemberlakuan karantina, Chen Qiushi, melaporkan kondisi yang sangat memilukan di Wuhan. Melalui video yang diunggah ke kanal YouTube pada 30 Januari, dia menceritakan betapa putus asanya warga yang memenuhi rumah sakit, berjuang agar menerima mereka.

Pada video itu juga ditampilkan pemandangan pilu lainnya, seorang perempuan yang berada di dekat lelaki yang meninggal. Dia menelepon degan putus asa, menghubungi keluarga untuk meminta bantuan membawa pulang jasad yang masih duduk di atas kursi roda itu.

Namun, video unggahan Chen di YouTube itu telah diblokir, hanya bisa diakses menggunakan perangkat lunak khusus, itupun harus dari luar China.

"Saya untuk pertama kali, benar-benar mulau merasa ketakutan," kata Chen, yang juga mantan pengacara hak asasi tersebut, dikutip dari Quartz.

Dia juga mengaku ditekan oleh otoritas Negeri Tirai Bambu itu karena video yang diunggah tersebut. "Saya tidak takut mati, mengapa aku harus takut kepada kamu, Partai Komunis?" tambah dia.

Kepada Quartz, Chen mengaku semula tidak mengira wabah virus Corona menjadi serius. Dia hanya penasaran mengapa pemberitaan media lokal dan internasional tentang wabah tersebut sangat berbeda. Oleh karena itulah dia memutuskan pergi ke Wuhan.

"Saya membeli tiket kereta pada 24 Januari ke Xiaogan, salah satu kota terdekat dari Wuhan karena tiket ke Wuhan sudah tidak bisa dibeli secara online," kata dia.

Chen telah bersiap. Dia membeli peralatan termasuk tas ransel dan sleeping bag. Dia bernecana nekat berjalan kaki dari kota Xiaogan ke Wuhan bila tidak mendapati kendaraan umum. Tapi rupanya dia masih bisa membeli tiket ke Hankou, sebuah kota besar di Wuhan.

"Saya berhasil tiba di Hankou pada tanggal 24, dan mulai melakukan wawancara," kata Chen.

Saat tiba di Wuhan, dia menyaksikan kondisi yang sangat parah. Banyak rumor yang beredar melalui aplikasi perpesanan WeChat, namun dia tidak bisa memverifikasi kebenarannya. "Saya hanya melaporkan situasi sebenarnya yang saya lihat sendiri," kata Chen.

Dia mengunjungi empat rumah sakit. Chen bahkan mendatangi rumah sakit darurat Huoshenshan, yang dibangun secara khusus untuk pasien terinfeksi virus Corona. Pada awalnya, dia tidak menemui banyak orang di rumah sakit.

"Tetapi setelah saya bertemu lebih banyak anak muda setempat, saya mendengar dari mereka bahwa situasinya masih parah," kata dia.

Menurut Chen, mereka tidak punya alas uji, tempat tidur, dan dokter pun sampai kuwalahan menangani pasien. "Pekerja dan pemimpin konstruksi rumah sakit [Huoshenshan] juga kelelahan," tambah dia.

Namun, Chen mengaku sulit menyimpulkan kondisi keseluruhan warga Wuhan saat awal kedatangan itu. Sebab, sebagian saat itu masih menjalani kehidupan sehari-hari secara normal, meski mereka sedikit bosan atau tertekan. "Tapi mereka tidak panik," ujar Chen.

Tapi bagi mereka yang dicurigai terinfeksi virus Corona, terlihat panik dan berusaha meminta bantuan secara online. "Saya juga melihat orang-orang yang sama sekali tidak peduli dengan masalah ini dan tidak memakai masker wajah," tutur Chen.

Dia juga menyebut harga kebutuhan pokok masih stabil saat datang ke Wuhan. Chen bahkan masih bisa membeli roti dan susu secara online. Warga pun kala itu masih bisa berlalu-lalang dengan sepeda listrik. "Tetapi sulit untuk memesan taksi karena jumlahnya sedikit."

Saat tiba di Wuhan, Chen melihat ada video viral yang menunjukkan tiga mayat tergeletak di koridor rumah sakit. Dia mengaku diberi tahu perawat yang membenarkan bahwa video yang viral itu benar adanya.

"Perawat juga mengatakan bahwa situasi itu karena rumah duka setempat tidak mampu menampung semua jenazah," tambah Chen.

Dia juga mengaku telah berulang kali melihat jasad pada hari-hari sebelumnya. Dia merasa sangat emosional dengan pemandangan tersebut.

"Saya melihat dua jenazah di rumah sakit, satu terbaring di koridor, satu lagi di ruang gawat darurat sedang dibungkus oleh para perawat," kata dia.

Namun Chen mengaku tidak bisa mengambil gambar secara dekat untuk menghormati keluarga jenazah tersebut.

Bukan hal aneh melihat banyak mayat di rumah sakit, tapi kata Chen, fakta bahwa mereka ditinggalkan di sana dalam waktu lama berarti telah terjadi situasi yang tidak normal.

"Fakta bahwa mayat-mayat itu tergeletak di sana bahkan rumah permakaman berjuang untuk berurusan dengan jumlah mayat yang menunggu diambil," kata Chen.

ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP