Jack Ma Juga Ikut Menyumbang Masker Dan Test Kit Ke Indonesia.
Dream – Miliarder Tiongkok, Jack Ma, menyumbangkan beragam perlengkapan medis ke negara-negara Asia Tenggara yang terjangkit virus corona. Salah satunya adalah Indonesia.
Dikutip dari Liputan6.com, Jumat 20 Maret 2020, founder Alibaba ini mendonasikan 2 juta masker, 150 ribu tes kesehatan, 20 ribu baju pelindung, dan 20 pelindung wajah.
“ Kami bergandengan tangan dengan negara-negara tetangga kami di Asia untuk bersama-sama menghadapi Covid-19,” kata Jack Ma.
Donasi tersebut disalurkan lewat dua yayasan, yakni Jack Ma Foundation dan Alibaba Foundation. Kedua yayasan telah menghubungi pemerintah Indonesia, Malaysia, Filipina dan Thailand untuk mengajukan donasi perlengkapan medis guna menangkal virus corona.
Jack Ma menyatakan, donasi ke negara-negara lain di Asia akan dilakukan seiring dengan upaya bersama mengatasi virus Corona.
" Selanjutnya, akan diikuti dengan bantuan untuk negara-negara Asia lainnya. Go Asia!" seru Jack Ma.
(Sah, Sumber: Liputan6.com/Maulandy Rizky Bayu Kencana)
Dream – Miliarder Tiongkok, Jack Ma, menggegerkan jagat Twitter saat mengumumkan rencananya mengirimkan bantuan kepada Amerika Serikat yang tengah memerangi virus corona baru, Covid-19.
Cuitan itu menjadi unggahan perdana pendiri Alibaba yang baru membuat akun Twitter dengan nama @Jackma.
Dikutip dari akun Twitter Jack Ma, @JackMa, Selasa 17 Maret 2020, Ma akan mengirimkan bantuan berupa masker dan peralatan tes virus corona ke Amerika Serikat. Bantuan ini dikapalkan dari Shanghai, Tiongkok, ke Amerika Serikat.
“ Pengiriman pertama untuk masker dan peralatan tes virus corona ke Amerika Serikat, sedang dikapalkan dari Shanghai. Berharap yang terbaik untuk teman-teman kami di Amerika,” cuit dia.
Cuitannya ini telah diretweet ulang sebanyak 76.100 kali dan mendapat tanda likes 434.74 ribu kali.
Sekadar informasi, Jack Ma Foundation dan Alibaba Foundation mengumumkan telah mempersiapkan bantuan ke Amerika Serikat. Bantuan ini berupa 500 ribu unit alat tes virus corona dan 1 juta lembar masker untuk dikirim ke Amerika Serikat.
Dua yayasan itu juga menyumbangkan alat-alat kesehatan ke negara-negara lainnya, termasuk Jepang, Korea Selatan, Italia, Iran, dan Spanyol.
The first shipment of masks and coronavirus test kits to the US is taking off from Shanghai. All the best to our friends in America. ???? pic.twitter.com/LTn26gvlOl
— Jack Ma (@JackMa)March 16, 2020
Dream – Virus Corona yang mewabah di China dan sedang menyebar ke sejumlah negara membuat para miliarder dan perusahaan multinasional patungan untuk memberi bantuan. Mereka membuka dompet dalam-dalam untuk mendanai pengembangan vaksin.
Dikutip dari Forbes, Kamis 30 Januari 2020, miliarder Amerika Serikat, Bill Gates, melalui Bill Gates and Melinda Gates Foundation, menggelontorkan US$10 juta, atau sekitar Rp136,07 miliar, untuk ke China dan Afrika. Jumlah itu termasuk US$5 juta, atau sekitar Rp68,03 miliar, untuk kerja sama internasional, perawatan, dan pengembangan vaksin.
Sementara itu, orang terkaya di China, Jack Ma, menyumbangkan dana US$14 juta, sekitar Rp190,15 miliar, untuk membantu pengembangan vaksin virus corona. Pendiri Alibaba ini memang berjanji menyumbang US$144 juta atau sekitar Rp1,96 triliun melalui Jack Ma Foundation untuk membantu rumah sakit membeli pasokan obat-obatan di pusat kota China yang pertama kali terkena virus.
Perusahaan-perusahaan raksasa lainnya di China, seperti Tencent, Baidu, Huawei, dan ByteDance, juga ikut membantu untuk menangani wabah virus corona. Tencent, Baidu, dan ByteDance bersama-sama menyumbang US$115 juta, sekitar Rp1,56 triliun, untuk meriset pengobatan baru dan membantu otoritas untuk membantu area yang terjangkit. Sementara itu, Huawei berkontribusi membangun Rumah Sakit Huoshenshan di Wuhan.
Perusahaan multinasional lainnya, seperti LVMH, juga ikut serta. Perusahan yang didirikan oleh Francois Pinault akan menyumbang US$2,3 juta, sekitar Rp31,29 miliar, dan US$1 juta, sekitar Rp13,61 miliar. Raksasa teknologi seperti Apple, Microsoft, dan Dell, juga turun tangan membantu penanganan virus corona.
“ Bagi sesama orang China dan di seluruh dunia yang merayakan Imlek, kami mengirimkan tanda cinta dan dukungan kepada yang terdampak virus corona. Apple akan mendonasikan kepada kelompok-kelompok untuk menangani mereka yang terdampak,” kata bos Apple, Tim Cook.
Dream - Kasus infeksi virus corona di seluruh dunia terus menunjukkan peningkatan. Jumlahnya bahkan mencapai angka lebih dari 7.000 kasus.
Data Wuhan Coronavirus Global Cases buatan John Hopkins University per 29 Januari 2020 jam 09.00 malam, sebagaimana diakses pada 30 Januari 2020 pukul 10.36 WIB, mencatat total infeksi terkonfirmasi sebanyak 7.783 kasus.
Kasus terbanyak masih berada di Provinsi Hubei, China, dengan jumlah 4.586. Jumlah kematian tercatat mencapai 170 jiwa. Tetapi, kasus pasien sembuh dilaporkan juga meningkat sebanyak 133 jiwa.
Peta Sebaran Virus Corona (John Hopkins University)
Hingga saat ini, China masih menjadi negara dengan jumlah infeksi corona terbanyak, mencapai 7.678 kasus. Negara berikutnya dengan kasus infeksi cukup banyak yaitu Thailand mencapai 14 kasus, Jepang 11 kasus, Hong Kong dan Singapura masing-masing 10 kasus.
Di Taiwan terdapat delapan kasus infeksi corona. Australia dan Malaysia melaporkan ada 7 kasus pasien terinfeksi corona.
Dream - Virus corona Wuhan (2019-nCoV) terus memakan korban. Jumlah kasus manusia yang terjangkit terus meningkat.
Data terbaru John Hopkins University-The Center for Systems Science and Engineering (JHU-CSSE) per Rabu, 29 Januari 2020 pukul 10.49 WIB, virus corona dikonfirmasi telah menginfeksi ke 5.578 orang. Sebanyak 5.494 orang di China terinfeksi dan sisanya dari sejumlah negara.
Jumlah kematian tercatat telah mencapai 131 jiwa. Kematian tertinggi terjadi Wuhan, Provinsi Hubei, yang menjadi pusat penyebaran virus corona.
Sementara, di Thailand terdapat 14 orang yang terjangkit. Hong Kong dan Taiwan saat ini mengklaim terdapat delapan orang yang mengalami infeksi.
Sebaran virus Corona Wuhan
Jepang, Makau, dan Singapura, masing-masing mengabarkan ada tujuh kasus infeksi corona. Adapun Australia dan Amerika Serikat melaporkan lima orang yang terinfeksi.
Perancis, Jerman, Malaysia, dan Korea Selatan juga melaporkan kasus yang sama. Masing-masing negara ini mengalami empat kasus.
Sementara itu Kanada dan Vietnam melaporkan masing-masing dua kasus positif terjangkit virus. Sedangkan Kamboja, Nepal, dan Sri Lanka, masing-masing melaporkan ada satu kasus.
Dream - Komisi Kesehatan Nasional China menyatakan sudah ada 60 orang yang sembuh dari virus corona. Padahal obat untuk virus tersebut belum ditemukan. Pertanyaan pun bermunculan, mengapa para pasien bisa sembuh?
Rupanya, standar prosedur perawatan pasien virus corona 2019Ncov sudah ditetapkan oleh Komisi Kesehatan setempat untuk mengatasi virus corona yang mematikan. Dikutip dari South China Morning Post (SCMP), prosedur tersebut diawali dengan melakukan isolasi pada suspek corona.
Pasien yang membutuhkan " perawatan dasar" harus diberikan oksigen tambahan dan obat antivirus. Virus corona ini memiliki gejala seperti pneumonia.
Penanganannya boleh dibilang mirip dengan penyakit pneumonia, termasuk pemberian obat-obatan. Sifat virus sebenarnya akan mati dengan sendirinya dalam hitungan hari jika imunitas tubuh bekerja dengan baik.
Untuk pasien dalam kondisi serius atau kritis, prosedur oksigenasi membran ekstrakorporeal (ECMO) dan pengobatan jantung-dan-paru buatan bisa diberikan.
ECMO merupakan prosedur pemompaan darah melalui perangkat yang menambah oksigen ke dalamnya dan kemudian memompanya kembali ke tubuh pasien.
Prosedur ini diketahui telah dilakukan pada pasien yang ada di Rumah Sakit Zhongnan Universitas Wuhan. Pengobatan ECMO tak bisa diterapkan pada semua pasien, tapi hanya pada mereka yang sudah dalam kondisi sangat kritis.
" Perawatan ini membutuhkan banyak sumber daya dan hanya tersedia di rumah sakit utama. Perlu setidaknya empat perawat untuk melakukannya," kata Profesor David Hui Shu-cheong, spesialis paru di pernapasan di Universitas Cina Hong Kong.
Selama wabah SARS di Hong Kong pada 2003, pasien dengan gagal napas berat hanya didukung oleh ventilasi mekanik konvensional. Namun, ECMO telah digunakan di Cina untuk wabah influenza lainnya, termasuk H1N1 pada 2009 dan H7N9 (flu burung) pada 2013.
Sumber: SCMP
Advertisement
4 Komunitas Seru di Depok, Membaca Hingga Pelestarian Budaya Lokal
Universitas Udayana Buka Suara Terkait Dugaan Perundungan Timothy Anugerah
UU BUMN 2025 Perkuat Transparansi dan Efisiensi Tata Kelola, Tegas Anggia Erma Rini
Masa Tunggu Haji Dipercepat, dari 40 Tahun Jadi 26 Tahun
Viral Laundry Majapahit yang Bayarnya Hanya Rp2000
Azizah Salsha di Usia 22 Tahun: Keinginanku Adalah Mencari Ketenangan
Benarkah Gaji Pensiunan PNS Naik Bulan Ini? Begini Penjelasan Resminya!
Timnas Padel Indonesia Wanita Cetak Sejarah Lolos ke 8 Besar FIP Asia Cup 2025
Hore, PLN Berikan Diskon Tambah Daya Listrik 50% Hingga 30 Oktober 2025
Hari Santri, Ribuan Santri Hadiri Istighasah di Masjid Istiqlal
4 Cara Top Up Roblox dengan Mudah dan Aman, Biar Main Makin Seru!
Ada Mobil Listrik di Konser Remember November Vol.3 - Yokjakarta