Ilustrasi/Shutterstock
Dream - Pelarangan penggunaan plastik sekali pakai jadi isu yang marak, setelah Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengetok palu regulasi pelarangan penggunaan plastik sekali pakai untuk kantong berbelanja.
“ Kebijakan ini tentu saja akan berdampak pada aspek lain, seperti tenaga kerja, setidaknya lebih dari 170 ribu orang yang bekerja di industri plastik di Indonesia akan terkena dampaknya jika mentalitas ‘pelarangan’ seperti ini terus dibudayakan,” ujar Wahyudi Sulistya Direktur Kemasan Group, dan Prispolly Lengkong Ketua Umum Ikatan Pemulung Indonesia pada Selasa, 29 September 2020.
Sampai saat ini, lanjut Wahyudi, belum ada pengganti plastik dari segi emisi karbon, fungsi, durabilitas, dan harga.
" Setiap hari, kita ini menggunakan plastik karena kita membutuhkannya, ketika larangan penggunaan single-use untuk tas berbelanja disahkan, tas bungkusan pengganti yang saat ini menjadi opsi dan banyak digunakan untuk bungkusan," sambungnya.
Ia juga menyebutkan pengganti plastik seperti spunbound ataupun paper bag pun juga memiliki lapisan plastik Polypropylene atau PP, yang membuat lapisan plastik seperti water-proof.
Yok Yok Ayok Daur Ulang! (YYADU!), sebuah program inisiasi daur ulang keberlanjutan yang dibuat PT Trinseo Materials Indonesia dan juga didukung Kemasan Group pada 2019 silam, melakukan edukasi mengenai kebijakan larangan plastik sekali pakai dari beberapa perspektif.
Sebagian opsi subtitusi kantong plastik, saat ini juga ternyata masih memiliki lapisan plastik, belum lagi, harganya yang juga tidak murah jika dibeli konsumen dibandingkan dengan kantong plastik.
" Lapisan plastik sangat kita butuhkan sehari-hari, apalagi di tengah pandemi. Jika perhatian pemerintah dan masyarakat ada pada sampah single-use plastic, harusnya sampah masker juga menjadi perhatian, yang sekarang sudah menumpuk,” ujar Wahyudi.
“ Artinya, memang solusinya tidak bisa kita larang plastiknya, melainkan waste management,” tutupnya.

Di kesempatan yang sama, Doktor Jessica Hanafi mengatakan, “ Reusable bags yang dirancang untuk digunakan berkali-kali mempunyai dampak lingkungan yang lebih rendah daripada single-use plastic Polyethylene (PE) bag. Namun tergantung dari jenisnya, reusable bag harus digunakan sampai puluhan kali bahkan lebih dari 150 kali untuk tas dari bahan katun."
Tergantung dari perilaku konsumen, kata Doktor Jessica, jumlah ini bisa saja tidak tercapai.
Sementara itu, untuk material biodegradable dalam praktek manajemen limbahnya harus dikondisikan sedemikian rupa dalam penanganannya agar dapat terurai dalam sistem komposting.
Selain itu, menurut Doktor Jessica, solusi dari masalah sampah lingkungan bukanlah pelarangan, melainkan waste management.
Sudah seharusnya terdapat tata kelola sampah yang baik dari hulu ke hilir, dan ini bisa dicapai melalui kerjasama yang sinergis antara masyarakat, pemerintah dan swasta.

Problematika pelarangan penggunaan single-use plastic yang saat ini marak, ternyata dianggap tidak dapat menyelesaikan masalah lingkungan berdasarkan pemaparan para narasumber di atas.
“ Solusi dari masalah ini sudah seharusnya difokuskan kepada pengelolaan sampah dengan prinsip ekonomi sirkular, suatu hari nanti, sampah plastik akan menjadi sangat berharga, karena sudah banyak penelitian dan pengembangan bahkan di Indonesia yang sudah berhasil mengkonversikan sampah plastic apapun menjadi benda berharga lain, termasuk menjadi energi, ataupun BBM,” tutup Wahyudi.
(Laporan: Savina Mariska)
Advertisement
Tak Cuma Soto Banjar, Ini 5 Kuliner Khas Palangkaraya yang Wajib Dicicipi

Rumah Ini Pakai 1.000 Baterai Laptop untuk Sumber Listrik Selama 8 Tahun

Komunitas RAMAH Jadi Simbol Gerakan Anak Muda Aceh

Awas Jangan Salah Gate! 4 Maskapai Penerbangan Sudah Pindah ke Terminal 1B Bandara Soekarno-Hatta

Tegas! Universitas di Korsel Tolak Calon Mahasiswa dengan Catatan Kekerasan di Sekolah


Dulu Cupu Sekarang Suhu, Kiky Saputri Tantang Menteri Tanding Padel
Tampil Cantik di Dream Day Ramadan Fest Bersama Beauty Class VIVA Cosmetics

Riset: Si Paling AI, Orang Indonesia Ngebet Liburan Mancanegara pada Tahun 2026


Rumah Ini Pakai 1.000 Baterai Laptop untuk Sumber Listrik Selama 8 Tahun

Membedah Desa Wisata Pemuteran Bali, Destinasi Tenang yang Cocok Buat Liburan Keluarga Akhir Tahun

Mengenal Komunitas Masyarakat Adat Seberuang di Kalbar: Punya Hutan Terlarang, Jengkolnya Primadona

12 Rekomendasi Wisata Alam di Aceh yang Bisa Jadi Wish List Liburan Akhir Tahun