Shutterstock
Dream - Hipertensi adalah kondisi tekanan darah yang tingginya lebih dari 140/90. Kondisi ini dapat mengakibatkan berbagai komplikasi kesehatan yang membahayakan seperti penyakit jantung, stroke, bahkan kematian.
Hipertensi pada golongan usia dewasa ternyata lebih banyak menyerang wanita dibandingkan pria.
" Data Riskesdas 2018 pada populasi dewasa di atas 18 tahun, hipertensi wanita tampak lebih tinggi. Secara keseluruhan perempuan risikonya lebih tinggi seiring pertambahan usia," jelas dr. Siska Suridanda Dany, Sp.JP, FIHA, Anggota Pokja Panduan Konsensus InaSH pada konferensi virtual Apakah Tatalaksana Hipertensi di Masa Covid Ada Perbedaan, Jumat 18 Februari 2022.
Dr. Siska menjelaskan faktor risiko yang lebih tinggi terjadi karena perempuan sepanjang siklus hidupnya mengalami perubahan hormon. Hal itu biasa terjadi di masa kehamilan ataupun menopause.
Hipertensi saat masa kehamilan biasanya terjadi dengan peluang risiko sekitar 10 persen. Kondisi tekanan darah di atas 140/90 mmHg ini muncul saat usia kehamilan sekitar 20 minggu karena perubahan hormonal, seperti volume darah yang berubah.
" Penelitian mencatat rata-rata 10 persen, juga ada yang bilang 7-15 persen, risiko hipertensi terjadi pada kehamilan. Risiko untuk ibu bisa mengalami kejang, struk, pembekuan darah, gagal ginjal, gagal jantung," tambah dr. Siska.
Seorang ibu hamil yang terserang hipertensi memiliki risiko pada bayi yang dikandung. Bayi bisa lahir prematur, mengalami kerusakan plasenta bahkan kematian dalam kandungan.
Hipertensi pada saat kehamilan ini dapat terjadi karena dipicu beberapa faktor risiko seperti usia atau riwayat penyakit yang dimiliki sang ibu.
" Dan beberapa golongan seperti usia ibu yang sangat muda dan sangat tua misal 40 tahun, punya riwayat hipertensi, ibu dengan diabetes, ibu dengan riwayat bayi kembar, atau penyakit pemicu hipertensi lainnya harus lakukan kontrol rutin dan mengubah pola hidup," tambah dr. Siska.
Pencegahannya hipertensi dapat dilakukan dengan berbagai cara. Saat masa kehamilan sebaiknya periksakan rutin tekanan darah saat kontrol kehamilan.
" Harus diperiksakan rutin saat kontrol kehamilan, diperiksa tekanan darah, kita anjurkan olahraga, pola makan baik rendah garam rendah lemak menjaga berat badan ideal sesuai fase kehamilan," jelas dr. Siska.
Jika hipertensi terjadi karena volume darah dan perubahan lain yang terjadi pada lahir maka tekanan darah akan menurun saat ibu melahirkan.
" Jika hipertensi terjadi karena kehamilan maka saat melahirkan akan turun karena pemicunya sudah tidak ada, tapi jika hipertensi terjadi sebelum kehamilan maka setelah melahirkan akan tetap dilakukan pengobatan," tambah dr. Siska.
Biasanya pengidap hipertensi harus mengonsumsi obat seumur hidup guna mengatur tekanan darah. Namun, jika tekanan darah sudah terkendali melalui perubahan gaya hidup, penurunan dosis obat atau konsumsinya dapat disesuaikan.
Advertisement
Lebih dari Sekadar Kulit Sehat: Cerita Enam Selebriti Merawat Kepercayaan Diri yang Autentik
Kebiasaan Pakai Bra saat Tidur Berbahaya? Cari Tahu Faktanya
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Peneliti Ungkap Pemicu Perempuan Sanggup Bicara 20 Ribu Kata Sehari?
Rangkaian acara Dream Inspiring Women 2023 di Dream Day Ramadan Fest Day 5
Bentuk Roti Cokelat Picu Komentar Pedas di Medsos, Chef Sampai Revisi Bentuknya
Mahasiswa Sempat Touch Up di Tengah Demo, Tampilannya Slay Maksimal
Lebih dari Sekadar Kulit Sehat: Cerita Enam Selebriti Merawat Kepercayaan Diri yang Autentik