Dream - Para peneliti menemukan bahwa punya pikiran untuk bunuh diri adalah gejala depresi yang sangat wajar, pada orang yang memiliki gangguan tidur obstruktif atau obstructive sleep apnea (OSA).
OSA sendiri adalah gangguan tidur yang umum yang biasanya menyerang orang beresiko obesitas.
Seperti dikutip dari Gulf News, Selasa, 20 Oktober 2015, para peneliti di University of Western Australia juga menemukan, gejala depresi tersebut akan membaik secara signifikan ketika OSA diobati dengan terapi continuous positive airway pressure (CPAP).
" Pengobatan yang efektif terhadap OSA akan mengurangi gejala depresi secara substansial, termasuk keinginan bunuh diri," kata David Hillman, penulis senior penelitian yang juga profesor klinis di University of Western Australia.
" Temuan ini mengungkapkan potensi OSA, kondisi yang sering tidak terdeteksi, yang sering didiagnosis sebagai depresi," kata Hillman.
Gejala umum OSA termasuk kebiasaan mendengkur, terhentinya napas secara berulang, tidur terganggu, dan kantuk di siang hari yang berlebihan.
Penelitian ini melibatkan 426 pasien yang diduga mengidap OSA. Peserta yang memiliki usia rata-rata 52 tahun itu dirujuk ke rumah sakit tidur pusat untuk dilakukan evaluasi OSA. Dari semua pasien, 293 didiagnosis dengan OSA yang kemudian dilakukan terapi CPAP.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir 73 persen pasien OSA (213 dari 293 pasien) memiliki gejala depresi klinis yang signifikan pada awalnya, dengan prevalensi gejala serupa antara pria dan wanita.
Gejala-gejala ini meningkat secara progresif dan mandiri seiring dengan tingkat keparahan OSA.
Namun, hanya empat persen dari pasien OSA yang menjalani terapi selama tiga bulan yang menunjukkan gejala depresi klinis yang signifikan.
Dari 41 pasien yang patuh menjalani pengobatan yang awalnya memiliki perasaan menyakiti diri sendiri atau mengatakan 'lebih baik mati', tidak satu pun yang masih punya pikiran untuk bunuh diri pada tiga bulan berikutnya.
Menurut peneliti, hasil ini menekankan pentingnya dilakukan skrining terhadap orang dengan gejala depresi yang ditimbulkan OSA.
Temuan Hillman dan timnya telah diterbitkan dalam Journal of Clinical Sleep Medicine. (Ism)
Advertisement
4 Komunitas Seru di Depok, Membaca Hingga Pelestarian Budaya Lokal
Universitas Udayana Buka Suara Terkait Dugaan Perundungan Timothy Anugerah
UU BUMN 2025 Perkuat Transparansi dan Efisiensi Tata Kelola, Tegas Anggia Erma Rini
Masa Tunggu Haji Dipercepat, dari 40 Tahun Jadi 26 Tahun
Viral Laundry Majapahit yang Bayarnya Hanya Rp2000
Azizah Salsha di Usia 22 Tahun: Keinginanku Adalah Mencari Ketenangan
Benarkah Gaji Pensiunan PNS Naik Bulan Ini? Begini Penjelasan Resminya!
Timnas Padel Indonesia Wanita Cetak Sejarah Lolos ke 8 Besar FIP Asia Cup 2025
Hore, PLN Berikan Diskon Tambah Daya Listrik 50% Hingga 30 Oktober 2025
Hari Santri, Ribuan Santri Hadiri Istighasah di Masjid Istiqlal
4 Cara Top Up Roblox dengan Mudah dan Aman, Biar Main Makin Seru!
Ada Mobil Listrik di Konser Remember November Vol.3 - Yokjakarta