Hubungan Suami Istri
Dream - Dalam ajaran Islam berhubungan intim antara pasangan suami istri adalah sesuatu atau perbuatan yang menyehatkan, tidak hanya fisik melainkan juga rohani.
Karena pada dasarnya, berjima (berhubungan intim) merupakan perbuatan yang berkah, dan jika melakukannya bagian dari ibadah, dan juga mendatangkan pahala.
Selain bertujuan untuk memperoleh keturunan, berjima juga bisa merekatkan hubungan yang harmonis, saling membahagiakan.
Lalu bagaimana kita mengetahui posisi terbaik pada saat melakukan berhubungan intim sesuai dengan syariat Islam?
Dalam pandangan Islam, suami istri diperbolehkan melakukan berbagai posisi atau gaya dalam berhubungan intim sepanjang menuju ‘tempat yang benar’.
Mengapa harus menuju ‘tempat yang benar’? Karena Islam mengizinkan pasangan suami istri untuk mencoba berbagai posisi selama tidak menyakiti keduanya.
Hal ini sesuai dengan hadis yang diriwayatkan Ibnu Abbas:
Umar datang menemui Rasulullah SAW dan berkata: “ Wahai Rasulullah, binasalah aku.” Rasulullah bertanya: “ Apa yang membinasakanmu?”. Umar menjawab: “ Aku mengalihkan tungganganku tadi malam,” Rasulullah terdiam, diam tidak menjawab apapun. Kemudian turunlah ayat:
“ Istri-istrimu adalah laksana tanah tempat bercocok tanam bagimu, maka datangilah tanah tempat bercocok tanammu itu sebagaimana saja yang engkau kehendaki.” [QS. Al Baqarah: 223].
Rasulullah SAW pun bersabda: “ Engkau boleh dari depan atau belakang tetapi jangan ke dubur dan saat haid.”
Lalu bagaimana posisi berjima yang terbaik menurut syariat Islam?
Menurut Ibnu Qayyim Al Jauziyah menjelaskan dalam Zaadul Ma’ad, posisi hubungan suami istri terbaik dalam Islam yakni ketika suami berada di atas istri.
Posisi ini menurut Ibnu Qayyim menunjukkan kepemimpinan suami atas istrinya. Sebagaimana firman Allah SWT: “ Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum perempuan.” [QS. An Nisa’: 34].
Demikian penjelasan mengenai posisi terbaik saat berhubungan intim sesuai syariat Islam, semoga bermanfaat
Dream - Bagi pasangan suami istri, jima' atau hubungan badan merupakan salah satu kunci keharmonisan rumah tangga. Selain memberikan kenikmatan, jima' juga menunjukkan kasih sayang diantara keduanya.
Bahkan ternyata jima' juga memberikan dampak yang baik bagi kesehatan. Salah satunya memberikan kebugaran bagi tubuh. Hal ini telah dibuktikan dalam beberapa penelitian. Sehingga tidak mengherankan bila aktivitas satu ini menjadi kegiatan yang harus dirutinkan.
Sejatinya Islam telah mengatur tata cara berjima antara pasangan suami istri. Namun ada beberapa hal yang seringkali terlupakan. Seperti halnya larangan dari Rasulullah SAW ini. Padahal bila hal terus berlangsung, maka dapat menjadi penyebab kehancuran rumah tangga. Apakah larangan tersebut ? Simak ulasannya berikut ini.
Salah satu tujuan pernikahan adalah untuk menjada pandangan dan kesucian diri. Sebab setelah menikah seseorang bisa memenuhi kebutuhan biologisnya dengan halal dan terhormat. Namun sayangnya banyak umat Muslim yang asal menikah dan lebih banyak lagi yang asal-asalan ketika mendatangi istrinya. Padahal jima adalah salah satu ibadah unggulan yang disebut kenikmatan surga.
Dikarenakan minimnya ilmu dan kurangnya semangat untuk mempelajari hal-hal yang terkait jima', maka banyak orang yang justru melanggar apa yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW. Salah satunya adalah tidak terburu-buru mengakhiri jima'. Sebagaimana diriwayatkan oleh Imam al-Haitsami dan Abu Ya'la dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah SAW bersabda,
“ Apabila salah seorang di antara kalian mendatangi (jima’ dengan) istrinya, maka hendaknya berlaku jujur. Jika ia mengakhiri hubungan sebelum istri terpenuhi kebutuhannya, maka jangan terburu-buru mengakhiri sampai istri terpenuhi hajatnya.”
Kemudian Umar bin Abdul Aziz pun berkata, ”Janganlah kamu menjima’ istrimu, kecuali dia (istrimu) telah mendapatkan syahwat seperti yang engkau dapatkan, supaya engkau tidak mendahului dia menyelesaikan jima’nya (maksudnya engkau mendapatkan kenikmatan sedangkan istrimu tidak).” (Al-Mugni lbni Qudamah 8/136, Darul Fikr, Beirut, cet. I, 1405 H, syamilah)
Inilah salah satu diantara panduan jima' yang sering diabaikan oleh para suami. Kebanyakan mereka hanya mendatangi istrinya disaat butuh dan kemudian segera menuntaskan tanpa memperhatikan kondisi istrinya. Para lelaki ini ingin segera dilayani dan menuntaskan kebutuhannya, namun tidak memperhatikan istri dan pencapaian kebutuhan dalam hal ini.
Berdasarkan penelitian terakhir ada lebih dari 70% istri tidak tercukupi kebutuhan jima' nya. Sehingga memberikan efek yang tidak baik dalam kehidupan rumah tangga bahkan bisa menjadi penyebab kehancuran hubungan suami istri.
Sejatinya wanita memiliki syahwat seperti laki-laki. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW bahwa, “ Sesungguhnya wanita itu saudara kandung laki-laki.” (HR. Ahmad no.26195, hasan lighairihi, tahqiq Syu’aib Al-Arna’uth)
Bahkan tidak sedikit juga wanita yang memiliki " kebutuhan" yang lebih besar dan bahkan tidak disangka-sangka oleh suami mereka. Biasanya para wanita lebih merasa malu mengutarakan keinginannya sehingga mereka lebih memilih memendamnya saja.
Oleh sebab itulah Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin berkata bahwa, “ jika seorang laki-laki “ mendatangi” istrinya hendaklah “ berbuat baik” kepadanya. Karena wanita memiliki sya*wat sebagaimana laki-laki. Wanita juga mempunyai “ keinginan” sebagaimana laki-laki mempunyai “ keinginan”. Jika ia mendatangi istri dengan “ berbuat baik” padanya maka ini termasuk sedekah.” (Syarah Al-Arba’in An-Nawawiyah libni Utsaimin hadits ke-15)
Bahkan dalam Alquran Allah SWT berfirman bahwa," ....Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma'ruf. Akan tetapi para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isterinya. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (QS. Al-Baqarah : 228)
Kemudian suami pun diperintahkan untuk memperhatikan dan bermuamalah dengan baik kepada istrinya termasuk nafkah batin. Sebagaimana firman Allah SWT bahwa, " Wahai orang-orang beriman, tidak halal bagi kalian mewariskan perempuan-perempuan dengan jalan paksa dan janganlah kalian menyulitkan mereka karena ingin mengambil sebagian dari apa yang telah kalian berikan kepada mereka kecuali apabila mereka melakukan perbuatan keji yang nyata. Dan pergaulilah mereka dengan cara yang baik. Jika kalian tidak menyukai mereka maka bisa jadi kalian membenci sesuatu padahal Allah menjadikan kebaikan yang banyak padanya." (QS. An-Nisa : 19)
Hal ini bisa dilihat dari kisah Abu Darda yang saat itu telah merasakan nikmatnya beribadah hingga ia lupa terhadap istrinya. Sehingga ia ditegur oleh sahabatnya Salman agar ia memberikan nafkah batin kepada istrinya. Namun Abu Darda terus menghiraukann teguran sahabatnya itu, lalu ia mendatangi Rasulullah SAW dan mengadukan apa yang dialaminya.
Maka Rasulullah SAW pun membenarkan teguran Salman terhadap Abu Darda. Rasulullah SAW pun bersabda, “ Sesungguhnya Rabb-mu memiliki hak atasmu, dan dirimu memiliki hak atasmu, dan istri/keluargamu juga memiliki hak atasmu, maka hendaknya engkau tunaikan setiap hak kepada pemiliknya.” (HR. Bukhari no. 1968)
Selengkapnya klik di sini.
Advertisement
Profil Ousmane Dembele, Mantan Pemain Barcelona yang Raih Ballon d'Or 2025
Viral Kritikan Keras Menu MBG yang Kurang Lokal dari Ahli Gizi
Potret Prabowo Bertemu Presiden FIFA di New York, Bahas Apa?
Menyala! Koleksi 3 Jam Tangan Menteri Bahlil, Semuanya di Atas Rp100 Juta
Zaskia Mecca Ungkap Kondisi Putrinya Masih Trauma Berat Pasca Insiden Pemukulan
Menkeu Purbaya Nilai Inflasi Singapura-Malaysia Lebih Jelek Dibanding RI
Rangkaian acara Dream Inspiring Women 2023 di Dream Day Ramadan Fest Day 5
4 Temuan Jepang yang Kini Sangat Populer dan Dipakai Seluruh Dunia
Komunitas Marah-Marah di Platform X Diteliti Mahasiswa UGM, Ini Hasilnya!
Fakta di Balik Mata Kedutan yang Seringkali Dianggap Tanda Mistis
Profil Ousmane Dembele, Mantan Pemain Barcelona yang Raih Ballon d'Or 2025
Viral Kritikan Keras Menu MBG yang Kurang Lokal dari Ahli Gizi