Dream - Perkembangan teknologi komunikasi membuat jam bekerja semakin fleksibel. Sebuah survei oleh RecruitiFi pada November 2015 terhadap 1.000 karyawan menemukan 37 persen pekerja penuh waktu menginginkan jam kerja yang fleksibel dibandingkan masa lalu.
Salah satu faktor pendorong di balik pergeseran tersebut adalah mendapatkan keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Faktor ini bahkan memperoleh rating yang lebih tinggi di antara responden dibandingkan dengan kompensasi.
Tetapi untuk mengakomodasi keinginan jam kerja yang fleksibel, perusahaan harus mulai berpikir dari sekarang tentang implikasinya pada bisnis mereka. Komplikasi pengaturan jadwal kerja bukan satu-satunya tantangan yang akan dihadapi.
Seperti dikutip dari Entrepreneur, Kamis, 14 Januari 2016, berikut adalah empat cara pengusaha dalam menghadapi meningkatnya keinginan kerja paruh waktu atau jam kerja yang fleksibel dari karyawannya.
1. Lakukan riset tentang pengaturan yang terbaik bagi karyawan dan organisasi
Beberapa penawaran memberi pilihan bagi karyawan yang ingin mengurangi jam kerja mereka agar bisa lebih baik mengelola kehidupan pribadi mereka. Sayangnya, tidak ada satu ukuran standar yang bisa memuaskan semuanya.
Sebelum menyuruh karyawan bekerja dengan waktu yang lebih sedikit, lakukan riset untuk semua pilihan yang ada untuk dipertimbangkan dan bagaimana masing-masing dari pilihan itu memiliki manfaat bagi organisasi.
Semakin banyak jenis jadwal paruh waktu yang bisa dimasukkan ke dalam tempat kerja, semakin baik pula jadwal paruh waktu itu dapat memenuhi kebutuhan kerja/hidup masing-masing karyawan.
2. Tetapkan batas komunikasi
Dalam survei Cornerstone terhadap lebih dari 2.000 karyawan di tahun 2014, 26 persen melaporkan mengalami kesulitan " mematikan" mode bekerja mereka selama jam-jam pribadi mereka. Menghabiskan lebih banyak waktu di luar kantor berarti bahwa karyawan paruh waktu akan menghadapi lebih banyak tekanan - atau lebih godaan - untuk kembali menjawab email atau panggilan telepon pekerjaan ketika mereka sedang tidak bekerja.
Agar masalah paruh waktu ini bekerja, organisasi perlu menemukan cara agar hanya sebagian dari karyawan mereka tetap di kantor pada hari tertentu. Misalnya, jika Mary bekerja hanya Senin, Rabu dan Jumat, ia tidak harus dibombardir dengan email pada hari Selasa. Dan rekan kerja tidak perlu membuang waktu menunggu dia untuk menanggapi.
Jika hal yang mendesak muncul, perusahaan harus menetapkan waktu setiap hari agar karyawan paruh waktu memeriksa inbox atau ponsel mereka untuk melihat apakah mereka benar-benar diperlukan. Dengan menetapkan batas-batas tersebut, karyawan tidak akan khawatir tentang pekerjaan yang mengganggu waktu keluarga mereka, dan pengusaha menjadi yakin bahwa semuanya berjalan lancar di kantor.
3. Memberikan pilihan manfaat yang diinginkan karyawan
Dalam survei Mercer terhadap lebih dari 4.000 karyawan, responden - yang mencakup berbagai generasi - memeringkat manfaat seperti bantuan mempersiapkan pensiun dan asuransi kesehatan murah sebagai sangat penting bagi mereka.
Tapi bagi banyak karyawan, pekerjaan paruh waktu berarti memilih antara jadwal yang lebih baik atau manfaat yang lebih baik. Dalam survei SHRM 2015, 99 persen responden mengatakan perusahaan mereka menawarkan beberapa jenis bantuan asuransi kesehatan untuk karyawan penuh waktu. Hanya 30 persen mengatakan perusahaan mereka menawarkan manfaat bagi karyawan paruh waktu.
Pertimbangkan untuk memberi rencana manfaat tambahan berdasarkan faktor-faktor seperti lamanya bekerja atau jumlah jam kerja, bukan pada apakah seorang karyawan bekerja penuh atau paruh waktu. Sebagai contoh, seorang karyawan yang bekerja lebih dari 40 jam seminggu akan memenuhi syarat untuk kesehatan menyeluruh, termasuk perawatan gigi. Sementara karyawan yang bekerja 25 jam seminggu akan memiliki 60 persen perawatan kesehatannya ditanggung oleh perusahaan.
4. Siap-siap mempekerjakan lebih banyak karyawan.
Jika sebagian dari karyawan memutuskan bekerja paruh waktu, maka bisa dipastikan bahwa perusahaan harus mempekerjakan lebih banyak karyawan untuk memastikan semuanya berjalan lancar. Sebelum karyawan melakukan transisi ke paruh waktu, pengusaha harus mendapat karyawan terlatih yang siap diterjunkan.
Untuk perusahaan yang sudah mengalami kesulitan mendapatkan karyawan, ini mungkin tampak seperti tugas yang menakutkan. Strategi merekrut harus bergeser, lebih fokus pada menemukan karyawan paruh waktu. Salah satu pilihan yang tersedia adalah jaringan perekrutan crowdsourced, Huntclub. Huntclub menghubungkan pengguna dengan jaringan luas influencer yang merekrut bakat terbaik untuk mereka dengan cepat. Dan salah satu fasilitas terbesar dari platform ini adalah membantu pengusaha menjangkau pencari kerja aktif atau pasif.
Selain menemukan karyawan paruh waktu baru, perusahaan harus mampu melibatkan mereka langsung, sehingga mereka diinvestasikan dalam pekerjaan sebagai karyawan berpengalaman dan penuh waktu. Ingat, karyawan paruh waktu tidak dapat berhasil jika mereka merasa seperti hanya sebagian kecil dari tim.
Advertisement
4 Komunitas Jalan Kaki di Indonesia, Perjalanan Jadi Pengalaman Menyenangkan
Mau Liburan? KAI Wisata Tebar Promo HUT ke-16, Ada Diskon Bagi yang Ultah Bulan September
Si Romantis yang Gampang Luluh: 4 Zodiak Ini Paling Cepat Jatuh Cinta pada Pandangan Pertama
Lebih dari Sekadar Bermain, Permainan Tradisional Ajak Anak Latih Fokus dan Kesabaran
Halte TJ Senen Sentral yang Terbakar, Berubah Jadi Halte Jaga Jakarta
Nyaman, Tangguh, dan Stylish: Alas Kaki yang Jadi Sahabat Profesional Modern
4 Komunitas Jalan Kaki di Indonesia, Perjalanan Jadi Pengalaman Menyenangkan
Mau Liburan? KAI Wisata Tebar Promo HUT ke-16, Ada Diskon Bagi yang Ultah Bulan September
Sosok Ferry Irwandi, CEO Malaka Project yang Mau Dilaporkan Jenderal TNI ke Polisi