Dream - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menampik kondisi ekonomi tahun ini sama dengan kondisi ekonomi tahun 1998, di mana nilai tukar rupiah saat itu juga melemah.
Menurut Jokowi, kondisi ekonomi saat ini jauh lebih baik dibandingkan saat krisis ekonomi tahun 1998. Pasalnya, depresiasi rupiah tidak sedalam yang terjadi pada tahun 1998.
“ Itu berangkatnya dari Rp 1.800 meloncat menjadi Rp 16.000, hampir 7 kali lipat. Yang sekarang, kemarin Rp 12.500 waktu saya masuk, tapi itu juga sebetulnya memberatkan kita semuanya karena memang kita terlalu banyak impor barang dari luar,” ujar Jokowi seperti dikutip Dream dari laman situs Sekretariat Kabinet, Rabu, 16 September 2015.
Jokowi menjelaskan pelemahan rupiah yang terjadi saat ini pun juga terjadi pada mata uang negara lain. Hal ini karena kondisi perekonomian dunia yang dipengaruhi penguatan dolar AS dan keadaan ekonomi Tiongkok. Sayangnya, pelemahan rupiah ini diperparah dengan besarnya impor Indonesia.
" Kita tidak melulu impor barang elektronik, tetapi juga jagung, kedelai impor, gula, cabai, bawang merah, apalagi garam. Padahal kita punya potensi, kekuatan untuk menyelesaikan yang impor-impor tadi, tapi memang butuh waktu,” tuturnya.
Untuk itu, lanjut Jokowi, pemerintah tengah berupaya mensubtitusi barang-barang impor tersebut. Dengan mengurangi impor, tambahnya, maka gejolak nilai tukar ini tidak begitu memengaruhi perekonomian tanah air.
" Kalau ini nanti ketemu kita tidak impor, baru gejolak-gejolak dollar apapun tidak akan banyak mempengaruhi kita," pungkasnya.
Advertisement
Dompet Dhuafa Kirim 60 Ton Bantuan Kemanusiaan untuk Penyintas Bencana di Sumatera

Perlindungan Rambut Maksimal yang Ringan dan Praktis Lewat Ellips Hair Serum Ultra Treatment

Temukan Pengalaman Liburan Akhir Tahun yang Hangat di Archipelago Hotels

Kolaborasi Strategis KEC dan Archipelago Hadirkan Perusahaan Manajemen Hotel Baru di Madinah

Komunitas `Hutan Itu Indonesia` Ajak Anak Muda Jatuh Cinta Lagi pada Zamrud Khatulistiwa
