Ekonomi Syariah
Dream - Lahir di era 1970-an, keuangan syariah di pasar utama telah mencatat kemajuan pesat dalam beberapa tahun terakhir. Pasar Asia Tenggara dan kawasan Teluk jadi primadona dari bisnis baru ini.
Selama 12 bulan terakhir, model keuangan syariah seolah telah menunjukkan tanda-tanda akan menjadi global. Negara-negara non-Muslim telah mempromosikan keuangan syariah dengan harapan memikat dana syariah. Inggris, Hong Kong dan Afrika Selatan telah menerbitkan obligasi syariah negara debutnya.
Kini, aset industri syariah di seluruh dunia diperkirakan lebih dari US$ 2 triliun.
Sayang, di tengah kegemilangan ini masih muncul suara sumbang. Keuangan syariah berada di bawah tekanan baru untuk mengatasi beberapa kekurangannya. Utamanya, membuktikan diri jika bukan hanya tiruan keuangan konvensional belaka.
Banyak pihak mulai meragukan lembaga keuangan syariah telah benar-benar menjalankan prinsip ekonomi Islam. Masalahnya, keuangan syariah tidak hanya untuk mencari keuntungan, tapi mempromosikan nilai-nilai Islam seperti keadilan, pembagian risiko dan inklusi sosial.
Sampai-sampai, Bank Pembangunan Islam (IDB) yang berpusat di Jeddah menyerukan bank-bank Islam untuk menguatkan moral. Sekaligus mempromosikan aktivitas ekonomi riil ketimbang spekulasi moneter.
Salah satu hal kontroversial adalah struktur yang digunakan bank Islam untuk pembiayaan. Di Asia dan sebagian kawasan Teluk lebih suka menawarkan pembiayaan murabaha. Namun struktur ini dikritik karena dalam praktik sama dengan sistem kredit bank konvensional.
Sementara struktur yang mengedepankan keuntungan dan kerugian ditanggung bersama seperti musharakah justru jarang diminati.
Memang sulit memastikan keuangan syariah bisa mempromosikan keadilan sosial dengan memberikan akses pendanaan untuk mengentas kemiskinan.
Sebanyak 10 juta orang muslim kini tidak memiliki rekening karena kemiskinan, pendidikan rendah dan kurangnya infrastruktur. Dalam teori, bank syariah seharusnya bisa mengubahnya dengan menarik konsumen yang tidak terlayani oleh bank konvensional.
Tapi di beberapa wilayah, seperti pedesaan di Afganistan, tidak banyak bank syariah berperan dalam skala besar.
" Pada saat ini mereka diabaikan, sehingga ada kekosongan - ini tidak sejalan dengan ajaran Islam, " kata Abdul Halim Ismail seperti dikutip Zawya, Selasa, 3 Februari 2015.
Abdul Halim bukanlah orang sembarangan. Pria ini telah malang melintang di dunia perbankan syariah. Pada tahun 1983, Abdul Halim mendirikan Bank Islam Malaysia, bank pemberi pinjaman syariah pertama di negara itu.
Ismail mendorong gagasan dibentuknya sebuah lembaga yang akan menyalurkan dana amal dalam proyek-proyek pengentasan kemiskinan. Dana investasi tersebut dikelola oleh bank syariah untuk memoles kepercayaan sosial masyarakat kelas bawah ini.
Tapi beberapa bank syariah -mungkin mendapat tekanan dari pemegang saham dan pasar keuangan- merangkul mereka dengan menawarkan produk-produk seperti keuangan mikro syariah.
Advertisement