Jenazah Pasien Covid-19 yang Sudah Dikubur Tak Tularkan Virus
Dream - Direktur Utama RS Islam Jakarta Sukapura, Umi Sjadqiah, meminta masyarakat tidak khawatir terhadap jenazah terinfeksi virus corona. Jenazah yang sudah dimakamkan tidak akan menyebarkan Covid-19 karena sudah ditangani dengan baik.
Menurut Umi, muncul banyak kesalahan pemahaman terhadap jenazah yang meninggal akibat Covid-19 hingga menimbulkan penolakan pemakaman. Masyarakat perlu tahu Covid-19 hanya bisa hidup pada manusia yang masih hidup.
"Sekali lagi, jenazah Covid-19 yang sudah dikubur tidak menularkan virus," ujar Umi, dikutip dari Liputan6.com.
Meski tidak dapat menularkan virus, Umi menambahakan, ada beberapa hal tetap harus diperhatikan ketika memakamkan jenazah pasien Covid-19. Seperti menghindari terkena cairan tubuh jenazah baik dari mulut, hidung, mata, anus, kemaluan, maupun luka pada kulit.
Pun demikian, masyarakat tetap harus waspada meskipun jenazah sudah disemprot disinfektan sesuai protokol medis.
"Disinfeksi pasti sudah dilakukan (pada) seluruh tubuh jenazah Covid-19. Harus diingat, bahwa kita semua mewaspadai segala sesuatu yang ada di sekitar jenazah," ujar Umi.
Metode Pembungkusan Jenazah
Untuk metode pembungkusan jenazah, terdapat susunan yang harus diterapkan. Susunan tersebut yaitu menggunakan plastik, kafan, plastik, kantong jenazah, dan peti.
"Bungkus jenazah menggunakan plastik, kafan, plastik lagi, kantong jenazah, lalu peti. Begitu susunannya. Ini harus diketahui oleh masyarakat," kata Umi.
Para petugas pengangkut jenazah juga diwajibkan menggunakan alat pelindung diri (APD). Selain itu, wajib didisinfeksi usai melakukan penanganan.
"Semua perlindungan diri yang benar bagi petugas pengelola jenazah, APD dan disinfeksi diri setelah selesai penanganan. Jadi, enggak usah khawatir, kalau seluruh hal itu sudah dilakukan. Insya Allah aman," tambah dia.
Jenazah Tidak Dimandikan Untuk Cegah Penularan
Apabila dalam keadaaan darurat dan mendesak, jenazah Covid-19 dapat dimakamkan tanpa dimandikan dan dikafani. Tujuannya agar petugas penanganan jenazah tidak terpapar Covid-19.
Minimalisir kontak jenazah dengan lingkungan, baik kendaraan transportasi, ruangan dan lain-lain merupakan bentuk kehatian-hatian.
"Jenazah juga harus segera dikuburkan setidaknya empat jam setelah meninggal," terang Umi.
Pemulasaraan jenazah Covid-19 selalu dilakukan sesuai standar protokol kesehatan oleh pihak berwenang. Pedoman pengurusan jenazah di atas juga sesuai Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nomor 18 Tahun 2020.
"Kita tahu di rumah sakit sudah melakukan sesuai standar isolasi. Baik untuk petugas, pasien, dan keluarga. Apabila dipandang darurat atau mendesak jenazah juga dapat dimakamkan tanpa dimandikan," ucap Umi.
Sumber: Liputan6.com/Fitri Haryanti Harsono
Ini Faktor yang Membuat Tingkat Kematian Pasien Covid-19 di Jerman Rendah
Dream – Sejak muncul di Wuhan, China pada Desember 2019 lalu, virus corona telah menginfeksi lebih dari 1,2 juta orang di seluruh dunia. Dari angka tersebut, lebih dari 69 ribu orang meninggal dunia.
Negara-negara, seperti Italia, Spanyol, PPrancis, Amerika Serikat, dan Britania, merupakan negara yang memiliki kasus kematian tertinggi. Di Italia, sudah lebih 15 ribu orang meninggal dunia. Di Spanyol lebih dari 12 ribu. Di AS, sudah tembus sembilan ribu.
Namun, berbeda dengan negara Jerman yang tingkat kasus kematian yang relatif rendah. Meskipun 91.159 orang terinfeksi virus corona Covid-19, tingkat kematian di Jerman hanya satu persen, atau berjumlah 1.275 kasus kematian.
Lantas apa sebenarnya yang membuat negara Jerman memiliki tingkat kematian akibat virus corona yang relatif rendah?
Menurut laman professor Hans-Georg Krausslich, seorang Kepala Virologi di Rumah Sakit Universitas Heidelberg, yang merupakan rumah sakit penelitian terkemuka di Jerman, mengatakan pada minggu pertama memang mengalami masa kritis, yaitu bagi mereka yang memiliki penyakit paru-paru akan cepat memburuk.
Tingkat Kematian Kasus COVID-19 di Jerman Relatif Rendah
Menurut John Hopkins University, kasus infeksi virus corona di Jerman hingga Senin siang, 6 April 2020, telah mencapai 100.123. Akan tetapi angka kematian hanya menunjukkan 1.584 kasus, yakni hanya 1,5 persen. Angka ini lebih kecil daripada di Italia 12%, 10% di Spanyol, Prancis, dan Inggris, 4% di China, dan 2,5% di Amerika Serikat. Sedangkan di Korea Selatan sebanyak 1,7%.
Professor Hendrik Streeck yang merupakan Direktur Institue of Virology di University Hospital Bonn, mengaku mendapat pertanyaan dari koleganya di Amerika Serikat, "Apa yang kamu lakukan? Mengapa tingkat kematian di negaramu sangat rendah?"
Para ahli di Jerman memiliki beberapa jawaban untuk pertanyaan tersebut. Para ahli menyebut rendahnya tingkat kematian pasien Covid-19 karena campuran distorsi statistik dan perbedaan penanganan terhadap wabah ini.
Faktor Usia Pasien
Menurut Straits Times, pada awalnya rata-rata usia yang terinfeksi Covid-19 di Jerman relatif lebih muda. Professor Krausslich mengatakan, awalnya virus menjangkiti para pemain ski di Austria dan Italia yang relative muda usianya.
Kasus virus yang menyerang orang muda dampaknya tidak separah apabila menyerang orang lanjut usia seperti di Italia, Spanyol, dan Prancis, yang dikabarkan didominasi usia lanjut. Namun, disaat infeksi telah menyebar semakin banyak, orang berusia lanjut di Jerman juga terinfeksi.
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kasus Covid-19 Varian JN.1 Sedang Naik, Hindari 5 Tempat dengan Risiko Penularan Tertinggi
Beberapa tempat memiliki jumlah virus lebih tinggi dibandingkan area lain. Kamu wajib meningkatkan daya tahan tubuh jika ingin mengunjunginya.
Baca SelengkapnyaKabar Terkini Ningsih Tinampi yang Pernah Terkenal karena Bisa Obati Pasien Covid-19
Yuk Intip kabar Terbaru Ningsih Tinampi yang dulu viral bisa obati pasien covid-19.
Baca SelengkapnyaLagi, Direktur WHO Peringatkan Seluruh Negara Harus Bersiap Hadapi Penyakit X
Penyakit X adalah virus “penampung” hipotetis yang belum terbentuk, namun para ilmuwan mengatakan penyakit ini bisa 20 kali lebih mematikan daripada COVID-19.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Pria Suaranya Tiba-tiba Parau dan Muntah Darah, Dikira Flu Biasa, Pas Diperiksa Ternyata Ada Lintah Hidup Nempel di Tenggorokan
Lintah biasanya dapat masuk ke dalam tubuh manusia disebabkan kurangnya kesadaran untuk menjaga kebersihan.
Baca SelengkapnyaFakta-Fakta Pasien Covid-19 JN.1 di Batam Meninggal Dunia
Diketahui, varian JN.1 pertama kali dilaporkan di Indonesia pada bulan November lalu.
Baca SelengkapnyaPeringatan Darurat WHO: Virus yang Pertama Kali Muncul Tahun 1700an Ini Kembali Hantui Indonesia, Bisa Sebabkan Lumpuh Layu
WHO mengumumkan bahwa enam kasus baru pada pasien yang sudah vaksin telah ditemukan di Indonesia.
Baca SelengkapnyaMusim Hujan, Dokter Anak Ingatkan Waspada Serangan ISPA
ISPA adalah infeksi yang mengganggu pernapasan yang disebabkan oleh virus yang menyerang hidung, trakea, bahkan paru-paru.
Baca SelengkapnyaKasus Covid-19 Meningkat, Naik Kereta Api Wajib Pakai Masker Lagi?
Apakah naik kereta api kini wajib pakai masker? Begini jawaban KAI
Baca SelengkapnyaBukan Demam dan Anosmia, Ini Gejala Covid-19 Sub Varian JN1
Varian covid-19 memiliki gejala yang berbeda. Ini menjadi penyebab vaksin lama tidak efektif digunakan kembali.
Baca Selengkapnya