Kesalahan Memakai Masker Berpotensi Tertular Covid-19

Reporter : Ahmad Baiquni
Minggu, 11 Oktober 2020 06:01
Kesalahan Memakai Masker Berpotensi Tertular Covid-19
Masker harus dapat menutupi lubang hidung dan mulut.

Dream - Covid-19 merupakan penyakit menular yang dampaknya cukup parah. Bisa sampai menimbulkan kematian pada penderita berisiko.

Dokter Spesialis Paru-paru RS Siloam ASRI Jakarta, Maydie Esfandiari, menjelaskan proses virus corona bisa masuk ke dalam tubuh. Menurut dia, jika pasien terkonfirmasi Covid-19 tidak memakai masker kemudian batuk maka dapat mengeluarkan droplet.

Dari droplet tersebut timbul penularan. Caranya, droplet masuk ke tubuh orang lain lewat saluran pernapasan saat yang bersangkutan menghirup udara.

" Orang yang memakai masker secara tidak benar, di bawah hidung atau di dagu, dapat menyebabkan terjadi penularan," ujar Maydie.

 

1 dari 5 halaman

Cara Virus Masuk ke Tubuh

Selain itu, Maydie mengatakan penularan bisa terjadi dalam kasus lain. Seperti ketika droplet jatuh ke permukaan benda lalu disentuh atau dipegang tangan.

Kemudian orang yang menyentuh benda tersebut mengusap wajah tanpa cuci tangan terlebih dulu. Dengan begitu, virus dapat masuk ke dalam tubuh.

" Masuknya lewat mata dan hidung, lalu masuk ke paru-para melalui saluran pernafasan atas," kata Maydie.

Untuk itu, Maydie mengingatkan pentingnya memakai masker dengan benar. Supaya virus tidak dapat masuk ke dalam tubuh, dikutip dari Covid19.go.id

 

Selalu ingat #PesanIbu untuk selalu mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak untuk pencegahan virus COVID19. Jika tidak, kamu akan kehilangan orang-orang tersayang dalam waktu dekat.

2 dari 5 halaman

Abaikan Protokol, IDI Khawatir Demo UU Cipta Kerja Jadi Klaster Baru Covid-19

Dream - Demonstasi penolakan Undang-undang Cipta Kerja menjadi kekhawatiran tersendiri, khususnya bagi kalangan tenaga medis. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mengaku khawatir aksi yang melibatkan massa cukup banyak itu akan menjadi klaster baru penyebaran Covid-19 dan memicu lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia.

" Berbagai seruan, nyanyian, maupun teriakan dari peserta demonstrasi tersebut tentu mengeluarkan droplet dan aerosol yang berpotensi menularkan virus terutama Covid-19," ujar Ketua Tim Mitigasi Pengurus Besar IDI, M Adib Khumaidi.

Adib mengatakan demonstrasi yang terjadi mempertemukan ribuan orang dalam satu tempat. Sementara, sebagian besar peserta demonstrasi mengabaikan protokol kesehatan seperti tidak jaga jarak dan tidak memakai masker.

Dugaan itu diperkuat dengan adanya kemungkinan peserta datang dari berbagai daerah yang berbeda. Dampak yang timbul bisa berbahaya.

" Jika terinfeksi, mereka dapat menyebarkan virus saat kembali ke komunitasnya," kata Adib.

 

3 dari 5 halaman

Bisa Picu Lonjakan Massif

Adib pun menerangkan kekhawatiran yang muncul didasarkan pada pertimbangan medis. Menurut dia, demonstasi berisiko lebih tinggi dalam menularkan Covid-19 dibandingkan aktivitas lain.

" Bahkan, diperkirakan akan terjadi lonjakan massif yang akan terlihat dalam waktu 1-2 minggu mendatang," kata Adib.

Saat ini, kata Adib, baik tenaga maupun fasilitas kesehatan sudah kewalahan menangani pasien Covid-19. Jumlah pasien Covid-19 dari hari ke hari terus bertambah.

 

4 dari 5 halaman

5 Dokter Meninggal di Pekan Pertama Oktober

Selama pekan pertama Oktober 2020 saja, sudah ada lima dokter meninggal lantaran terinfeksi Covid-19. Sehingga saat ini total dokter yang meninggal menjadi 132 orang.

" Para dokter yang wafat tersebut terdiri dari 68 dokter umum (4 guru besar), dan 62 dokter spesialis (5 guru besar), serta 2 residen," kata dia.

Para dokter yang meninggal berasal dari IDI Wilayah sebanyak 18 orang dan IDI Cabang 61 orang. Dilihat dari provinsi, 31 dokter meninggal di Jawa Timur, 22 dokter di Sumatera Utara, 19 dokter di DKI Jakarta, 11 dokter di Jawa Barat, dan 9 dokter di Jawa Tegah.

Kemudian, 6 dokter di Sulawesi Selatan, 5 dokter di Bali, 4 dokter di Sumatera Selatan, 4 dokter di Kalimantan Selatan, 4 dokter di Aceh, 3 dokter di Kalimatan Timur, 4 dokter di Riau, 2 dokter di Kepulauan Riau, 2 dokter di DI Yogyakarta, 2 dokter di Nusa Tenggara Barat, 2 dokter di Sulawesi Utara, 1 dokter di Banten dan 1 dokter di Papua Barat.

 

5 dari 5 halaman

Pengabaikan Protokol Kesehatan

Salah satu pemicunya karena lonjakan kasus Covid-19 terutama Orang Tanpa Gejala (OTG) akibat diabaikannya protokol kesehatan. Apalagi, klaster baru banyak bermunculan dalam beberapa pekan terakhir akibat sebagian daerah mulai melepas Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

" Termasuk peristiwa demonstrasi yang terjadi beberapa hari belakangan ini," kata Adib.

Sumber: Liputan6.com

Beri Komentar