Minum Soda/ Foto: Shutterstock
Dream - Memilah dan menjaga asupan makanan dikala hamil sangat penting bagi ibu hamil agar tetap menjaga si kecil. Mengkonsumi makanan atau minuman yang mengandung gula, pemanis buatan, dan tinggi kafein secara berlebih seperti minuman kemasan dapat berbahaya bagi ibu hamil.
Soda menjadi minuman favorit banyak orang, tapi meminum soda yang berlebih juga dapat meningkatkan risiko kehamilan. Oleh karenanya, ibu hamil harus hati-hati dalam mengkonsumsinya.
Menurut American College of Obstetrics and Gynecology (ACOG), saat dalam keadaan normal atau tidak hamil, minuman bersoda boleh dikonsumsi kurang dari 200 miligram perhari. Sebuah studi pada 2021 yang dilakukan oleh National Institutes of Health menemukan bahwa, ibu hamil yang mengkonsumsi kafein sebanyak setengah cangkir kopi setiap hari, rata-rata memiliki bayi yang lebih kecil daripada ibu hamil yang tidak mengkonsumsi kafein atau jarang mengkonsumsi kafein.
Sebuah studi lain menunjukkan bahwa konsumsi kafein yang tinggi selama kehamilan dapat berisiko dengan lahir bayi cacat, persalinan prematur, penurunan kesuburan, bahkan hingga mengalami keguguran.
National Institute of Health memaparkan, mengkonsumsi kafein dapat membatasi pembuluh darah di rahim dan plasenta. Selain itu, kafein juga berpotensi mengganggu hormon stres yang berisiko membuat bayi mengalami kenaikan berat badan yang pesat setelah lahir hingga obesitas, penyakit jantung, dan diabetes dikemudian hari. Kandungan kafein memang terkenal di dalam kopi, tapi perlu Sahabat Dream tahu bahwa minuman bersoda juga memiliki kafein yang cukup besar.
Perlu juga diperhatikan kandungan gula dan pemanis buatan dalam soda. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa asupan gula sederhana yang tinggi selama kehamilan berkaitan erat dengan kasus diabetes gestasional, kenaikan berat badan gestasional yang berlebihan, preeklampsia, dan kelahiran prematur. American Heart Association merekomendasikan bahwa wanita sebaiknya mengkonsumsi gula tidak lebih dari 25 gram perharinya.
Sebuah studi lain menemukan bahwa, ibu hamil yang sering mengkonsumsi soda berlebih pada kehamilannya akan cenderung melahirkan bayi yang memiliki kelebihan berat badan. Mengkonsumsi makanan atau minuman diperbolehkan dalam kehamilan, asalkan dalam porsi cukup dan tidak berlebih karena semua hal tersebut dapat meningkatkan risiko kehamilan bagi ibu dan bayinya.
Sebagai alternatif, coba minuman lain yang lebih aman. Seperti teh dengan madu, smoothies, atau jus buah asli tanpa gula. Bila sangat ingin soda, cukup seteguk saja, tak perlu satu botol atau satu kemasan penuh.
Laporan Devi Tri Aprilianza / Sumber: Parents.com
Dream - Menjaga tubuh tetap sehat selama kehamilan memang cukup menantang. Terlebih lagi jika ibu hamil di usia 35 tahun ke atas. Kondisi kehamilan di usia tersebut dikenal dengan sebutan kehamilan geriatri.
“ Berdasarkan data, di Amerika Serikat terdapat peningkatan jumlah angka kehamilan dan angka kelahiran yang datang pada wanita lanjut usia selama beberapa dekade terakhir,” ujar Roxanne Pro, seorang dokter obstetri dan ginekologi.
Menurutnya, tidak ada masalah untuk hamil di usia berapa pun tapi penting dipertimbangkan beberapa risikonya. Baik bagi ibu hamil maupun bayi dalam kandungan.
Risiko Kehamilan di atas 35
Menurut Klinik Cleveland, ibu yang hamil di atas usia 35 tahun memiliki risiko lebih tinggi mengalami preeklampsia, diabetes gestasional, melahirkan tidak tepat waktu, melahirkan bayi dengan berat badan kecil, kelainan genetik, hingga terjadi keguguran bahkan lahir mati.
" Hal yang perlu diingat bahwa semua kehamilan di usia berapapun pasti memiliki risiko masing-masing," kata Roxanne.
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa memberi asupan dan nutrisi yang optimal, meminum vitamin dan suplemen, menghindari minum alkohol dan merokok terbukti dapat membantu mengurangi risiko komplikasi pada kehamilan di atas usia 35 tahun.
Sebuah studi yang diterbitkan dalam Journal Population and Development Review menemukan bahwa ibu yang memiliki anak di atas 35 tahun, anaknya cenderung lebih pintar dan lebih tinggi, dibandingkan dengan anak yang lahir dari ibu yang berusia di bawah 35 tahun. Peneliti mencatat bahwa manfaat yang diperoleh dari memiliki bayi di atas 35 tahun lebih besar daripada risiko yang terkait dengan kehamilan geriatri.
Selain itu, studi lain yaitu studi dari tim Fakultas Kedokteran Universitas Boston, Amerika Serikat, menunjukkan bahwa wanita yang memiliki anak di atas usia 33 tahun cenderung hidup lebih lama daripada ibu yang memiliki anak terakhir pada usia 29 tahun.
Penelitian yang diterbitkan dalam Journal of American Geriactrics Society menemukan bahwa wanita yang memiliki anak setelah usia 35 tahun memiliki kekuatan otak yang lebih baik dan mental yang lebih tajam di usia tua.
Kuncinya kehamilan di atas 35 tetap sehat adalah menerapkan gaya hidup yang sehat juga. Tak boleh mengabaikan pemeriksaan rutin dan mengikuti saran dokter jika ada permasalahan.
Laporan Devi Tri Aprilianza / Sumber: PopSugar
Dream - Kebutuhan si kecil saat masih dalam kandungan mungkin sudah disiapkan ayah dan bunda dengan baik. Mulai dari popok, pakaian, tempat tidur dan sebagainya. Tak hanya persiapan untuk bayi, ibu juga penting untuk menyiapkan diri akan terjadi banyak perubahan besar.
Bukan hanya perubahan fisik tapi juga psikologis. Untuk ibu yang baru melahirkan anak pertama, bersiap-siaplah. Beberapa keluhan ini akan muncul.
Sebenarnya cukup normal, tapi dalam kondisi tertentu ibu butuh bantuan untuk meredakannya. Tentunya agar tubuh dan pikiran merasa rileks dan jadi lebih optimal dalam mengurus si kecil. Apa saja keluhan yang bakal muncul.
1. Pegal-pegal
Hampir semua perempuan mengalami pegal-pegal setelah proses persalinan. Hal ini disebabkan oleh banyaknya tenaga yang dikeluarkan untuk melahirkan bayi dan kontraksi rahim untuk kembali ke ukuran semula.
Kondisi pegal-pegal ini dapat diatasi dengan berbagai cara. Misalnya melakukan pijat khusus untuk pemulihan pasca persalinan, berendam air hangat selama 20 menit, perlahan aktif bergerak, hingga melakukan olahraga ringan.
2. Bengkak
Selama hamil, tubuh perempuan akan menghasilkan sekitar 50% lebih banyak darah dan cairan lain untuk mengatur pertumbuhan janin. Tak heran jika perubahan hormon dalam tubuh atau fluktasi menyebabkan edema atau pembengkakan pada tungkai dan pergelangan kaki, tangan, wajah, dan area tubuh lainnya.
Kondisi ini dapat diatasi dengan cara menghindari makanan asin dan memilih sodium rendah. Selain itu konsumsi makanan yang kaya potasium seperti buah-buahan dan sayuran.
Apabila pembengkakan ektrim ini menyebabkan nyeri, maka Sahabat Dream bisa rutin menggerakkan tungkai kaki sepanjang hari, menghindari duduk atau berdiri tanpa gerak selama 30-60 menit, hingga mengompres kaki untuk mengurangi bengkak.
Keputihan atau lebih dikenal sebagai lokia merupakan kondisi di mana tubuh mengeluarkan lendir, sisa darah, dan jaringan jinak dari rahim pascapersalinan.
Lokia normal dialami dalam waktu satu bulan atau lebih karena ukuran rahim beruba dalam minggu pertama pascapersalinan. Untuk Sahabat Dream yang mengalami lokia sebaiknya menggunakan pembalut dibandingkan dengan tampon karena lebih berisiko menyebabkan infeksi maupun iritasi.
4. Payudara Membesar
Pembengkakan atau pembesaran payudara pascapersalinan adalah hal yang normal, tetapi bisa menyakitkan. Hal ini karena payudara akan merah, bengkak, hingga sakit selama satu atau dua hari setelah melahirkan. Setelah hari itu, pembengkakan akan mereda namun payudara akan mulai mengendur akibat kulit yang meregang.
Tak cuma itu, pascapersalinan juga menyebabkan kebocoran ASI selama beberapa minggu. Apabila ibu menyusui atau memompa, maka bisa mencoba mandi air hangat kemudian pijat payudara lembut untuk membantu melancarkan air susu. Sedangkan jika ibu tidak menyusui atau memompa, bisa mencoba untuk mengompres dingin untuk pembengkakan serta gunakan bra yang nyaman untuk mengurangi nyeri.
5. Stretch Mark
Stretch mark menjadi permasalahan yang sering terjadi pascapersalinan. Penyebabnya karena berat tubuh bertambah sangat cepat atau faktor genetika. Stretch mark berbentuk garis-garis tipis berwarna merah, ungu, dan coklat tua yang sering dijumpai di perut, pinggul, payudara, hingga pantat.
Para peneliti menemukan bahwa stretch mark tidak dapat dicegah, tetapi keparahannya dapat dikurangi dengan menggunakan pelembab selama kehamilan. Kondisi ini akan memudar kurang lebih dalam satu tahun.
Laporan Hany Puspita Sari/ Sumber: Parents
Cara Beriman kepada Kitab-Kitab Sebelum Al-Quran, Ketahui Juga Setiap Ajaran di Dalamnya
20 Foto Lawas Artis Saat Masih SD, Nagita Slavina Bule Banget, Disebut Rafathar Versi Cewek!
Potret Ayu Ting Ting Obral Pakaian Bekas Miliknya di Depan Rumah, Langsung Diserbu Warga!
Makin Nyaman! Tenda Jemaah Haji 2023 di Arafah Dilengkapi Kasur, AC, Hingga Toilet Tambahan