Inilah Pemicu Bisnis Utang Syariah RI Lambat Berkembang

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat setidaknya terdapat beberapa tantangan internal bagi pengembangan sukuk di tanah air.

Dream - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai masih terdapat tantangan internal bagi industri sukuk Indonesia. Adapun tantangan tersebut berasal dari pengetahuan para pelaku pasar yang kurang memadai seputar sukuk dan ekonomi syariah.

" Tantangan pertama adalah soal kurangnya pemahaman. Jumlah pelaku pasar yang mengerti betul mengenai sukuk itu sangat sedikit," kata Deputi Komisioner Pengawas Pasar Modal OJK, Sardjito dalam Workshop on Indonesia Sukuk Developmet, di Jakarta, Rabu, 20 Mei 2015.

Sarjito mengungkapkan tantangan besar yang dihadapi Indonesia dalam pengembangan sukuk sebagian besar tertuju pada investor. Selama ini investor individual umumnya tidak familiar dengan produk investasi sukuk.

Tantangan ini semakin berat karena masih muncul persepsi yang selama ini diamini pelaku pasar bahkan investasi di bisnis syariah memerlukan biaya yang lebih besar. 

" Bagi pelaku pasar, ada persepsi bahwa penggunaan sukuk itu butuh usaha dan cost lebih. Kemudian sukuk dianggap hanya bisa digunakan oleh perusahaan berbasis syariah," tuturnya.

Selain itu, tingkat literasi finansial para pelaku pasar juga terbilang masih rendah. Berdasarkan survei OJK, hanya 3,79 persen yang terliterasi dengan baik. Sedangkan yang cukup dan kurang terliterasi sebanyak 2,40 persen dan 0,03 persen. Persentase paling tinggi pun ditunjukkan pada kalangan pelaku pasar yang tidak terliterasi yakni sebanyak 93,79 persen.

Dalam masalah perpajakan, pelaku pasar juga khawatir akan mengeluarkan biaya dua kali lipat. Sebab, Indonesia belum memiliki regulasi yang jelas mengenai netralitas pajak sukuk.

Terakhir, posisi sukuk dalam pasar sekunder juga tidak likuid. " Investor cenderung menahan hingga jatuh tempo, sehingga sulit untuk menjual atau membelinya," ucap Sardjito.

Selain itu, Sardjito menambahkan, tidak terdapat pencipta pasar sukuk yang menyebabkan terhambatnya likuiditas pasar sekunder.

" Terakhir, bank sentral lebih bersedia untuk membeli sukuk pemerintah daripada sukuk korporasi," pungkasnya.

Laporan Kurnia Yunita Rahayu